Tak terasa udah hampir satu Minggu tinggal di pesantren. banyak perbedaan yang dulu tidur di jam 9 malam, sekarang tidur diatas jam 10 malam dan bangun di jam 3 pagi. Sungguh minimnya waktu tidur para santri.
Yang dulu mandi sesukanya sila, sekarang harus antri mandi. Dua hari di pesantren sila punya keinginan untuk pulang kerumah. Tapi Abu pernah berpesan harus menuntut ilmu sampai Khatam bagaimana pun terjadi dan niat لله تعال, Biar diberi kekuatan dalam menuntut ilmu.
Hari ketiga Sila mempunyai teman yang pas dengan sila. Meski sila sudah memiliki teman di kamarnya tapi tak ada yang klop dengan sila. Entah kelakuan teman sekamar terlalu bar-bar, entah sila yang pendiam dengan situasi kamar penuh cerita seorang akhwat yang dekat dengan teman sekamar.
Sehingga sangat bertemu dengan wafiatul Rahma dan mengobrol, sial merasa cocok. Wafi tetangga kamar Sila. Waktu kenal dengan wafi saat di lantai 3 tempatnya lantai buat berjemur pakaian para santriwati.
Pertama wafi bertanyak biasa seperti orang mana, dapat kelas berapa, lalu entah wafi cerita tentang keluarga dan lain. Sila dan wafi cerita mengalir bergitu saja tak tau arah."Sil udah siap?" Tanya wafi yang berdiri di depan pintu kamar
"Bentar" jawab sila mencari uang yang akan dibawah
Wafi langsung duduk di kasur dekat Rara yang bermain handphone.
"Mau kemana sih?" Tanya Rara kepada wafi
"Keluar beli kitab" jawab wafi
"Eh aku titip makanan ya" saut isti
"Aku juga" Tia
"Makan apa?" Wafi
"Es Boba dekat toko parfum tau kan?kebab di sebelah toko sepatu itu lho" isti
"Aku bakso jumbo depan taman tahu kan? Esnya sama seperti isti aja" tia
"Aku Batagor di praptaan jalan tahu kan fi? Esnya frut fresh tempatnya sama punya isti " Rara
"Sudah nanti WA saja, bingung aku, ini aku juga bawa titipan desti" wafi
Berhubung hari ini, hari Jumat para santri dibrnaskan menggunakan henponnya sendiri sampai waktu masuk sholat asar. Sehingga bisa menghubungi keluarga atau pun teman. Sila saat pertama kali mengambil henponnya sendiri langsung menghubungi Abu, saat sila menghubungi Abu, Amu yang sedang menyapu lantai segera lari menghampiri Abu yang sedang dihubungi sila. sila sempat sedih karena rindu Abu dan Amu. Biasanya manja-manjaan dengan Abu dan Amu. Sekarang harus meredam manja-manjaan. Sila bercerita kepada abu dan Amu bahwa sila masih sulit bergaul dengan baru. Amu bertanya bagaimana kegiatan pesantren, tanya apakah uang sakunya cukup, apakah kebutuhannya ada yang kurang. Sila kemarin sudah izin Abu akan membeli kitab qurutul uyun.
"Sudah sil?"tanya wafi pada sila lagi
Sila tersentak dari pemikiran kemaren lalu mengiyakan pertanyaan wafi dengan anggukan. Sila dan wafi keluar meminta izin ke seksi keamanan pesantren santriwati Mbak Yuni.
Dengan keterangan membeli kitab qurutul uyun yang tidak disediakan di pondok pesantren. Setelah diberi izin, sila dan wafi berjalan kaki ke toko kitab.
"Akhy Imron" panggil wafi kepada akhy yang berpapasan dengan wafi dan Sila
"Assalamu'alaikum ukhty" sapa Akhy Imron
"Wa'alakumsalam" jawab wafi dengan menyatukan telapak tangan. Sila menjawab dengan pelan sampai pelannya lawan bicaranya tak mendengar balasnya.
Wafi dan Imron sedang berbasa-basi entah membahas apa. Sila yang tak tahu pembahasannya bermain henponnya melihat beranda Instragram Sila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Basilah
Randomgadis yang memiliki rasa takut tak pernah mengenal sosok lelaki Kecuali Abunya Bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya tetapi kesulitan berinteraksi dengan lawan jenis membuat orang merasa tidak menarik dan membosankan Takdir sila tidak s...