Melajukan motor di jalan raya yang lumayan sepi lantaran bukan jam masuk atau pulang kantor, Mashiho bersenandung riang dibalik helm yang dia gunakan, matanya bergulir menatapi sekitaran jalanan dengan banyak pemikiran di kepalanya.
Ibu-ibu yang membeli cilok di pinggir jalan itu? Apa yang sedang ibu itu fikirkan? Apakah dia mengekspetasikan kebahagian dari orang rumah setelah cilok itu dibawa pulang?.
Bapak penjual cilok itu? Apa yang ada difikirannya saat ini? Apakah pembicaraan yang sama selalu terucapkan untuk semua pembeli? Apakah dia bosan memberi tau berapa cilok yang akan pembeli dapatkan per-seribu rupiah?
Mashiho jadi terkikik sendiri, apa-apaan dirinya ini. Setelahnya matanya bergulir menatap ke jarum kecepatan motor, ah!, bensinnya tinggal satu garis lagi. Kalau begitu mari isi pas sekali di kiri depan ada pom bensin mini.
Mashiho mulai memelankan kecepatan dan berbelok ke kiri, turun dari motornya dan mengangkat bagian tempat duduk keatas serta memutar penutup besinya.
"penuh ya pak!".
Bapak itu mengangguk, bensinnya selesai diisi, memberikan uang pas untuk membayar lalu Mashiho kembali melajukan motornya yang sudah nyam-nyam dan kenyang.
Minggu keempat pada semester lima. Mashiho menyemangati dirinya sendiri untuk dua mata kuliah yang cukup berat hari ini.
🕊
"thankyou for the great explanation Mashiho."
Mashiho mengangguk, mewakili kelompoknya untuk membuka sesi tanya jawab. Menjawab dan menambahkan beberapa jawaban untuk kelompok lain lalu kembali duduk saat giliran kelompok lain maju.
"wah Mashiho tadi keren banget. Dua jempol!".
Mashiho tertawa kecil atas penuturan Jaehyuk, "lo juga perwakilan kelompok kan?, semangat ya!".
Kelas hari itu berjalan baik, amat baik dan lancar hanya untuk Mashiho seorang. Dia terlampau aktif dikelas sampai dirinya yakin beberapa teman sekelas sudah terlampau bosan melihat acungan tangan dari Mashiho dan mendengar kalimat jawaban atau tanya dari anak itu. Tidak masalah, mereka malah senang karna bisa lebih santai. Mashiho akan melakukan segalanya.
Kelas pertama berakhir, dilanjutkan dengan kelas kedua. Mashiho sudah lelah tapi untuk kelas ini juga ada presentasi kelompok, syukurlah kelompok Mashiho sudah maju di pertemuan lalu, dan oh?. Dia masih sekelas dengan pria dari angkatan diatasnya itu?.
Mashiho tanpa sadar mengangguk-angguk sendiri saat Jihoon menerangkan materi kelompoknya, angkatan atas memang berbeda, lebih profesional saat mempresentasikan materi. Mashiho merasa kalah.
"kak jihoon!, sibuk gak habis kelas?".
Jihoon yang tengah membereskan buku lantaran kuliah telah berakhir terkejut, menunjuk dirinya sendiri, "gue?".
Wanita itu mengangguk, "kami mau nongkrong kak. Kakak harus ikut, hehe."
Jihoon mengulas senyumnya dan mengangguk, "kosong kok. Kuy, kakak traktir deh!".
"kak Jihoon, Jaehyuk ikut dong kalau di traktir."
Jihoon melemparkan tatapan kesalnya pada adik tingkat yang memang lumayan dekat dengannya itu, setelahnya mengangguk saja. "yang mau ikut, ikut aja buru!. Kapan lagi kalian ngumpul sekelas kan?. Gue sponsorin deh, tapi jangan mahal-mahal. Satu orang dua puluh ribu!"
Terdengar pekikan senang setelahnya dari beberapa teman sekelas Mashiho. Mashiho hanya melirik sekilas, menyampirkan ransel abu-abunya ke bahu dan bergegas melangkah keluar dari kelas. Tidak ada fikiran lain, dia hanya mau cepat pulang dan makan malam dirumah, mungkin membeli cilok dipinggir jalan?.
Melangkah memasuki lift, menekan angka satu disana. Mashiho terdorong kebelakang lantaran segerombolan orang juga ikut masuk, termasuk Jihoon. Mereka berbincang panjang lebar disana, tentu dengan Jihoon sebagai pusat perhatian.
Keren sekali, tapi Mashiho sudah terlalu nyaman hidup jauh dari keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Private Life Of Him - Mashiho
FanfictionSemua orang terlalu kagum pada Mashiho yang sempurna, tanpa sadar mulai bergantung padanya. Agaknya mereka lupa. Bahwa Mashiho, juga manusia. ---------- 🕊BxB 🕊Written in 2021 September (13-15) 🕊Pairing?. Hmm,, spoiler gak ya. 🕊Kali ini judul dan...