Chapter 2

370 44 2
                                    

Huai Sang berjalan menuju perpustakaan dimana dia yakin sang kakak, Zong Hui berada. Dugaan nya benar ketika dia melihat Zong Hui yang terkejut melihat Huai Sang berada di perpustakaan atas kemauan nya sendiri.

“Huai Sang, tidak biasanya kau berada di perpustakaan. Apa ada literatur yang ingin kau baca?” tanya pria itu.

Huai Sang menggeleng, “Tidak, Hui-ge. Aku datang kemari untuk mencari mu.” jawabnya.

“Mencariku? Untuk apa?” tanya Zong Hui heran. Huai Sang mencari Zong Hui selalu karena dia membuat masalah dengan dage mereka. “Kau membuat dage marah lagi?” 

“Issh, tidak. Kali ini bukan karena itu.” 

“Jadi?”

“Ini mengenai Xian. Dia tidak mau memakan semua makanan yang disajikan pelayan untuknya. Aku bahkan sudah membujuknya untuk keluar dari kamarnya tapi dia tidak pernah beranjak dari tempat tidur. Dia hanya duduk disana dan membaca.” Jelas Huai Sang frustasi.

“Xian? Siapa Xian?” tanya Zong Hui bingung. Kenapa adiknya ini membicarakan orang yang tidak diketahui nya.

“Utusan dewa. Dia meminta ku untuk memanggilnya Xian karena memanggilnya dengan sebutan utusan dewa itu merepotkan.” Jawab Huai Sang.

Zong Hui mengangguk pelan, “Kau bilang Xian tidak makan dan keluar dari kamar nya selama ini?” Huai Sang mengangguk. “Bagaimana mungkin? Ini sudah beberapa hari, apa dage tidak pernah datang ke kamar Xian? Dage tidak pernah memberikan nya makanan? Dage tidak pernah mengajaknya keluar berkeliling istana?” tanya nya shock.

Huai Sang menggeleng, “Tidak, sekalipun tidak.” Balasnya.

Zong Hui berdiri tiba-tiba hingga kursi di belakangnya terbalik, membuat Huai Sang terkejut. “Dage! Benar-benar keterlaluan, apa dia ingin membuat utusan dewa mati kelaparan dan kebosanan? Aku akan menjelaskan padanya hingga kata-kata ku meresap ke otaknya yang di lindungi tengkorak tebal itu.” seru Zong Hui.

Huai Sang ingin menghentikan Zong Hui tapi kalah cepat. Pangeran kedua itu sudah melesat keluar perpustakaan untuk mencari sang kakak tertua. 

Yang bersangkutan sedang berlatih beladiri dengan saber kesayangannya di aula latihan ketika Zong Hui menghambur masuk. Ming Jue mengernyit melihat ekspresi membunuh adiknya. 

“Zong Hui, ada apa-” ucapan nya terpotong ketika jari telunjuk sang adik berada tepat di depan wajahnya.

Dage. Kau keterlaluan. Kenapa kau tidak pernah mengunjungi utusan dewa?” tanya Zong Hui sengit.

Ming Jue mencoba menyingkirkan jari sang adik dari depan wajah nya tapi telunjuk itu tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia heran apa hal yang membuat sang adik marah padanya hingga berprilaku seperti ini.

“Kenapa aku harus mengunjungi nya?” tanya Ming Jue balik.

“Kenapa? Dage bilang kenapa? Dage tidak pernah menyediakan makanan untuk utusan dewa. Dage juga tidak pernah membawa utusan dewa berkeliling istana.” Pekik Zong Hui frustasi.

Ming Jue heran, “Dan kenapa aku harus melakukan itu?” tanya nya.

Dage, kau tidak serius bertanya ini kan? Dage benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan calon Raja pada utusan dewa?” tanya Zong Hui tidak percaya.

“Tidak.”

Zong Hui menutup matanya lelah, bagaimana mungkin kakaknya tidak tahu. Dia yakin benar jika ayah mereka pasti pernah menjelaskan hal ini pada sang kakak. Apa hanya Zong Hui yang tahu karena selama ini hanya dia yang dipersiapkan menjadi Raja? 

My Little MagpieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang