"Lucu."

289 26 3
                                    

Angin lumayan kencang sore ini, rambut lelaki yang sudah agak panjang itu tertiup mengikuti arah angin, begitupun asap rokok yang tengah ia hirup entah keberapa kali.

"Ini rumah sakit lho? Kalo mau ngerokok bisa kan ke tempat lain."

Lelaki itu berbalik menangkap suara dibelakangnya, ia memasukkan puntung rokok yang belum habis itu kedalam cup coffe yang hanya tersisa seperempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu berbalik menangkap suara dibelakangnya, ia memasukkan puntung rokok yang belum habis itu kedalam cup coffe yang hanya tersisa seperempat. "Maaf, harus— loh Kak Haidar?"

"Halo, Jakil hahahah. Udah ketebak dari belakang lo banget, ngagetin ya?" Tanya bernama Haidar. Jakil ikut menaikkan senyumnya, "Gapapa, Kak. Salah gue juga sebat dirumah sakit."

"Ngapain sih sebat sebat kayak gitu?" Nada ramah tadi berubah menjadi ketus, Jakil meneguk ludahnya, "Privasi. Duluan ya, Kak." Jakil melewati Haidar, namun tangan lelaki yang lebih tinggi itu lebih cepat membawa Jakil untuk duduk kembali ke tempatnya.

Haidar membuka hoodie yang ia kenakan, lalu menyodorkan pada Jakil, "Pake. Gue tau ini rumah sakit lo, ntar ketemu keluarga terus kecium bau rokok. Mau?"

Jakil dengan cepat menggeleng dan menerima hoodie lelaki itu. Ia membuka kemeja yang dipakainya, menyisakan kaos putih oblong dan memakai hoodienya, "Makasih, Kak... Um— Maaf  juga... Kalo gue udah kasar..."

Haidar terkekeh pelan, lalu menepuk kepala Jakil pelan, "Gapapa. Setiap orang punya privasi, Jakil. Tapi lain kali jangan disini ya, masih banyak tempat lain kok hahah."

Lelaki yang ditepuk kepalanya tersenyum dan mengangguk, "Btw, Kak Haidar ngapain kesini? Keluarganya sakit?"

"Nemenin Kakak check up doang. Ini kalo ditelpon udah mau balik sih."

Mulut Jakil membentuk huruf 'O' tanpa bersuara. Hening. Percakapan tak berlanjut, mau ngomong apalagi?

"Ehm— kalo gitu gue dul—" Belum sempat habis perkataan Jakil, lelaki itu menatap kesamping dan berpapasan dengan mata jernih Haidar yang menatapnya dalam dalam.

"Kak? Kenapa?" Tanya Jakil heran, "Aku keliatan aneh kah?"

"Lucu."

"Huh?"

Haidar masih menatapnya, dengan senyum terpatri lebar diwajahnya, "Lo lucu, Jakil Matteo. Gak heran kenapa dari awal gue udah suka sama lo."

masih mau up lagi. ide gue masih banyak.

HUFF AND PUFF. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang