Katanya sudah pagi, lantas aku harus apa untuk menyambut pagi yang selalu sama setiap hari. Bukankah matahari tetap bersinar walau aku tidak suka?
☁️☁️☁️
" Ayo neng sedikit lagi " Teriak Bu bidan membantu ku melahirkan. Rasanya perih sekali, tapi aku tahu anakku perlu hidup.
Aku mengejan keras,sangat keras. Bayiku sulit keluar. Nak, tidak apa, tetaplah bertahan demi ibu dan bantu ibu.
" Owaakk owakk " Suara bayiku, iya, anakku sudah lahir. Aku lega, saat bayiku ada diatas tubuhku, menyentuh antara kulit dengan kulit rasanya seperti es krim bertabur emas, tidak bisa dipungkiri.
Pacarku datang, tapi
" Nin, aku mau kita cerai. Tanda tangani ini lalu berpisahlah dengan bayiku " Drrg.Salahkah jika aku harus memiliki keluarga yang utuh? Bukankah sudah cukup engkau ambil semuanya dariku Tuhan?
Aku menangis, tidak. Aku harus tetap tegar didepan bayi ini.
" Nggak kak, aku gak mau "
" Kamu tega? Aku baru melahirkan, harusnya kamu tepatin janji kamu kak " Sudah cukup aku berteriak, aku lemah setelah mengejan.
" Kamu bilang bakal sama-sama bareng aku? hihihi " Tidak kuat, aku hanyalah perempuan dengan sisa air mata yang kupunya. Ternyata takdir masih belum suka aku.
" Terserah, pokoknya aku mau kita cerai! " Kak Mavin pergi, benar-benar pergi.
Setetes air mata ku keluar lagi. 'Kak,cuma kamu laki-laki baik yang pernah aku kenal'
Aku tersontak kaget, matahari yang membangunkan ku. Mimpi buruk apa yang datang?
Aku tergopoh-gopoh. Ternyata mataku mengeluarkan air. Aku mendengus, ternyata selemah itu aku sampai mimpi pun aku tangisi.
Pacarku bangun, hehe maaf menganggu yaa..
" Kenapa? " Katanya bertanya. Sungguh, wajahnya jauh lebih cerah dibanding kehidupan ku.
" Mimpi.." Kataku sambil menyeringai. Aku belum terbiasa tidur bersama laki-laki ternyata, selalu gugup walaupun kita pacaran sudah dua tahun.
Pacaran,bukan nikah. Aku dan pacarku baru saja menikah seminggu yang lalu.
Dia menepuk-nepuk ubun-ubun ku lalu tersenyum. Lagi, dia mengelus perut rata ku.
" Mau cerita apa nggak? " Katanya menawarkan tempat cerita. Iya, setiap aku habis kedatangan sesuatu, entah apapun itu, pacarku selalu menyediakan tempat untuk berbagi curah.
" Tadi, aku mimpi kamu cere in aku.." Kataku gugup, bicara perlahan, hehe aku sangat takut.
" Owalah, ya nggak lah ada-ada aja kamu mah mimpi nya " Pacarku malah tertawa, padahal aku sedang diambang gelisah mengira dia bakal marah.
" Kan udah janji mau sama kamu sampai besok,lusa,tahun depan,lima belas tahun mendatang, tig-- " Terpotong. Aku sudah tahu ia akan bicara apa.
" Iya-iya aku tahu, terimakasih ya " Kataku menutup mulutnya. Gak apa-apa tanganku jadi bau juga.
" IYAAAA SAMA-SAMA "
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMBUT PENDEK
Teen FictionBenarkah bahwa takdir itu akan selalu ada dan selalu sama? Bukankah aku juga sama dengan mereka? Lantas, kenapa takdir selalu menjauh dari aku yang katanya sama dengan mereka? Aku berjalan dengan sisa napas dan perut yang mengembung setiap bulan. Ak...