𓏔 3

122 30 4
                                    

malam datang , hari ini tidak ada bulan , cuaca mendung , mungkin hujan akan turun sebentar lagi , sagara terdiam menatap minuman didepan nya , arna telat mengunjungi kafe , dan itu menyebalkan

"Sagara! , Maaf banget gw telat" sagara menatap sinis pria didepan nya , walau cuma 15 menit , yang namanya menunggu itu tetap saja menyebalkan

"apa yang buat lu telat?" Arna menyugar rambutnya sekilas"ada yang confess ke gw" Arna mengambil buku menu , melihat lihat sebelum akhirnya memutuskan untuk memesan jus alpukat

"baru sebulan , udah berapa orang yang confess ke lu? udah gw bilang jangan terlalu ramah ke banyak orang" arna menimang nimang sebentar "4 atau 5 orang mungkin? gw bersikap biasa kok , serius" arna mengangkat dua jari nya menunjukkan pose 'peace' , akan sangat panjang jika sampai Sagara mengoceh lagi soal ini

"Lagian lu sih , kok bisa banyak yang suka? gw kan pengen juga disukain banyak cewe beach"
arna hanya menanggapi nya dengan deheman singkat

"Gw mau punya temen yang ga ngelibatin perasaan sa" sagara mematung sebentar , lalu menatap canggung arna

"apa sih lu , gw ga ngelibatin perasaan kok , lu ga nganggep gw? ow tega sekali" arna memutar bola mata nya malas , drama sok sedih ini sangat memilukan

Setelah cukup lama berbincang , malam semakin larut , kafe sebentar lagi juga akan tutup

"Bentar lagi hujan , lu kesini tadi naik apa?" arna mengangkat satu alis nya menunggu jawaban dari oknum didepannya

" naik kaki , lagian kalo hujan gw bawa jaket kok pren" arna melirik jam sebentar sudah pukul 11 , yang ada manusia didepan nya jadi korban para perampok

" gw kesepian dirumah , lu ga niat nginep?" sudah larut sih , rumah nya juga lumayan jauh , lagipula dia rindu dengan PS 4 milik arna

"Dengan senang hati saya terima permintaan anda tuan arna" sagara memakai jaket nya sebentar , lalu berjalan keluar kafe , menunggu di depan motor arna "anjir , ini gw yang bayar?" arna segera menyusul kunyuk kesayangan nya itu , menyalakan motor , dan membelah jalanan kota yang mulai sepi

hujan mulai turun , mereka mungkin akan cepat sampai jika hujan tidak semakin deras memperburuk keadaan

"Sa , nepi dulu , gw bawa jas hujan kok!" Teriak arna , lalu memarkir kan motor nya di salah satu toko kecil , Arna hanya melihat tubuh bergetar Sagara

"gila dingin banget!" Selesai membentang jas hujan , arna meraih telapak tangan sagara , tidak seperti telapak tangan lelaki pada umumnya , milik Sagara cenderung lebih kecil dan halus , kontras dengan milik arna , arna meniup pelan tangan milik Sagara , terus mengulangi nya sampai sagara berhenti menggigil , ini cukup membantu

bukan cuma tangan nya yang menghangat , tapi hatinya juga , sagara memang tidak waras , tidak waras karena arnasama putra adijaya.




sesampainya dikediaman arna , sagara segera berlari menuju kamar arna , mengambil satu set baju , dan menggantinya di kamar mandi , sudah seperti rumah sendiri

"Arna , masih dingin" melihat seseorang keluar dengan handuk dikepala nya , sagara langsung mengalihkan atensi nya

"selimut nya kurang tebel? AC nya gw matiin ya?" Sagara menggeleng ribut

"Jangan , kalo dimatiin ntar malah kepanasan" sagara menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut

'Lu gemesin sa' , arna menahan senyum nya , jujur , Sagara memang menyebalkan , tapi dia juga menggemaskan diwaktu tertentu , dan arna tidak menampik hal itu.


TBC.

u , me , university | JenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang