2

362 61 1
                                    

Hari berikutnya, Mashiho bersyukur hanya memiliki satu kelas. Anak itu mendorong pintu kelasnya pelan, melemparkan senyuman manis dan mengangguk untuk sapaan.

"Mashi duduk sini!".

Mashiho mengangguk-angguk kecil, melangkah cepat ke kursi kosong yang berada disebelah Asahi.

"kita pre-test kan?".

"iya, gitu deh."

Asahi merengut kesal sembari membolak-balikkan halaman pada bukunya, "lo mah santai, otak lo cair. Ah, gue nyesel kemarin malah ikut nongkrong. Tau gini kan belajar!", gerutu Asahi, ah iya. Asahi juga sekelas dengan Mashiho di mata kuliah terakhir kemarin, bahkan sekelompok dengan Mashiho.

Setelahnya kelas dimulai, pre-test sepuluh menit langsung lewat ponsel masing-masing.

"oke. Sejujurnya saya agak kecewa. Bahkan cuma satu mahasiswa yang mendapatkan nilai delapan puluh?. Kalian benar-benar menganggap kelas saya enteng?".

Mashiho yang merasakan toelan pada lengan kanannya menoleh kearah Asahi disebelahnya. "cih, marah lagi si ibuk.", gerutu Asahi pada Mashiho.

Mashiho ikut mengangguk setuju. Yakin setelah ini dosennya itu akan ceramah panjang. Tapi Mashiho juga merasa bersalah pada dosennya itu, jadi dirinya berusaha untuk aktif dikelas.

"oke kelas kita cukupkan hari ini ya. Dan untuk pentolan kelas Tataka Mashiho, nilai kamu udah bagus kok!. Gak perlu kefikiran ya nak. Untuk semuanya, memang materi ini lumayan susah tapi setelah beberapa latihan kalian bakalan terbiasa kok.", ujar sang dosen sembari tersenyum, tanpa sadar keaktifan Mashiho tadi membuat mood wanita paruh baya itu membaik.

Seisi kelas termasuk Mashiho mengangguk, setelah kalimatnya.

"eh Mashiho, gue kira malah lo yang dapat nilai 80?", tanya Asahi, sembari merapikan buku-bukunya.

Mashiho menggeleng, "gue dapet 78 Sa."

"udah bagus kok!, pertahankan ya nak Mashi. Wkwk."

"...baik pak.",

"HEH!, GUE MASI MUDA!".

Mashiho terkikik geli, setelahnya melambaikan tangan pada Asahi yang buru-buru keluar kelas lantaran sudah ditunggu oleh Jaehyuk didepan.

🕊

Mashiho melangkah lagi, menuju lift lagi, menekan angka satu lagi, dan entah keajaiban macam apa ini, Jihoon juga berada disana namun kali ini hanya mereka berdua didalamnya.

"Mashiho kan?".

Mashiho mengangguk.

Jihoon mengulas senyum, melemparkan tatapan kagum. "gue kagum, lo bukan cuma pinter tapi juga berani ngomong.", ujar Jihoon, merujuk pada kejadian di kelas tadi dimana dia kelimpungan saat diberi pertanyaan, jawaban Jihoon salah sehingga sang dosen kembali kesal dan Mashiho langsung membenarkan jawabannya.

"kak Jihoon juga di kelas yang sama?".

"hehe iya, gue ngulang banyak mata kuliah semester ini. Kayaknya kita sekelas di tiga mk kah?".

"gak tau kak. Tapi kayaknya iya sih."

Setelahnya keduanya kehabisan bahan obrol, bahkan Jihoon yang supel kesulitan menembus dinding transparan dari adik tingkatnya ini.

ting!

"oh iya kak."

Jihoon berhenti, menoleh kebelakang.

"kak Jihoon kan. Yang dimaksud tadi?".

Jihoon menaikkan alisnya bingung.

"yang dapet nilai 80?", sambung Mashiho.

"oh itu?. Iya dong!".

Mashiho mengangguk paham merengut seolah tengah berfikir panjang. Hal itu membuat Jihoon tertegun, hatinya menerakkan kalimat imut! pakai tanda seru.

"selamat kak!", ujar Mashiho dengan senyum riangnya. "Mashi duluan ya kak?".

Jihoon jadi tersadar dari lamunannya, "eh. Iya-iya. Hati-hati ya dek!".

Setelahnya Mashiho berlalu, dan Jihoon cukup sadar bahwa senyum anak itu langsung sirna seiring dengan langkahnya yang menjauh.

Mashiho yang amat dikagumi oleh semua orang itu terlihat amat kusut dimata Jihoon.

The Private Life Of Him - MashihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang