Sejak dimalam Ming Jue dan Xian menghabiskan waktu bersama, keduanya tidur di kamar Raja karena paginya Zong Hui datang dengan kantung mata dan kuping memerah.
Pangeran kedua tersebut meminta Ming Jue untuk membawa Xian beristirahat disana, mengingat keributan yang mereka hasilkan.Kedua nya semakin dekat, itu adalah hal yang tidak diragukan lagi. Xian bahkan menemani Ming Jue kemana pun, yang berarti benar-benar kemanapun sang pangeran pergi.
Berkeliling taman, berburu di hutan, berlatih pedang, belajar mandiri dan kelas politik dengan Qi Ren.
Ming Jue heran, bukannya dia tidak ingin bersama dengan Xian setiap saat tapi Ming Jue pikir Xian setidaknya ingin menghabiskan waktu sendiri bukan? Mereka berakhir menghabiskan waktu bercinta setiap malam, Xian lebih dari mampu pergi kemana pun yang dia mau.
Hingga akhirnya ketika Ming Jue melihat Qi Ren tidak nyaman dengan kehadiran Xian yang kali ini hanya memperhatikan Ming Jue sepanjang mereka berada di kelas dan mengabaikan Qi Ren secara terbuka. Sang pangeran memutuskan untuk bertanya pada Xian.
“Xian.” Panggilnya.
“Hm?” balas Xian.
“Apa kau tidak bosan?” tanya Ming Jue. “Kau bisa pergi kemana pun yang kau inginkan sekarang. Kau bisa pergi ke taman, perpustakaan atau menghabiskan waktu dengan Huai Sang untuk melukis dan bermain musik atau..”
“Tempat yang kuinginkan adalah berada di sisi mu.” Ujar Xian memotong ucapan Ming Jue dengan tatapan lurus ke mata Ming Jue.
Ming Jue tertegun dan memalingkan wajahnya karena sudah merah mendengar perkataan Xian. Mereka sering mengucapkan hal seperti ini tapi hanya ketika berdua saja.
Mendengar Xian mengatakan hal itu dengan kehadiran orang lain di sekitar mereka, benar-benar hal yang berbeda. Ming Jue sangat senang tapi juga malu, senyuman lebar terukir di wajahnya membuat pria dengan ekspresi keras itu tampak sangat tampan. Xian bahkan mengeluarkan helaan napas puas melihatnya.
Sedangkan di hadapan kedua nya ada seseorang yang mual melihat interaksi mereka.
‘Apa aku perlu menoleransi pemandangan ini setiap hari mulai dari sekarang?’ batin Qi Ren berteriak frustasi. Dia pikir, mengambil waktu istirahat beberapa hari tidak akan menghilangkan perasaan mual yang dirasakannya saat ini.
Raja masa depan mereka sudah mengukir trauma dalam di pikiran dan mental Qi Ren yang malang. Semoga hari penobatan tiba secepatnya, Qi Ren bisa hilang ketenangan diri jika ini terjadi lebih lama dari yang bisa di tolerir nya.
*****
Hari kemenangan bagi Qi Ren telah tiba karena Hari ini adalah hari Penobatan Raja, acara yang dilaksanakan bersamaan dengan pernikahan mereka.
Pada hari pernikahan tersebut, Raja di haruskan memberikan nama baru untuk Utusan Dewa yang mulai saat ini akan tinggal berdampingan dengan manusia di kerajaan mereka.
Pagi itu sebelum mereka bersiap-siap, Ming Jue memeluk Xian dari belakang dan bertanya pada pria itu.
“Xian, apa kau memiliki permintaan untuk nama mu sendiri?”Xian tersenyum, “Tidak ada, kau bisa memilih apa saja dan aku akan menerimanya.”
Xian bisa merasakan kernyitan Ming Jue di bahu nya, “Tapi Xian, nama yang bagus itu penting karena itu sebagai tanda jika kau akan hidup bersama di kerajaan ini denganku dan rakyatku seumur hidupmu. Aku ingin memilih nama yang kau suka.”
Pria manis itu tertawa mendengar perkataan Ming Jue, dia menjalin jemari salah satu tangan nya dengan jemari tangan Ming Jue di perutnya dan yang lainnya menyusup ke helaian hitam di kepala pria tersebut dan membelai nya sayang.
“Aku yakin akan menyukainya. Apapun itu, sungguh” ujar Xian meyakinkan Ming Jue.
Ming Jue menarik wajah Xian agar menoleh ke samping, dia mendekat ke bibir pria itu dan berbisik dengan senyuman di wajahnya. “Kau selalu mengatakan hal yang membuat ku senang.” Setelah mengatakan itu, Ming Jue mencium bibir Xian penuh cinta.
--Acara Penobatan--
Keduanya berada di altar aula penobatan kerajaan Nie dengan seluruh keluarga kerajaan Nie dan para tetua serta para rakyat yang sebagian juga menunggu di luar aula untuk mendengar sumpah yang akan di ikrarkan Raja mereka dan juga mendengar nama yang dipilih Raja buat pendampingnya.
Ming Jue dan Xian mengenggam tangan pasangannya dengan erat.
Pangeran yang sebentar lagi akan menjadi Raja menarik napas mantap lalu berbicara, “Jika boleh jujur, aku masih memikirkan nama sampai sekarang. Aku ingin menemukan nama yang akan kau kagumi sepanjang kita menghabiskan waktu bersama di hidup kita.”Xian tersenyum manis, “Jadi, apa kau sudah menemukannya untuk ku?”
Ming Jue membalas dengan senyuman dan menggeleng, senyum nya semakin melebar ketika melihat ekspresi bingung di wajah Xian. “Aku berpikir jika nama Xian cocok dengan mu tapi masih belum lengkap rasanya. Jadi aku hanya akan menambahkan nama mu dari yang sudah kau gunakan selama ini.”
Xian menarik alis tertarik mendengarnya, “Oh? Dan apa itu?”
“Wu Xian. Aku ingin memberi mu nama Wu Xian.” Jawab Ming Jue menatap lurus netra merah pria yang sekarang memiliki nama Wu Xian.
Wu Xian melihat cinta, pengabdian dan pemujaan tercermin di mata Ming Jue dan betapa senang nya dia mengingat jika itu hanya akan di tujukan untuk nya dan menerima itu seumur hidupnya.
“Nama yang sangat bagus, terima kasih Rajaku.” Balas Wu Xian dengan mata berkaca-kaca karena terharu dan gembira.
“Aku senang kau menyukai nya, Permaisuriku.” Ujar Ming Jue dengan senyum lebar.
Dia mengenggam salah satu tangan Wu Xian dan berbalik menuju rakyatnya dengan merentangkan sebelah tangan nya yang lain lalu berseru.“Wahai rakyatku! Kupersembahkan pada kalian permaisuri yang akan mendampingi ku membawa kemakmuran pada negeri ini.
Wu Xian!”Teriakan sukacita meledak di dalam dan sekeliling aula penobatan. Para rakyat mengucapkan selamat dan memberikan harapan untuk Raja yang baru dan pendampingnya agar hidup dalam kebahagian selalu.
Ming Jue menarik pinggang Wu Xian dan mencium pria itu di tengah altar.Teriakan semakin kencang terdengar hingga menggetarkan aula.
Sang Raja tertawa melihat reaksi rakyatnya dan berbisik di bibir Wu Xian.“Aku mencintai mu, A-Xian.”
“Dan aku juga mencintai mu, A-Jue, Rajaku.” Balas Wu Xian. “Mari sambut antusias rakyatmu yang akan kau layani hingga akhir hayat mu.”
Ming Jue mengangguk dan menuntun Wu Xian turun dari altar menuju rakyat mereka dengan senyuman.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Magpie
FantasíaTiga saudara Nie telah melewati masa berkabung mereka setelah sang ayah wafat. Sekarang mereka harus menentukan siapa raja selanjutnya, bagaimana caranya? Utusan dewa akan menunjuk siapa pewaris yang pantas menjadi Raja. Apakah ketiga pangeran itu m...