• 2018 🌂🌨
"Me, masih inget sama Bryan nggak?"
Pertanyaan Yenny membuat bungkus cheetos Celine jatuh. (Padahal dia baru saja mengambilnya.) Duh, untung dia belum membukanya. Kalau nggak, bisa tumpah! Bryan? Bryan Blayen? Anak yang rese itu? Joceline memasang wajah: 😮. "Anaknya Tante Monic yang suka marah-marah? Yang pipinya kayak bakpao pas kecil tapi dagunya runcing? YANG RAMBUTNYA KAYAK DURIAN KEJATUHAN LANDAK?!" Hadeeeh.
Opening soundtrack drama favorit Celine dan Yenny, Moon Lovers terdengar di seluruh penjuru ruang tengah, "Sst, kamu diem dulu. Aku mau lihat Wang Wook, my boy." Yenny menggoyangkan badannya dengan genit. PLEASE, LAH?!
"Ih? Padahal kamu yang tanya-tanya aku ..." Joceline menggembungkan pipi sembari mengunyah cheetos, "... Krauk, nyom, nyom."
"Cheetos, dong!" Itu suara Leena. Dia duduk di samping Celine sambil menguap cantik.
"Niiih." Celine langsung menyodorkan snack yang diminta oleh saudara kembarnya.
"Bryan sama Tante Monic baru nyampe Jakarta, beberapa hari yang lalu," ucap Yenny. Dia masih fokus nonton Moon Lovers, "How about ...."
"About? .... What?" Celine mendadak jadi bocah yang nggak sabaran.
"Hanging out with them tomorrow? You should." Senyum Yenny mengembang. Dia menusuk-nusuk bahu Celine dengan telunjuknya.
"Leen ..." Celine memasang puppy face, berharap bahwa saudara kembarnya mau membantunya kali ini.
"Enggak ya, aku nggak mau." Leenanya langsung menggeleng cepat!
"Ayo lah, masa kamu nggak mau? Makin cakep loh, anaknya. Mirip Wang Wook!" Yenny menusuk-nusuk bahu Joceline lagi. DUH, PUSIIING.
"Kenapa harus aku?" Protes Joceline. Dia mengangkat dagu sembari mengerucutkan bibir dan menyatukan kedua alis dengan imut. Wajar kan, kalau dia agak nggak terima?
"Temen kecilnya Bryan kan kamu, bukan Aileena." Jelas, ini adalah perintah penuh dari Yenny Winata.
"Ish, kamu tuh ya. Temen kecil apanya? Ketemu cuma sekali-dua kali doang. Mana anaknya galaaaaak lagi. HUEEEE." Celine menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan cepat, kemudian pura-pura mewek.
"Aku malah nggak kenal sama sekali." Tentu saja Leena nggak ingin ikut campur. Dia bahkan mengangkat kedua tangannya.
"Besok yaaa. Bentar, aku mau chat Monic dulu. Katanya sih, besok mereka yang jemput kam-Eh, ya ampun, WANG WOOK-KU?! AAAAAA." Dan seperti biasa, Yenny Winata is being Yenny Winata, ckckck.
"Aduh, aduh. Ini Mamanya siapa sih?" bisik Celine pada Leena sambil geleng-geleng.
***
Bryan nggak paham sama jalan pikiran Monic (Mamanya). Kenapa dia harus membeli sebuah boneka teddy bear kecil dan memegangnya sambil memandanginya dengan geli seperti apa yang sedang dia lakukan saat ini? "Kita mau ketemu siapa se, Ma?""Emm, your childhood friend?" Monic mengusap-usap dagu sambil menyipitkan matanya. Biasa lah, sok misterius. "Gih, masuk mobil."
Bryan mengacak rambutnya asal, lalu duduk di jok belakang di sebelah Monic dan membiarkan teddy bear-nya jatuh ke pangkuan.
"Jalan, Pak!" Monic menepuk pundak Pak Sopir dari belakang, kemudian menerima anggukannya sebagai balasan. Sopir Monic pun segera menginjak gas dan rem dengan lembut untuk membawa kedua majikannya menuju tempat tujuan. Dan setelah beberapa saat, mobil mereka akhirnya sampai di halaman rumah keluarga Faldy Lauwita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain, Bloom, Annoying, You?!
Teen Fiction... Itulah kenapa, orang-orang sering bilang, "Be careful with your words." 🌂🌧