Kim Dokja yang berumur 13 tahun itu sedang mencatat penjelasan guru sambil sesekali melihat keluar jendela dengan pandangan kosong.
Yoo Joonghyuk terus memperhatikan Kim Dokja. Melihat Kim Dokja seperti ini membuatnya merasa aneh.
Kim Dokja yang dikenalnya adalah seorang pria sembrono dan tidak tahu aturan. Selalu mengacaukan rencananya dan mengubahnya di detik-detik terakhir. Yang pada akhirnya justru membahayakan dirinya sendiri.
Kim Dokja yang seperti itu tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan penurut benar-benar sangat aneh. Ditambah lagi mata Kim Dokja tampak redup dan tidak bersemangat.
Itu bukanlah Kim Dokja yang Yoo Joonghyuk kenal.
Tepat saat bel istirahat berbunyi dan guru mengakhiri pelajaran, Kim Dokja secepat mungkin membereskan peralatan sekolahnya dan bersiap untuk pergi. Seperti ada sesuatu yang mengejarnya.
Tidak menunggu lama, tepat setelah guru keluar dari kelas, Kim Dokja langsung berlari keluar kelas sambil membawa sesuatu. Yoo Joonghyuk terus mengikutinya hingga sampai di salah satu bilik toilet sekolah. Yoo Joonghyuk memperhatikan sekitar, sebelum memutuskan ikut masuk ketika tidak mendengar suara apa pun dari dalam.
Di dalam, Kim Dokja terlihat mengatur napas setelah berlari. Di tangannya ada sebungkus roti yang sedikit rusak karena cengkeraman yang kuat. Setelah mengatur napasnya, Kim Dokja melihat roti itu dengan mata cerah. Senyum tipis terpatri di bibirnya. Kim Dokja mulai membuka bungkus roti itu dan memakannya perlahan. Seolah setiap bagian roti itu adalah setengah dari kehidupannya.
Yoo Joonghyuk masih terus memperhatikannya dengan alis yang menyatu, tampak sedikit marah dan tidak terima.
Dia tidak tahu banyak tentang Kim Dokja, namun melihatnya sekarang Yoo Joonghyuk dapat menebak apa yang terjadi padanya. Apalagi saat melihat bercak berwarna biru di bagian bawah kerah Kim Dokja.
Setelah menghabiskan rotinya, Kim Dokja menghela napas pelan sambil memegang perutnya. Sebelum kemudian merapikan bajunya dan bersiap kembali dengan wajah enggan.
Tepat saat hendak keluar dari toilet, Kim Dokja yang terburu-buru menabrak dua orang yang ingin masuk ke dalam toilet. Kim Dokja langsung terdorong sampai jatuh.
"Ah! Sial, siapa yang menabrakku?!" teriak salah satu dari mereka.
"Bukankah ini anak pembunuh itu. Apa yang kau lakukan disini? Apa mungkin kau sedang makan siang di toilet?" kalimat itu diucapkan oleh yang lainnya, membawa nada serta tawa penuh penghinaan.
Mendengar ini Kim Dokja yang masih tersungkur di lantai menggigit bibirnya. Matanya menyipit.
Yoo Joonghyuk memegang pedangnya. Yoo Joonghyuk sadar kalau dia tidak bisa menyentuh apa pun, tapi mendengar penghinaan yang kedua orang itu berikan pada Kim Dokja membuatnya tidak bisa tenang. Orang-orang seperti itu seharusnya mati saja.
Tepat ketika laki-laki yang menabrak Kim Dokja hendak meraih kerahnya. Kim Dokja langsung mengerahkan kekuatannya untuk menepis tangan itu dan berlari keluar dari toilet.
"Cih, menjijikkan. Lebih baik kau mati saja!" serunya sambil mengangkat jari tengahnya ke arah Kim Dokja, disusul dengan tawa yang lain.
Melihat Kim Dokja pergi, tidak ada lagi alasan untuk Yoo Joonghyuk berada di sana lebih lama.
Ketika melewati kedua orang itu, Yoo Joonghyuk mengarahkan tinjunya. Namun, tubuhnya menembus melewati mereka seperti udara kosong. Yoo Joonghyuk merasa kesal, memutuskan akan mengingat kedua wajah itu dan ketika kembali ke masa depan dia akan memastikan bahwa kedua orang itu tidak akan pernah lagi terlihat batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Waiting For You In The Future
FanfictionYoo Joonghyuk meraih Kim Dokja remaja yang masih berusia 13 tahun. Membalik tubuhnya dan berbisik di telinganya. "Aku akan menunggumu di masa depan." PERINGATAN!!!!! Note author di akhir memiliki spoiler ending ORV. Yang nggak mau kena spoiler jang...