• 2019 ☔🌩
“Kaylie?”
Bryan mengangkat sebelah alis sambil memasang air muka jutek saat melihat wajah kusut masai milik Joceline. Gadis itu membawa lunch box biru dan gelas plastik kekinian berisi jus strawberry. Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai, dihiasi oleh bando pita warna pink pastel. Dasi merah dan rok kotak-kotak lucu khas SBH—Sekolah Bintang Hati—yang sedang dia pakai bergoyang pelan saat dia menghentak-hentakkan kakinya sebal. Merasa bahwa seperempat dari energinya mulai terkuras setelah dia mempersulit pekerjaan fisiknya dengan perintah-perintah kurang menyenangkan yang datang dari Bryan, Celine akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan cara mengangkat lunch box sambil bersandar di pintu kelas Bryan dan memajukan bibir.
Bryan yang paham dengan kode Joceline (yang hampir selalu dia dapatkan dari cewek itu setiap harinya) langsung mengambil lunch box merah muda dari dalam tas dan segera berdiri dari bangku pojok depan hingga bahunya tanpa sengaja menyenggol gorden biru terang tempat sinar mentari berpipi merah menembus malu-malu.
“Kantin?” tanya Arnold, teman sebangku Bryan dengan tatapan menyelidik. Ekor matanya menangkap sosok Joceline yang masih setia memasang wajah semrawut seperti mie kremes di depan pintu kelas mereka.
“Ya,” Bryan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengangkat bahu cepat dan melipat bibir (kasual), “Gotta go.” Diliriknya Joceline singkat, lalu menghela napas malas.
Semua orang di kelas Bryan tahu kalau Celine dan Bryan selalu bertukar bekal setelah bel istirahat berbunyi. Namun, selama setahun mengenyam pendidikan bersama, nggak ada yang pernah melihat keduanya berinteraksi panjang–lebar selain saat makan bersama. Mereka juga sering tertangkap basah sedang bertengkar kecil di sela-sela kegiatan makan mereka. Jadi sebenarnya mereka ini teman atau musuh bebuyutan, sih?!
Secepat datangnya pantulan sinar ultrafeng, Bryan menghampiri anak gadis yang lebih sering dia panggil Kaylie itu. Baru ... baru disamperin, loh? Eh, wajah kecut Joceline udah ngajak berantem aja! Minta disuapin tomat busuk ya?! “Ayo,” gumam Bryan ogah-ogahan. Dahinya mengerut indah, alisnya naik sebelah dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Joceline megap-megap seperti ikan kecil yang kabur ke daratan setelah dikejar-kejar oleh hiu yang nggak punya perasaan untuk dijadikan menu makan siang. Dia bertumpu pada pintu kelas Bryan yang masih terbuka lebar, namun sorot matanya yang tajam jelas mengisyaratkan bahwa dia akan mengibarkan bendera perang. Badannya melorot lemas karena dia belum sempat sarapan. Hadeeeh, dasar ringkih!
“Kaylie?! Ck!” Seusai mendelik, Bryan menahan tubuh Joceline agar nggak makin merosot seperti layang-layang gepeng yang jatuh ke tanah. Salah satu tangannya digunakan untuk menahan jus strawberry agar tidak tumpah.
“I’m tired, moron!” Celine melepaskan tangan Bryan dari bahunya, masih menatap cowok itu tajam, kemudian berusaha untuk menginjak kakinya, persis seperti respons Hermione Granger setiap kali dibuat dongkol setengah mati oleh kelakuan Draco Malfoy yang nggak berkelas.
Sayangnya, Bryan jauh lebih cekatan dari yang Celine kira, “Said the dumb one herself, eh?” Sinisnya sambil menunjuk-nunjuk pelipisnya sendiri. “Miss? Watch your words, would you?” Bryan berdecak miring, memutar bola mata.
Suara derap kaki cepat kian mendekat. Dan saat Bryan mengalihkan pandangan, antek-antek Joceline sudah berada di hadapannya.
“KKANG-SSU!” Joceline buru-buru mengubah ekspresi wajahnya. Gadis ini langsung mengerucutkan bibir, “Dia jahatin Celine lagi, HUEEE.” Ditunjuknya Draco Malfoy gadungan (re: Bryan) sambil menarik pergelangan tangan gadis berambut pendek untuk mendekat ke arahnya, “KANG SUYEON ... HUAAAAA.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain, Bloom, Annoying, You?!
Novela Juvenil... Itulah kenapa, orang-orang sering bilang, "Be careful with your words." 🌂🌧