Antara banyak hal yang tersembunyi atau memang sebuah pertanda bahwa hal ini tidak dapat dimiliki? Jika semua keinginan membutuhkan waktu usaha bahkan pengorbanan.
Lalu bagaimana dengan hasilnya?Sekitar jam 06:30 Gita- Sagita amara. Sudah rapi dengan kemejanya yang berwarna pastel, bermotif garis garis dan rambut di ikat. Ia dijemput oleh Ardhan- Ardhan al fatih, teman sma nya dulu.
Entah kebetulan atau bukan, tapi sekarang Ardhan juga sama- sama menggunakan kemeja bermotif garis garis, bedanya kemeja tersebut berwarna coklat pudar.
Gita duduk diboncengan motor milik Ardhan. Terlihat jalanan yang mulai ramai dan rata- rata pengendaranya anak Sma.
"Git, tau ga kenapa kita waktu sekolah ga naik motor" Ardhan memulai pembicaraan setelah hening selama beberapa saat.
"karena sekolahnya deket ?" sekolah Gita memang tak jauh dari rumah, hanya sekitar 7 menit berjalan kaki
"Bukan, itu mah kamu aku tetep jauh"
"terus"
"karena emang ga punya motor HAHA"
"..."
"Tapiii gapapa Git, sekarang kan udah punya makanya bisa jemput kamu, iya kan?
Disisi lain lalu lalang pengedara disekitar mereka masih mendominasi percakan pagi ini, suara Ardhan pun tidak terlalu jelas, namun masih terdengar samar samar.
"Lumayan ada peningkatan lah ya, dari yang ga punya motor jadi punya " kata Gita, sedikit mengeraskan suara
"Lumayan lah, tapi juga inget Git, jangan pernah puas sama apa yang kamu punya, sebuah perubahan ada karena usaha, bukan asumsi tentang sesuatu yang masih kelabu, perubahan kecil belum tentu ada hasilnya".
Ardhan mengurangi sedikit laju motornya, untuk membenarkan posisi kaca helm (visor), yang mulai tak nyaman.
"Mmmm bukannya perubahan itu satu langkah menuju keberhasilan"
"Jangan terlalu naif Git, katanya kan ekspektasi ga sesuai sama realita"
suara bising disini sudah tak terkendali, hingga Gita hanya mengangguk saja.
Setelah percakapan itu tidak ada lagi percakapan. Mereka berkemul dengan pikirannya masing-masing.
Ardhan melihat jalanan dengan seksama, dan dilihatnya pedagang pinggir jalan dengan gerobak bertuliskan "bubur ayam H. Ali". Atapnya ditutupi oleh terpal berwara biru, lalu pinggir-pinggir nya dihiasi spanduk berlogo partai gerindra.
Dia melihat pergelangan tanganya, dan jam menunjukan sudah pukul 07:00 pagi.
"makan bubur dulu yuk"
"ga telat nih kita" sebenarnya Gita tidak tau acara tersebut dimulai jam berapa, hanya saja Ardhan menjemputnya lebih pagi, jadi dia pikir tak jauh lama dari itu.
"engga acaranya mulai jam 8"
" lah terus kenapa jemput pagi banget ganteng"
"Sengaja biar bisa jalan dulu sama kamu hehe" terlihat semu kemerah- merahan di wajah Ardhan. Gita memanggilnya dengan sebutan ganteng, walaupun niatnya Cuma bercanda tapi dia sudah senang.
Mereka pun menepi ke pinggir jalan dimana "bubur H. Ali" itu berada.
"Mang bubur 2" Ardhan yang baru memarkirkan motor, langsung memesan 2 porsi bubur.
"Git" panggilnya, tiba-tiba
"Kenapa?"
Tak menanggapi jawaban Gita, Ardhan malah memberi tahu dahulu pesanan nya lebih detail kepada si tukang bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Dia Antara Mereka
Teen FictionPerihal dia, orang yang biasa-biasa saja semua hal yang ada dalam dirinya standar, menurutnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut namun tidak untuk mereka