VOTE TERLEBIH DAHULU ❄️
☾︎☽︎☾︎☽︎☾︎☽︎
Chapter ini di tambahin yaw, jadi kalian harus baca ulang.
𝑾𝒂𝒓 𝒊𝒏 𝒍𝒊𝒇𝒆
04. ANOTHER TRAGEDI
Nandu menarik kursi dan duduk seraya menyandarkan punggungnya, dia meletakan tasnya di atas meja. Kemudian Nandu menatap seseorang yang baru saja datang ke dalam ruangan Kelompok A ini.
“Si Ay, mana?” tanya Nandu pada Ale yang hanya datang sendiri, karena biasanya gadis itu datang bersama Aiara.
“Ada di belakang, dia lagi ngobrol sama Bu Luna.” jawab Ale yang juga menyandarkan bahunya pada kursi.
“Berada, di pelukanmu, mengajarkan ku, apa—”
“Berisik tai! lo gak baca tuh!” sentak Nandu pada Alkana yang baru saja datang, Nandu menunjuk dinding di belakangnya. “Dilarang berisik!”
Alkana mendengus, dia menarik kursi di samping Nandu. Sebenarnya dia malas sekali berdekatan dengan makhluk yang satu ini, tetapi jika dirinya pindah, dan duduk di kursi lain, malah akan menimbulkan keributan.
“Itu mah buat ruangan sebelah, ruangan ini mah bebas,” kata Alkana sambil menunjuk ke kanan, dimana ada ruangan lagi—perpustakaan khusus untuk mahasiswa dan mahasiswi dari kalangan atas.
“Terserah,” ucap Nandu merotasikan bola matanya malas.
Nandu mengalihkan tatapannya pada Dira dan kedua curutnya, Oh, kedua temannya. Jika ia mengatakan seperti itu langsung pada mereka, mungkin kematian yang akan datang padanya. Membayangkan bagaimana si ketus Killa, mencekiknya, lalu Cintia dengan tabokannya yang dahsyat, kemudian Dira dengan tatapannya yang sangat amat tajam, layaknya pisau.
Nandu bergidik ngeri, dia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Membuat Alkana yang berada di sampingnya menatap lelaki itu aneh.
“Ngapain si lo anj? lo kira di sini ada dangdut?! sampe geleng-geleng kepala segala,” dumel Alkana menggeplak kepala Nandu.
“Sakit bangsat!” sentak Nandu, dia ingin membalas geplakan Alkana, namun tangannya di tepis oleh seseorang yang datang dari arah lelaki itu. “Selatan asu!” umpatnya menatap Selatan kesal.
“Lo abis dari perpustakaan?” tanya Ale melihat Selatan yang baru saja datang lewat pintu menuju perpustakaan.
“Ngambil buku ini doang,” Selatan menunjukan buku yang ia pegang, pada Ale, yang dia angguki oleh gadis itu.
Beralih pada Dira dan kedua temannya, mereka sedang mengetikan sesuatu di laptop. Dira menyandarkan punggungnya, dia menatap Cintia yang sedang fokus mengetikan beberapa bait kata.
“Kenapa lo nulis kasus itu? itu tugas dari siapa emang?” tanya Dira menatap ke laptop Cintia serius.
“Pak Januar, gue di suruh nulis ini, abis itu di print,” jawab Cintia tanpa menatap Dira. “Yang bikin gue gedeg tu, kenapa di suruh mikir sendiri anj?! padahal yang gue tahu kelompok lain bikin kayak gini mereka nyontek ke kertas yang di kasih sama Bu Luna.” Dumelnya, menggebrak meja.
Membuat semua orang yang sudah duduk di sana, terkejut. Dan langsung menatap pada gadis itu.
“Kalo kayak gini, gue kasih tahu aja ngadu ke bokap gue, biar si Januar di keluarin dari sini!” dumel Cintia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
War In Life
أدب المراهقينDi kampus kami ada satu jurusan yang paling ditakuti oleh semua orang, dan diakui oleh para petinggi hukum. Universitas Merak Biru. Fakultas Hukum. Sulit untuk masuk, sulit untuk dijalani, namun mudah untuk keluar. ❝Rintangan di perlukan bagi kesu...