no dinner for a killer

2 0 0
                                    

Imagine smiling after a slap in the face. Then think of doing it twenty-four hours a day.

Author POV:

Tidak ada makan malam untuk seorang Acha.
Gadis itu kembali dipukuli oleh ayahnya.

Merasa malu mempunyai anak seorang pembunuh, tapi apa boleh buat? bukti yang menunjukkan bahwa Acha membunuh Fancy tidak ada.

Percuma saja, Acha sudah menjelaskan panjang lebar tapi tetap saja, ayahnya tidak mendengarkan lirihan anaknya ini.

Mengapa? Mengapa jika Acha membuat kesalahan yang tidak disadarinya ayahnya pasti akan marah besar?

'Semesta terlalu besar untuk Acha yang kecil,' lirihnya.

Acha beralih mengambil sebuah pisau di dalam lemari, ia membuka pisau itu dengan tidak berperasaan.

Dengan gerakan cepat, Acha menggoreskan pisau di tangan kirinya.

Damai. Itu yang tengah Acha rasakan, tidak ada tempat mengadu baginya.

Keluarga? Rumah? Apa lagi? Bahkan hal ternyaman yang dimiliki oleh setiap orang pun tidak membuat dirinya memiliki tempat sandaran.

Bukankah bagi orang diluar sana rumah adalah tempat ternyaman?
Tapi kenapa tidak dengan Acha
Apa yang membuat Acha dibedakan dari ciptaan Tuhan lainnya?

Mengapa? Mengapa tidak ada seorangpun yang peduli kepada gadis yang malang itu.

Acha berjalan keluar rumah, jam sudah menunjukkan pukul 23:30.
Percuma saja, tidak akan ada yang peduli dengan Acha.

Tidak sengaja Acha melihat seorang gadis sedang duduk termenung di halte bus,
Dengan perasaan canggung Acha mendekati gadis itu.

Tampak gadis itu tersenyum saat Acha mendekatinya "kamu sendirian aja? Ini kan udah larut malam," tanya Acha basa-basi.

Gadis itu menggeleng kecil, "gua udah terbiasa sendiri," gadis itu tampak menghembuskan nafas panjang "Lo sendiri ngapain disini?" Sambungnya

"Gua cape dirumah." Ucap Acha singkat.

"Why?" Tanya gadis itu heran. Acha mengangkat bahunya "bukannya rumah adalah surga bagi setiap orang?" Tanya gadis itu.

Acha kembali menghembuskan nafasnya "rumah emang tempat ternyaman sekaligus surga, tapi surga itu tidak berlaku bagi gua,"

"Gracia," gadis itu mengulurkan tangannya kepada Acha

"Acha." Acha menjabat tangan Gracia dengan antusias.

"Nice to meet you Acha." Ucap Gracia.

*****

Bruk

"Kalau jalan tu liat liat lah anjing! Lo pikir gak sakit?" Maki Acha kepada salah satu siswi pembuli di SMA Antariksa.

"Ups. sorry gak sengaja ha ha," ucap Agnes sembari diiringi dengan gelak tawanya.

Acha tidak menghiraukan Agnes, gadis itu beranjak pergi meninggalkan Agnes yang sedang tertawa terbahak-bahak.

Detik detik sebelum Acha meninggalkan Agnes, Acha masih sempat-sempatnya meludah kearah Agnes.

"Bangsad!" Pekik Agnes. Acha berlari meninggalkan Agnes yang tengah menggerutu.

Gadis itu tak mempedulikan teriakan Agnes, Acha berlari dengan  senyuman sinis diwajahnya.

Tanpa ia sadari dirinya terancam bahaya, Acha masih sempat-sempatnya menggoda teman-teman laki-lakinya.

"Acha!" Panggil Elina. Acha menoleh dan tersenyum simpul.

"Ada apa Elina cantik?" Tanya Acha dengan wajah tidak berdosanya.

Elina tampak ragu untuk mengatakannya kepada Acha.
"Lo dipanggil buk Moza," pasrah Elina.

Acha sedikit bingung dengan ucapan Elina "siapa itu buk Moza?" Tanya Acha dengan wajah polosnya

"Astaga Acha! udah berapa tahun Lo disini! Masak buk Moza aja gak tau?" Gerutu Elina

"Emangnya dia siapa Elina! Gua gak kenal!"

"Ih kok Lo nyolot sih?"

"Mana ada gua melotot,"

"Au ah! Intinya Lo dipanggil buk Moza!"

"Buk Moza siapa Anying gua kaga kenal." Ujar Acha

Elina mengembuskan napasnya panjang, sebelum akhirnya gadis itu kembali membuka suara "guru Bk Acha cantip,"

Acha membulatkan matanya, ada masalah apa Acha hingga dipanggil oleh guru Bk?

Gadis itu tampak gugup, namun pergi meninggalkan Elina dikelas.

"Acha Lo mau kemana?" Tanya Elina heran.

"Nyari cogan! Ya nyari Buk Moza atuh neng," Acha bergegas meninggalkan Elina.

Jantungnya berdegup kencang, bagaimana tidak? Yang akan dihadapinya saat ini adalah guru bk.

Kalian mungkin bisa menilai bagaimana guru Bk, seorang yang sudah berumur, galak, dan lainnya.

Acha membuka pintu ruang BK, ia meneguk savilanya kasar, sebelum akhirnya mata gadis itu bertemu dengan sosok wanita yang tengah duduk disana.

TBC

Ig: chaptr794

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i'm fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang