Ketua Geng yang katanya paling ditakutin satu sekolah itu sekarang lagi lari-larian di koridor dengan sepatu yang ditenteng di kedua tangannya. Iya, larinya buka sepatu. Siapa lagi kalo bukan kesukaan BK, Jairel Kalingga.
"Jairel Kalingga! Berhenti kamu!" Teriakan itu menggema sepanjang koridor, suara Pak Mamat. Guru BK paling ngeselin, kata Jairel.
Jairel berlari tanpa mempedulikan tatapan dan ucapan orang-orang di sekitarnya.
Pokoknya hari ini sepatunya gak boleh disita!
"Pak saya berhenti deh tapi sepatu saya jangan disita ya?!" Teriak Jairel dari depan, namun hal itu malah lebih memancing amarah Pak Mamat.
"Heh sepatu harus warna hitam! Sepatu kamu warna neon begitu, cari masalah kamu sama saya, Jairel!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yaudah, bapak gak akan bisa nangkep saya!" Abis ngomong kayak gitu, Jairel berlari secepat mungkin menjauh dari kejaran Pak Mamat. Walau udah tua, larinya kenceng juga si botak. Batin Jairel.
Dinding sekolah sudah di depan mata, Jairel bersiap melompat tapi hampir saja menambah masalah karena di depannya saat ini ia dihalangi oleh paras rupawan kebanggan sekolah.
Juan Abinaya. Ketua ekskul taekwondo sekaligus Wakil Ketua Osis kesayangan guru-guru. Ohiya, most wanted anak anak juga. Mukanya cantik. Banget.
"Anjing apaansih?!" Tanya Jariel tergesah, agak tersulut emosi.
Juan tiba-tiba menarik tangan Jariel kesamping, menuju gudang penyimpanan ruang osis yang kuncinya hanya dipegang oleh Juan sendiri dan Ibu Maryam (Penanggung Jawab).
Dibuka ruangan itu dan menyuruh Jariel masuk, diikuti Juan dibelakangnya dan click! ruangan terkunci sempurna.
"Duduk." Perintah Juan dan Jariel mengernyit heran, "Kotor. Gak mau, banyak debu."
"Nanti dapet cium." Ucap Juan membuat Jariel sudah duduk manis dilantai yang lumayan berdebu itu.
Juan mendecak dan ikut duduk di pangkuan Jairel. Membuat Jairel terkekeh, "Aduh waketos kok kelakuannya gini sih? Hm?" Sambil menyampirkan beberapa helaian rambut Juan kebelakang telinga.
Juan mendecak lalu meraba luka diujung bibir Jairel, "Aw!" Pekiknya, "Sakit..." Lelaki itu lantas mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Juan dan menyandarkan kepalanya ke bahu sang waketos.
"Hasil sama siapa lagi ini? Hm?" Tanya Juan lembut. Jairel menatap wajah mungil itu, "Harun anak kelas sebelah tuh... Masa bilang kamu gampang dipake cuma modal garang doang... Gatau dia aku harus tahan siraman berapa minggu buat dapetin kamu..."
Juan terkekeh geli, kalo dipikir-pikir emang perjuangan Jairel buat dapetin hatinya emang susah banget.
Lelaki mungil itu lantas menangkup kedua wajah Jairel, dikecupnya luka diujung bibir, lalu mengusapnya pelan, "Cepet sembuh ya. Dikecup dulu, diobatinnya pas Pak Mamat udah gak nyari kamu. Hehe."
Jairel ikut tersenyum dan memanyunkan bibirnya, "Apa?" Sewot Juan. "Lagi... Abis dicium pasti sembuh kok..."
Juan lantas tersenyum dan mengecup berkali-kali luka Jairel, lalu beralih menghujani seluruh wajah kekasihnya itu dengan ciuman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
There's no one else in this world, just two of them. Until the door is open,
"For a God sake! Berhenti jadiin ini tempat kalian berbuat zina, anjing!"
Jariel memasang senyum terbaiknya, "Selamat siang, Ketua Osis. Makasih untung yang buka lu."
Jariel lantas berdiri, begitupun Juan yang dibantunya. Lelaki mungil itu tersenyum tak bersalah kepada Ketua Osis lalu menepuk pundaknya, "Kak Jakil, tau kan sebelum kita siapa yang make tempat ini?"
"Yak betul! Saudara Jakil dan Bang Haidar! Terimakasih atas warisannya." Ucap Jariel final dan menarik tangan kekasihnya untuk lari meninggalkan Jakil sebelum lelaki itu berusaha memarahinya.