Hanya kegelapan yang ditemukan oleh Glacier ketika bocah itu mebuka kedua kelopak matanya. Entah berapa lama dia larut di dalam alam mimpi, yang pasti Glacier merasakan kepalanya sedikit berdenyut-denyut. Terakhir kali Glacier merasa seperti itu adalah ketika dia tidur terlalu lama. Butuh waktu beberapa menit bagi Glacier untuk mengumpulkan nyawa setelah terjaga dari tidurnya.
"Dimana ini ...?" gumam Glacier saat ia mencoba mengamati keadaan sekitarnya. Perlahan-lahan kedua mata Glacier beradaptasi dengan kegelapan yang menylimuti dirinya dan mulai mengenali ruangan dimana ia berada.
"Ah ya .... Ini kamar tamu rumah kakak sepupuku," ucap Glacier pada dirinya sendiri. Perlahan-lahan Glacier menggeser tubuhnya sampai ke tepi ranjang sebelum bangkit. Dengan meraba-raba, bocah itu pun berhasil menemukan sakelar lampu di dinding kamar.
"Aduh!" desis Glacier saat terangnya cahaya lampu kamar menerpa kedua matanya. Perubahan mendadak dari gelap ke terang itu cukup menyakitkan indera pengelihatan Glacier dan butuh waktu beberapa saat lagi bagi kedua matanya untuk beradaptasi dengan terangnya cahaya lampu.
Tanpa memedulikan wajah yang masih penuh garis-garis bekas bantal dan rambut yang masih acak-acakan, Glacier melangkah keluar dari kamar.
Tidak terlalu mengherankan bagi Glacier saat ia melihat gelapnya langit di luar sana melalui jendela rumah. Jarum pendek jam dinding itu menunjuk ke angka delapan sementara jarum panjangnya baru saja melewati angka lima. "Wah sudah jam delapan malam? Berapa lama aku tidur?" gumam Glacier seakan tidak percaya dengan waktu yang ditunjukkan oleh jam dinding.
"Konbanjiwa Glacier." Terdengarlah sapaan dari Solar yang berasal dari dapur. "Sori lagi main sama Blaze dan Ice di kamar."
Serta merta Glacier menengok ke arah dapur. Dia menemukan Solar tengah memasak sesuatu di dapur. "Eh Kak Solar. Konbanwa," balas Glacier yang ternyata juga bisa sedikit berbahasa asing.
"Bukan konbanwa, tapi konbanjiwa!" protes Solar sembari menyentak penggorengan yang ia pegang sekaligus membalik telur yang berada di dalam penggorengan.
Glacier memutar bola matanya ke atas. "Kak Solar terlalu banyak nonton YouTube nih," keluh si adik sepupu. "Pasti channel Waseda Boys 'kan?"
"Ck ck ck ck." Solar berdecak sembari menggoyangkan jari telunjuknya. "Salah, bukan Waseda Boys, tapi Nihonggo Mantappu."
"Ya yang itu deh." Glacier memilih untuk tidak mendebat si kakak sepupu karena walaupun disampaikan dengan cara menyebalkan, apa yang dikatakan Solar itu benar adanya. "FrostFire yang suka nonton channel itu."
"Oh?" ucap Solar sembari memindahkan telur yang baru saja selesai ia goreng ke atas sebuah piring yang sudah berisikan nasi goreng. "Hebat juga FrostFire nonton channel begituan .... Kalau kamu sendiri suka channel apa? Eh ya, kalau mau makan, itu ada nasi goreng buatanku. Telurnya masak sendiri ya."
Glacier pun mengambil sepiring nasi goreng. Memang perutnya sudah berteriak minta diisi dan membuanya enggan menunggu lebih lama. Karena itu pula Glacier memutuskan untuk tidak memakai telur pada nasi gorengnya. "Aku kalau nonton channel YouTube ... hm ... apa ya?" gumam Glacier sebelum menyendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Aku suka channel Affly Rev," ucap Glacier setelah mengunyah nasi goreng di dalam mulutnya. "Lagu buatan dia keren-keren. Apalagi kalau sudah masuk bagian EDMnya (EDM=Electronic Dance Music)."
"Ya, memang Affly Rev keren. Dia-" Belum sempat Solar menyelesaikan kata-katanya ketika terdengar suara cekikikan riang.
"Laci! Laci!" Tidak lain dan tidak bukan, pemilik suara riang itu adalah Sori. Bocah Bayi itu tertawa riang saat ia berjalan menuruni tangga rumah dengan tertatih-tatih dipegangi Blaze dan Ice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby On Board.
FanfictionPagi hari di awal libur panjang akhir pekan itu bermula dengan begitu indahnya. Sudah lama sekali ada hari libur tanggal merah yang tepat berdampingan dengan libur akhir pekan. Hanya saja sayangnya sesuatu yang direncanakan tidak selalu bisa berjala...