All-day is not the same, you need to wait and be patient for the good things to happen
Acha POV
aku kini sudah berada dirumah sakit, Fancy dinyatakan meninggal oleh dokter yang menanganinya.
Bukan kah ini yang aku inginkan?
Gadis sialan itu pergi selamanya?
Tidak aku bukan orang jahat.
Aku masih punya hati, Fancy sudah berkorban untuk menolong ku.Lantas mengapa Fancy tetap menolongku?
Mengapa wanita bodoh itu tidak membiarkan ku mati saja?Argh! Semua orang pasti akan mengira bahwa akulah yang penyebab kematian wanita bodoh itu!
Aku cemas? Aku takut? Aku frustasi? Tentu, aku menjambak rambutku kasar.
"Lo bikin hidup gua berantakan Fancy!" Teriakku frustasi.
Pria tadi kembali hadir untuk menghentikanku.
aku meronta-ronta,
Hingga untuk pertama kalinya aku merasakan sebuah pelukan hangat.Aku terdiam sejenak, sebelum akhirnya aku kembali terisak pelan.
"Gua jahat banget ya? Seandainya tadi gua dengerin yang dibilangin sama wanita sialan itu pasti ini gak bakalan terjadi hiks," Isak ku, pria itu mengusap Surai pirang ku.
"Ini salah gua!" Aku kembali menjambak rambutku.
Teriakan ku menggema dilorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai mengunjung.
"Cha, jangan." Larang pria itu.
Aku sama sekali tidak mengetahui nama pria itu.
Aku menatap tajam pria itu.
Tampak dari matanya bahwa pria itu tengah ketakutan."Dari mana Lo tau nama gua?" Tanya ku dingin
"Gua Alan, sepupu Fancy," aku tertegun setelah mendengar ungakapan pria itu. "Fancy banyak cerita tentang Lo Acha," lanjutnya.
Alan beralih dan menyingkapkan lengan sweater yang aku kenakan.
"lo jangan lakuin ini lagi Cha," aku menepis tangan Alan kasar."Jangan sentuh gua," aku menghapus air mataku dengan kasar.
Aku berdiri dari duduk ku, aku membuka kasar ruangan dimana gadis bodoh itu tengah terbaring lemah tak berdaya.
Ku buka pintu ruangan itu dengan kasar, aku berjalan cepat hingga sampailah aku dihadapan jenazah Fancy.
Aku bisa melihat tubuh gadis itu dari balik kain putih yang transparan.
Ingin rasanya aku mengumpat.Tak lama kemudian keluarga Fancy datang,
Aku bisa melihat kesedihan dari mata wanita ini.Wanita itu sama sekali tidak menangis, jauh dari ekspektasiku.
Wanita paruh baya itu tampak menghembuskan nafasnya pelan."Semoga damai bersama Tuhan di sorga sana," bisik wanita itu, namun aku masih bisa mendengarnya.
Ibu Fancy berbalik dan menatap sendu mataku, sebelum akhirnya wanita itu tersenyum.
Ini sangat gila, bagaiman mungkin wanita ini tetap tegar ketika anaknya sudah terbaring lemah?
"Kamu temannya Fancy?" Tanya Wanita itu kepadaku. Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.
Aku anak yang jujur bukan?
*****
Plak
Tamparan keras membuat kesadaran ku kembali.
Ayahku menampar pipiku dengan sangat keras hingga membuat sudut bibirku berdarah"Siapa yang ngajarkan kamu buat jadi pembunuh Acha!" Teriak ayah dengan sangat kencang.
"Acha gak bunuh dia pa," aku mencoba membela diri, namun tetap saja, ayahku tetap tidak mendengarkanku.
Plak plak plak
Bug
Aku terlempar beberapa meter dari jarak ayahku.
Kepalaku membentur sebuah meja dan kembali mengeluarkan darah segar.Aku memandang tajam mata pria itu, dengan sekuat tenaga aku mencoba bangkit.
"Mau sampai kapan? Ha? MAU SAMPAI KAPAN!" Teriak ku dihadapan ayah.
"LO PIKIR GUA GAK CAPE! GUA CAPE ANJING!" ayah kembali memukuli ku dengan membabi-buta.
Tulangku serasa ingin patah, sakit? Sangat sakit, selesai ayahku melakukannya ia membiarkan ku tergeletak begitu saja.
"Gua bukan orang yang lemah," aku menyeret kakiku menuju tangga.
Aku melihat mama yang tengah berdiri ditangga, mataku menatap sendu wanita itu.
"M-ma?" Lirihku pelan, berharap agar wanita itu mendengarkanku.
"Belajar dari kesalahan kamu Acha," wanita itu pergi meninggalkan ku yang sudah tak kuat untuk berjalan.
"M-ma.. Acha butuh pelukan mama," aku sangat berharap jika disituasi ini wanita itu mengizinkanku untuk memeluknya.
"Acha pengen kaya anak yang lain ma, sesulit itu kah?" Air mataku menetes tanpa permisi.
TBC
Ada yang pernah ngalamin di posisi Acha gak?
Ig:chaptr794
KAMU SEDANG MEMBACA
i'm fine
أدب المراهقينjangan berduka, apapun yang hilang dari mu akan kembali lagi dalam wujud lain:) -Tuhan? Aku lelah bisakah engkau membiarkan aku ikut bersamamu? -mama? tataplah mataku sebentar saja, aku lelah. Acha ingin seperti yang lainnya. -papa, pinjamkan aku ba...