"selamat pagi, safa! Bagaimana perasaanmu?" sapa sebuah suara di sampingku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, tampak sosok laki-laki sedang berdiri di samping ranjangku sbil tersenyum lebar.
"Aarav Adelio ? kenapa kau ada disini?" seruku kaget sambil menarik selimutku sampai leherku. aku tidak tau kenapa aku bereaksi seperti itu, padahal aku kan memakai pakaian lengkap.
laki-laki itu mendecakkan lidah "ck, kenapa kau selalu bertanya hal yang sama tidak ada yang lain?" gerutunya sambil berjalan ke ruang makan.
"Lalu aku harus bilang apa? Apa aku harus bilang 'hai juga Ara ? ( singkat dari Aarav= ara) Cih, aku tidak Sudi," kataku ketus seraya turun dari tempat tidur.
"Hmm... ya mungkin seperti itu," sahutnya dari ruang makan. " cepat cuci muka sana, setelah itu sarapan. Aku sudah membuatkan bubur untukmu," tambahnya.
"Apa? kau memasak? memangnya hantu bisa masak?"
Ara berdiri di hadapanku sambil menyilangkan lengannya di dadanya "Aku ini hantu spesial. sudah jangan banyak bicara cuci muka setelah itu makan perutmu perlu di isi, nanti kau pingsan lagi" perintah Ara.
Ck, kenapa dia memerintahku? memangnya siapa dia?
Meski menggerutu, aku melakukannya, Tidak lama aku keluar aku melihat semangkuk bubur di atas meja beserta beberapa suir daging ayam, segelas susu dan satu piring hidangan pencuci mulut.
"Makan yang banyak, jangan lupa minum susunya juga"
ucap ara seraya menuangkan susu ke gelas.Aku terdiam... semua yang di lakukan ara sama seperti yang dilakukan mantan pacarku.
"ada apa kau tidak suka?"
aku menggeleng kan kepalaku "tidak terimakasih" ucapku pelan dan lajut makan.
suasana hening sejenak, aku menikmati makananku. rasanya enak sekali, tidak kalah dengan buatan ibu. ahh aku jadi kangen dengan nya...
"oya, bagaimana aku bisa di rumah?" tanyaku sambil melahap bubur buatan ara.
"Temanmu, viola yang mengantarmu, dia menunggu selama 2 jam tapi dia pergi setelah menelepon seperti nya ada hal Mendesak jadi dia pergi"
"oh... begitu" sahutku sambil memasukkan bubur ke dalam mulut.
suasana kembali hening. Aku tidak tahu harus bicara apa, aku memang tidak pandai bicara. Tapi aku penasaran akan satu hal. Tanya? tidak? tanya? tidak?
"Emm... ara , boleh aku bertanya?" kataku dengan ragu.
"tentu kau mau tanya apa?" ia menatap langsung ke bola mata ku.
aku bertanya kepada ara kenapa bisa dia mati? mm... maksud ku ceritakan semuanya tentang dirimu.
ara menghela nafas dan bercerita bahwa dia mati karena kecelakaan motor di jalan braga sebulan lalu.
"Aku ini baru kembali dari luar negeri alias dari Amerika dan setelah 5 tahun kuliah di sana aku baru bisa kembali sekarang dan bermaksud menemui tunangan ku tapi aku bahkan belum sempat melihatnya..." dia tersenyum yang senyum nya membuat hati ku terasa di sayat ."selama sebulan aku berkelana menjadi arwah. Tidak tahu kemana, aku bisa melihat orang yang ku sayang tapi aku tidak bisa berbicara dengan mereka apalagi menyentuhnya..." bagaikan bendungan yang akan bocor dia menahan air matanya agar tidak keluar.
"sudah, keluarkan saja jika di tahan itu tidak baik..."ucapku sambil memeluknya.
dan akhirnya benteng terakhir dari bendungan itu hancur dan membuat nya banjir air mata...
(apakah jika aku mati ibu atau adik ku akan seperti ini) ucapku dalam hati
setelah beberapa menit ara kemudian tenang tapi tidak menunjukkan akan melepaskan pelukannya
"jadi kenapa kau menjadi hantu gentayangan? apa masih ada yang belum sempat kau lakukan?" ucapku sambil mengelus kepalanya.
ara terdiam dan melepaskan pelukannya dan menatap langit-langit dan berkata dengan suara serak "Mungkin karena aku belum sempat bertemu dengan tunanganku."
aku mengangguk pelan dan kembali makan hidangan penutup berupa beberapa buah
(Hmm... ternyata hidup ini lucu ya kupikir yang terjadi kepada ara ini hanya ada di drama yang ada di televisi. Takdir itu aneh dan sulit di tebak) gumamku dalam hati.
maaf baru bisa update :) jadwal penuh dengan ujian :)
jan lupa
komen (gak maksa tapi kalok baik boleh)
vote (harus)
udah makasih banyak yang udah baca dan vote ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
kau dan aku adalah takdir
RomanceBerawal dari kata hati yang tak sengaja terucap. Dua orang dengan satu takdir, berusaha untuk terus mengarungi kehidupan yang penuh dengan dilema. Aarav Adelio, seorang pemuda yang baru menginjakkan kakinya di Bandung mengalami satu kejadian yang lu...