O1. Back to Malfoy Manor

134 40 27
                                    

'tuk tuk'

"Leonis ya? Masuk saja, tidak dikunci," jawab pria berambut platina yang sedang mengemasi barang-barangnya.

Perempuan bersurai hitam dan ikal itu masuk ke dalam kamar sepupunya yang selalu rapih dan berbau peppermint. Leonis langsung memposisikan badannya untuk duduk di kursi dekat meja belajar Draco.

"Kau berkemas?" tanya Leonis berbasa-basi.

"Kau pikir aku terlihat seperti apa, hm?" tanya Draco balik, matanya terlihat sembab seperti habis menangis sepanjang malam.

"Kupikir kita berdua sepakat tidak akan kembali ke Malfoy Manor," kata Leonis dengan lemas.

Ada banyak kejadian di tahun kelima yang membuat jiwa Leonis dan Draco diombang-ambing oleh ketakutan. Voldemort yang bangkit kembali, orang tua Leonis yang membebaskan diri dari Azkaban, dan yang paling mengejutkan adalah Lucius Malfoy—sosok ayah dan paman yang sangat Draco dan Leonis cintai—harus mendekap di Azkaban.

Leonis mendekat pada Draco dan memeluk dari belakang tubuh pria itu. Leonis tahu persis sepupunya itu dalam kondisi yang sangat rapuh dan lemah. Ia tak mau banyak bicara dan hanya ingin memeluk Draco dengan erat, berharap dengan pelukan Leonis dapat menghapus rasa sedih pria yang ia cintai itu.

Draco membalik badannya dan membalas pelukan Leonis. Tubuhnya gemetar dan air matanya kembali mengalir.

Lelaki itu jarang sekali mengeluarkan air dari manik mata abunya. Ia biasanya selalu terlihat ceria karena merundung anak-anak tahun pertama dan anak-anak asrama gryffindor.

"Bagaimana rasanya? Saat mengetahui orang tuamu masuk Azkaban?" tanya Draco dengan suara yang lemah.

"Tidak ada rasa apa-apa. Orang tuaku masuk Azkaban bahkan sebelum aku mengetahui ada tempat bernama Azkaban," jawab Leonis sambil mengusap punggung Draco.

Leonis mengarahkan Draco untuk duduk di kasur king size miliknya. Tangan kanan Leonis mengenggam tangan Draco erat sedangkan tangan kirinya Ia gunakan untuk mengusap air mata Draco.

"Semuanya bisa kita hadapi bersama-sama, Draco," kata Leonis dengan lembut, walaupun sebenarnya Ia tak yakin apakah Ia bisa menghadapi semua ini.

Sebagai keluarga Lestrange yang paling setia pada Voldemort, tidak heran kalau Leonis diharapkan akan segera menjadi anggota baru dari pelahap maut dan segera mendapatkan tanda kegelapannya.

Nasib Draco bahkan mungkin saja lebih buruk. Ayahnya gagal menjalankan tugas dari pangeran kegelapan untuk mendapatkan bola ramalan tentang Harry Potter. Voldemort bisa saja menghukum keluarga Malfoy untuk hal ini.

"Leony," panggil Draco.

"Yes?"

"Menurutmu apakah kita akan benar-benar menjadi pelahap maut diumur 16 tahun? Seperti apa yang dikatakan anak-anak Hogwarts?" kata Draco dengan acak.

"Jangan dengarkan orang-orang bodoh itu. Mana mungkin Pangeran Kegelapan merekrut anak kecil seperti kita untuk menjadi pengikutnya," jawab Leonis.

"Ck, Kau bahkan sudah memanggilnya 'Pangeran Kegelapan,'" kata Draco mendecih.

Leonis baru menyadari perkataannya. Sejak kapan Ia memanggil Voldemort dengan panggilan seperti itu. Leonis sudah terdengar seperti pengikutnya.

"Aku turut senang Kau dapat bertemu dengan orang tuamu lagi," ucap Draco pada Leonis dengan senyum tipis.

"Well, terima kasih, i guess?" kata Leonis dengan ragu.

Leonis bahkan tidak tahu apakah Ia harus merasa senang dengan kebebasan orang tuanya atau tidak. Gadis itu hanya pernah melihat wajah orang tuanya di daily prophet, berpose dengan pakaian penjara dengan wajah yang bengis.

𝐃𝐎𝐔𝐁𝐋𝐄 𝐓𝐑𝐎𝐔𝐁𝐋𝐄 𝐱 𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang