[xiv.] What sacred news did Isolde gave, Your Majesty?

7.5K 1.4K 281
                                    

"Empat resimen infanteri dan enam batalion kavaleri akan bergerak dini hari ini sesuai instruksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Empat resimen infanteri dan enam batalion kavaleri akan bergerak dini hari ini sesuai instruksi. Separuh dari milisi di keesokan harinya, Yang Mulia." Emial yang berdiri berhadapan dengan Duke Alteir melihat isi perkamen di meja oval tengah tenda sebelum digulung kembali, "komisaris di setiap wilayah akan mengirimkan batalion milisi dan infanteri tambahan. Kontrak perjanjian juga sudah diterima oleh beberapa gilda prajurit bayaran, Yang Mulia."

Cawan tembaga berukiran diangkat saat anggur di dalamnya disesap oleh seorang pria bermata serupa kepingan oniks tergelap yang tengah duduk di kursi berpunggung menjulang. Sang Raja belum berbicara, meski cawan sudah ia letakkan kembali di atas meja mahoni panjang beralas satin merah. Sang Raja memilih untuk memandangi perkamen yang terbuka di hadapannya. Perkamen berisi goresan tinta dalam bahasa Gradja, bahasa yang hanya digunakan oleh kelompok etnik wilayah pedalaman di bagian utara.

"Bagaimana dengan persiapan di dermaga Kedalm?" Suara Raja Willard mengalun rendah meskipun matanya tetap berpaku pada perkamen.

"Tujuh puluh kapal sudah siap sedia di dermaga, belum termasuk galai-galai yang akan menyusul. Paling tidak, saya bisa menjamin semua terkendali hingga keberangkatan kita di laut tiga hari mendatang, Yang Mulia," jawab Emial dibumbui sayup suara kayu berderak dimakan kobaran api yang berasal dari luar tenda.

Manik Emial lantas menyaksikan Duke Alteir—berdiri di dekat meja oval besar, memperhatikan bentangan peta sembari mengurut dagu—sebelum balik mendapati sang Raja sedang membaca sesuatu di perkamen dengan bahasa tak ia pahami. Tentu saja, sebab sudah hampir tidak ada penduduk mana pun yang masih menggunakan bahasa itu setelah kaum Gradja mengalami pembantaian massal beberapa tahun silam. Walau tak pernah mendapat petunjuk bagaimana sang Raja bisa menguasainya, Emial tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

"Kabar sakral apa yang Isolde berikan, Yang Mulia?" Kini Duke Alteir membuka mulut, jemari-jemari pria itu menekan ujung meja; ikut menjurus pada perkamen yang baru diserahkan oleh regu pengintai resimen ke-2.

"Bukan hal yang buruk. Hanya mengabarkan perkembangan situasi di pusat Chévalier."

Pusaran sunyi mengaduk udara tipis di sekitar tenda kediaman sang Raja sejenak; memberi ruang untuk Duke Alteir memutar berbagai perkara dalam kepala. "Jika Anda berkata demikian, apakah saya bisa menyimpulkan bahwa kita tidak sedang berada di bawah keadaan darurat tak disangka-sangka?"

Raja Willard yang sedari tadi membaca isi perkamen rahasia mengalihkan pandang kepada pria dengan doublet kuning pekat di badan. "Benar. Dan kita akan melanjutkan pembahasan rancangan ekspedisi kali ini di pertemuan berikutnya. Kalian dapat beristirahat sekarang."

Kedua pria yang masih berdiri mengitari meja berpernis oval bergeming sesaat. Diskusi mereka kini selesai. Lebih tepatnya pertemuan mendadak yang awalnya dilaksanakan karena manuskrip informasi dari regu pengintai militer kerajaan telah tiba di kamp Gainheim—yang silam dianggap isinya sangat krusial namun ternyata tidak terlalu. Tiada perihal khusus yang perlu diperbincangkan ulang. Atau setidaknya tak perlu dibicarakan sebelum kedatangan Dewan Penasihat dan petugas kerajaan lainnya di perkemahan besok pagi.

THE ROYAL CANDIDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang