bagian 3

33 22 2
                                    

Baru saja aku hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki. suaranya seperti pernah singgah di telingaku beberapa saat lalu.

"hmm... rumahmu kecil sekali, ya? Tapi penataan ruangannya keren dan rapih. Aku suka. Apa kau sendiri yang menatanya sendiri, Nona?"

Degh... Aku terdiam, perlahan kuangkat kepalaku. spontan aku shock. mulutku ternganga. I-ini tidak mungkin?!

"ke-kenapa kau bisa di sini?" tanyaku akhirnya setelah beberapa menit membatu tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun.

"Mm, Kenapa ya? hehehe." laki-laki itu nyengir menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"ja-jangan bercanda, a-aku kan tadi tidak melihatmu mengikutiku. Dan pintu rumah ini juga di kunci. Bagaimana kau bisa masuk?" cerocosku sedikit terbata-bata. Rasa terkejutku belum juga hilang.

"kau mau tahu?" dia mendekat padaku, lalu mencondongkan wajahku ke wajahnya. Anehnya aku sama sekali tidak bisa bergerak untuk menghindarinya, kakiku seperti di lem. Dia kemudian mendekatkan mulutnya ke telingaku, dan berbisik, "Aku ini... hantu."

"kyaaa!!!" teriakku histeris dan mendorong tubuh laki-laki itu hingga terjatuh ke lantai. Aku benar-benar kaget, hembusan napasnya tadi membuat tengkukku merinding dan geli.

laki-laki itu lalu berdiri sambil memegangi pantatnya. "Ternyata kau kuat juga ya, nona," katanya lalu kembali mendekat kepadaku.

"jangan mendekat! kalau kau melangkahkan kakimu satu langkah saja, aku akan berteriak sekencang-kencangnya!" ancamku.

"Baiklah, aku tidak akan mendekatimu. Aku tidak mau kau disangka gila karena meneriaki orang yang tidak terlihat," kata laki-laki itu dengan tampang kalem, lalu berjalan mendekat ke meja kecil yang diatasnya kutaruh televisi berukuran 14 inchi dan beberapa foto-foto itu. lalu bergeser ke foto-foto masa kecilku yang kutempel di dinding.

"A-apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti kata laki-laki itu.

"Apa ini foto ketika kau masih kecil? wah, manis sekali! Tapai kenapa berbeda sekali dengan yang sekarang ya?" kata laki-laki itu tanpa memperdulikan pertanyaanku.

"tapi kemudian ia menoleh, dan melangkahkan mendekat padaku lagi. lagi-lagi aku hanya menelan ludah. Tubuhku gemetaran. Bayangkan saja, di rumah hanya berdua dengan seorang laki-laki, dan entah apa yang akan ia lakukan padaku. sementara aku hanya bisa berdiri tanpa bisa menggerakkan kedua kakiku. Tuhan, tolong aku!

"emm... sudah kubilang tadi kalau aku ini hantu. kau tidak percaya? kau mau bukti?".

Aku mengangguk.

"Baiklah, lihat ya, jangan kedipkan matamu!"
perintah laki-laki itu padaku.ia kemudian berjalan ke arah pintu kamar mandi yang tertutup, dan ... menembusnya. Ya, dia menembusnya, tanpa membuka pintu itu dengan tangannya.

"KYAAAA!!!" Aku berteriak histeria.

kau dan aku adalah takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang