• Sifatnya (2)

7 0 0
                                    

Sudah dua bulan sejak hari-hari yang berat itu berlalu. Hidupku kembali seperti semula. Lurus dan anteng. Begitu pula Rara. Di sekolah pun tak terlalu buruk seperti sebelum-sebelumnya.

Dan sabtu pagi ini aku berada di taman kota. Duduk disalah satu kursi kayu kosong didekat tiang lampu berwarna coklat kalem serupa dengan pepohonan disana. Cuacanya pun sungguh nyaman membuatku betah disini.

Angin yang berhembus pelan dan sang matahari yang masih malu-malu menampakkan dirinya. Aku memasang earphone ke kedua telingaku lalu memejamkan mata menikmati pagi ini.

Baru terputar dua lagu, ada yang menarik earphone kananku sampai terlepas sepenuhnya dari telingaku. Lantas aku menoleh kearah pelakunya.

Remaja laki-laki dengan paras indah pelakunya. Pahatan wajahnya yang hampir sempurna itu. Dengan hidung kecil bangir. Mulut yang tipis di bagian atas dan cukup berisi di bagian bawah. Dengan mata bulat agak sayu yang menatapku.

"Na..." Kata yang pertama kali keluar dari lisannya.

Aku yang masih terkejut buru-buru melepaskan earphone bagian kiri telingaku. Badanku aku hadapkan sepenuhnya kearah remaja itu.

Aku balas menatap matanya, "Haii... " Menyapa dengan senyum yang mulai mengembang dibibir ku.

Dia tersenyum pula.

"Apa kabar kamu dan adik?" -Qian.

"Kami baik, kamu sendiri?"

Dia hanya tersenyum.

"Cuacanya bagus ya pagi ini... " Dia berujar lalu mengarahkan badannya menghadap depan. Aku juga mengikuti gerakannya, menghadap depan.

"Hm." Aku hanya berdehem kecil.

Hening, tak ada yang memulai percakapan lagi.

Kami sama-sama hanyut dalam suasana itu. Menikmati angin pagi. Aku mencuri pandang ke arah Qian. Wajahnya menatap kosong kedepan. Pandangannya kosong.

"Mau jalan ngga?" Tawar ku.

Dia menoleh, lalu mengerjap polos.

"Muterin taman ini... " Jelas ku.

Dia mengangguk, bangun mendahului ku. Lalu berdiri dihadapan ku, mengulurkan tangannya kearah ku. Segera aku menyambut uluran tangannya untuk berdiri.

Kami berjalan-jalan sambil melihat sekitar. Ada yang sedang piknik keluarga, sungguh harmonis. Ada yang memberi makan kucing-kucing jalanan sambil bermain dengan kucing-kucing tersebut. Ada juga yang hanya duduk seperti aku tadi.

"Na."

"Hm?" Aku menolehkan kepala ke laki-laki disebelah ku, agak mendongak sebenarnya. Karena tinggi kami berbeda cukup jauh. Aku hanya sebatas bahunya.

"Mau itu ngga?" Dia menunjuk kearah seorang pedagang yang menjual cotton candy.

"Mau!" Aku menatap beberapa bungkus cotton candy yang digantung itu dengan berbinar.

Lantas dia menarik pergelangan tanganku lembut kearah penjual tersebut.

"Pak, berapa?" Dia bertanya setelah mengambil satu bungkus cotton candy berukuran besar berwarna merah muda itu.

"Dua Belas ribu mas."

Qian menyerahkan selembar uang berwarna hijau ke penjual tersebut, "Kembaliannya buat jajan anak ya, pak."

"Siap mas, makasih." Si penjual itu tersenyum ramah.

Kami kembali berjalan pelan menyusuri taman. Sesekali Qian memakan cotton candy ditangan ku.

Only You Have It | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang