Mentari pagi menanjak semakin tinggi di timur cakrawala pada hari Sabtu yang indah. Bagaimana tidak indah? Sudah lama tidak ada hari libur tanggal merah bersambungan dengan akhir pekan yang menjadi rangkaian long weekend. Tidak hanya para manusia, bahkan burung-burung pun bernyanyi riang menyambut hari indah yang terasa dinanti-nanti. Begitu kental dan padat rasa gembira atmosfir bumi hingga bisa terasa di udara.
Begitu pula dengan rumah kediaman ketujuh kakak beradik favorit kita yang berlokasi di Pulau Rintis. Beberapa dari jendela rumah itu sudah terbuka, mengalirkan udara segar sekaligus membuang udara pengap dari dalam rumah. Selain udara pengap, tercium pula aroma makanan yang bersumber dari dapur dimana Taufan sedang memasak sarapan.
"Kandaaa, dimanakah kau beradaaa. Rindu aku ingin jumpaaa ...." Begitulah suara cempreng Taufan terdengar menyanyikan sebuah lagu dari negara tetangga selagi ia membentuk adonan kue beraroma kayu manis dan cokelat ke atas loyang panggang. Seperti biasa, si remaja bernetra biru safir itu bergerak kesana kemari dengan lincahnya di dalam dapur di tengah suara dentingan alat masak yang berbenturan dengan meja, tembok atau dengan alat masak yang lainnya.
Walau indah, tidak semua mahluk menyambut pagi hari itu dengan antusias. Seperti Gempa contohnya ....
Raut wajah remaja bernetra cokelat madu itu bercampur-campur antara kesal dan khawatir. Di dalam batinnya, Gempa menyesali keputusan yang ia ambil semalam utuk memperbolehkan Taufan memasak sarapan. Tidak pernah Gempa menyangka bahwa kakaknya yang satu itu malahan membuat kue biskuit untuk sarapan daripada masakan sederhana yang umum seperti nasi goreng.
Tidak hanya mengkhawatirkan peralatan masak yang dipakai oleh Taufan yang kini membuat Gempa mengaruk-garuk kepalanya. "Fan. syair lagumu salah. Dinda, bukan kanda!" ketus Gempa yang dari tadi sudah gatal ingin mengkritik si biduan dadakan di dalam dapur.
Tentu saja yang diprotes langsung tertawa cengengesan. "Oh ya kah?" tanya Taufan di tengan kekehan gugupnya. "Aku lupa syairnya, maklum lagu lama."
Komentar si kakak membuat Gempa menggelengkan kepalanya. "Sekarang aku-"
"Bagaimana kalau lagu lain?" celetuk Taufan sebelum Gempa sempat berkata-kata lebih lanjut. Sepertinya efek gembira dari libur akhir pekan yang panjang benar-benar sudah mengalahkan akal sehat Taufan. "Old McDonald has a farm and .... Bingo was his name ... Eh?"
Sebuah sweatdrop pun menitik di kepala Gempa. "Lagu macam apalagi itu ...." Dengan itu Gempa memutuskan untuk mengevakuasi dirinya sendiri dari dapur sebelum gendang telinganya menjadi korban merdunya suara nyanyian Taufan.
Merasa tidak ada lagi yang dapat diperbuat selain menunggu Taufan selesai menggunakan dapur untuk acara masak sarapan, Gempa memutuskan untuk bersantai saja. Segelas teh chamomile pun diseduh oleh Gempa karena dirasanya cukup untuk menjadi teman menikmati acara televisi.
Hanya saja sayangnya ruang utama rumah dimana televisi berada sudah keduluan dihuni oleh beberapa adik-adik Gempa. Sofa panjang yang terletak tepat berhadapan dengan televisi sudah ditempati oleh Solar dan Ice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby On Board.
FanfictionPagi hari di awal libur panjang akhir pekan itu bermula dengan begitu indahnya. Sudah lama sekali ada hari libur tanggal merah yang tepat berdampingan dengan libur akhir pekan. Hanya saja sayangnya sesuatu yang direncanakan tidak selalu bisa berjala...