Once we make a decision, the universe conspires against us

933 64 14
                                    

Jeon Yeo Bin || Song Joong Ki

🔞
.

.

Udara di langit telah mencapai puncak, leher tercekik sakit tanpa oksigen mengalir menuju dua rongga sempit paru-paru kotor berlendir. Tapak kaki terasa hilang tak menjamah bumi, seperti melayangkan roh keluar dari jasad. Kesempatan terakhir untuk menebus kesempatan kedua hilang termakan takdir Tuhan. Batas sudah menemui titik terakhir secara tragis, tidak ada lagi alasan lain melaju pada rel kehidupan.

Adakah seseorang nun jauh disana bisa menjelaskan dengan detil dan mendalam mengenai semua hal yang sedang menimpa sepasang tubuh yang saling memeluk erat ini? Jika ya, maka sosoknya lah yang harus bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi sekarang.

Tidak ada untaian jahanam berair atau lengkungan huruf C horizontal nampak pada bibir, walau mungkin hanya ada dua simbolis yang mampu memberikan jawaban tentang perasaan tersimpan rapi di dalam loker hati.

Hujan turun tidak begitu lama setelahnya. Bulatan bola air langit jatuh, kemudian mendramatisir suasana kelabu. Ia tidak memiliki cukup keberanian untuk sempat mengatakan apapun kepada orang terkasih, tapi biarlah angin menuntun firasat menuju seseorang yang dimaksud.

---o0.0o---

Cermin di dalam kamar mandi itu sudah basah dan berembun, menampakkan pantulan sepasang manusia yang erat dan basah di bawah guyurah shower. Saling merenggut kenikmatan duniawi yang begitu memabukkan, hingga lenguhan wanita yang berpeluh mengakhiri kegiatan mereka.

Mata mereka setengah terbuka, dengan napas yang menderu saling menyahut, kepala menengadah dan mulut mereka mendesahkan gairah. Tubuh blingsatan tak karuan. Si lelaki mengangkat tubuh si wanita untuk membawannya ke atas kasur, lalu ambruk dengan si wanita yang terjatuh di atas dada si lelaki.

"Aku mencintaimu, Yeo Been." Kalimat yang terucap lirih dari bibir si lelaki, membuat si wanita menambahkan keeratan dekapannya pada tubuh si lelaki.

Sudah jam dua tengah malam, pesan yang masuk pada ponsel Yeo Been masih terus mengalir. Mengalir seperti curah hujan yang turun di malam pekat ini. Sepekat itu pula yang mungkin dirasakan seseorang yang mengiriminya pesan. Seseorang yang butuh didengar, diperhatikan.

Silent is not golden anymore.

---o0.0o---

Wanita muda berparas cantik itu tengah berkaca di depan meja rias. Ia menyapu bibirnya dengan gincu merah. Tubuhnya beranjak berdiri saat mendapati si lelaki sudah keluar dari kamar mandi. Song Joong Ki namanya, lelaki itu memberikan ia senyum menawan penawar kegusaran.

"Tidurlah kembali. Kantung matamu jelas terlihat."

"Namun aku masih terlihat menawan kan."

Lelaki itu hanya tersenyum. Selembar tiket disodorkan untuknya. Makan malam romantis.

"Ada satu tempat di mana pohon-pohon menghembuskan angin yang sepoi dan damai.."

Ah lelaki ini. kenapa tidak pernah mampu berkata tegas? Yeo Been menarik napas panjang. Ia melangkah mengambil parfum, lalu menyerahkan pada lelaki itu yang langsung di tolak mentah-mentah.

"Kenapa? Kau takut?" mimik wajah Yeo Been cemberut.

"Aku alergi aroma jasmine."

"Kau memang paling pintar mencari alasan, Oppa."

About Love (Oneshoot Collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang