MINE ; 0.1

7K 952 482
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER ONE ─── ice cream !

•••

Bersiul, dengan balut kresek dalam tautan genggam juga jari jemari yang memainkan kunci pada telunjuk kiri. Mengundang bising gemerincing lantas keluarlah Haruchiyo dari mobil hitamnya seorang diri.

Sesekali bersenandung, tungkai pun ikut bergerak membawa langkahnya menyusuri tiap tapak menuju apartemen yang terletak dilantai delapan. Dengan seringai pula yang tak hentinya berkedut sebab riang ingin berjumpa adiratna. Sang damba dalam puja, sang pemikat sukmanya.

"Tok tok tok~ wahai ratu ku, kesatria mu telah datang! Buka kan pintunya~"

Sepersekian sekon kemudian, bak sihir yang telah memantrai, papan berbalut cat putih dihadapan terbuka seketika. Membawa jelita yang tampak antusias langsung berhambur pelukan. Membuat tuan agak terhuyung, namun juga tertawa.

"Chiyo, Chiyo, Chiyo!"

"Agresif sekali~"

"Mana ice cream nya?!"

Tuan bermahkota kan gulali mengangkat kresek dalam tautan genggam. Lantas mengundang sumringah dari puan yang segera merebut balut kresek dan melangkah masuk dengan riang.

Haruchiyo mengekori sesaat setelah mengunci pintu kembali. Ia menduduk kan diri diatas sofa tunggal, tepat dihadapan pujaan hati yang tampaknya tengah menilik isi kresek putih.

"Banyak sekali! Aku suka!"

"Untuk ratu ku, apasih yang tidak?"

Adiratna terkikik pelan, lantas mengerlingkan goda. "Kau tidak akan bangkrut kan?"

"Mana mungkin!" tuan menyahut jenaka.

Satu cup ice cream diamit. Dibuka pula dicicipi setelahnya. Mengundang decak, yang mengalun berirama. Merasa dengan harsa yang menyuar sebab manis yang memanjakan indra pengecap.

"[name], kemarilah..."

Bariton menyebut, memotivasi angguk untuk menyahut. Lantas dapati pemilik gulali yang memberi gestur. Menyuruh untuk berpindah duduk ke atas pangkuannya yang menganggur.

Puan menurut. Bergerak dengan lidah yang masih mengecap alun yang disekon kemudian terhenti sesaat setelah berpindah ke pangkuan Sanzu.

Lembayung nya spontan bersirobok, pada permata polos yang dibingkai bulu mata lebat nan elok. Membuatnya terbuai akan pesona rupawan milik tuan.

Jemari lentiknya menyusuri lembut rahang kokoh yang terasa halus. Tak pula diselimuti oleh janggut sedikit pun.

"Chiyo, apa kau terluka?"

Vokal puan menoreh tanya. Dalam kerutan heran sang rupawan.

"Kenapa memangnya?"

"Ini... Apa yang ada dipipi mu ini darah?"

Terbelalak. Mengumpat citta lantaran lupa akan cipratan ludira yang sempat bersemayang menodai parasnya oleh sebab menghabisi pengkhianat beberapa waktu sebelumnya.

Haruchiyo mengelak tatkala puan akan menyentuh pipinya. Lantas dengan kasar mengusap wajah pada lengan kemeja.

"Hanya darah dari nyamuk nakal yang kubunuh"

Adiratna mengangguk. Menerima pembelaan tuan dengan polos dan tersenyum. Lantas kembali mengecap lidah pada sendok bermandikan cokelat dari cup dalam genggam.

Haruchiyo memperhatikan. Bagaimana cara pujaannya merasa, bagaimana cara lidah puan mengecap, yang sesekali terjulur untuk membersihkan bagian luar.

"Apakah rasanya enak?"

Anggukan diberikan. "Sangat-sangat enak, sampai membuatku comot terus-terusan"

Haruchiyo tak ingin hilang kesempatan. Tatkala melihat noda cokelat yang meliar nakal, saat itu pula lidahnya beraksi tanpa sopan menjilati ujung bibir adiratna.

Korban tampaknya terkejut. Namun terkekeh geli disepersekian detik kemudian sebab Sanzu yang tak henti-henti menjilati wajah nya.

Sudah pantas agaknya bila disandingi dengan anjing chihuahua.

"Chiyo... itu geli!"

"[name], kau menggemaskan sekali! Sampai-sampai membuatku ingin memakan mu sekarang juga~"

Puan meletakkan cup dalam genggam lantas mengalungkan lengan pada leher Haruchiyo. Bergelut manja dengan netra yang menyuarakan goda. Pandangi tiap inchi paras rupawan dihadapan.

"Ingin memakan ku, hm?"

Begitu sensual nadanya. Membuat Haruchiyo menahan nafas seketika. Sebab deru yang bertukar, saling menerpa wajah mereka.

"Chiyo ingin memakan ku?"

"Ya, aku ingin memakan mu"

"Kalau begitu, makan aku, Chiyo♡"

Menyeringai. Tuan mengerti akan maksud puan. Wanita itu, terlihat begitu polos terkadang. Namun siapa sangka ia bisa bersikap liar kala mereka hanya berduaan.

Haruchiyo tertawa pelan tatkala jelita mencuri kecup pada bibirnya. Jejaki rasa manisnya cokelat yang semakin gencar menggodanya.

"Tidak sekarang. Aku tak ingin menodai ratuku yang masih dalam balutan seragam sekolah"

Puan sontak tinggalkan rengut. "Lantas kapan?"

"Sampai kau cukup usia" Ia mengamit pula cubit gemas pada hidung jelita.

"Tapi aku sudah 18 tahun! Bahkan tinggal menghitung bulan sampai umurku 19 tahun!"

"Aku tau," tuan menjeda. "Maka dari itu, untuk sekarang biarkan aku memakan bibir manis mu saja~"

"Ap- HHMPS!!"

"Ap- HHMPS!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#

MINE

Watashi tida melihat apa apa desu 🙈

:: 𝗺𝗶𝗻𝗲, sanzu haruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang