Terlihat seorang gadis tengah berjalan terburu-buru membelah rintik gerimis. Gadis dengan rambut sebahu itu terlihat berantakan.
Dasi yang dipakainya belum terpasang sempurna, baju seragam keluar tidak rapi sebagaimana mestinya. Kacau, satu kata yang pas untuk menggambarkan penampilan gadis itu.
Rintik gerimis semakin deras. Amora dengan segera berlari, mencari tempat untuk berteduh.
Gadis itu memutuskan berteduh di depan toko kosong yang sedikit berdebu dengan beberapa sarang laba-laba terlihat di sana. Mungkin toko ini sudah lama tidak dihuni.
Amora melihat sekeliling, tidak ada siapapun kecuali dirinya dan seorang pria tinggi dengan tudung jaket menutupi wajahnya.
Amora meneliti penampilan pria di sampingnya. Mungkin saja pria itu satu sekolah dengannya, jadi ia tidak perlu merasa khawatir akan di hukum karena ia tidak sendiri.
Keduanya diam. Baik Amora maupun lelaki di sebelahnya tidak ada yang memulai percakapan, hanya ada suara tetes hujan yang mulai mereda.
Sudah sekitar lima belas menit hingga akhirnya hujan benar-benar reda. Amora merapikan rambutnya yang basah karena tadi sempat terkena tetesan air hujan.
"Lo pakai."
Amora mendongak, menatap pria di hadapannya. Lelaki yang tadi di sampingnya kini sudah ada di hadapannya dengan tangan terulur membawa jaket hitam yang tadi ia pakai.
Tidak ada jawaban dari Amora, lelaki itu berinisiatif memakaikan tudung jaket ke kepala gadis itu.
***
"Mora. Gue kira lo gak berangkat sekolah, tumben banget lo telat. Mana penampilan lo lecek gini lagi," Kiara memperhatikan penampilan Amora dari atas sampai bawah. Penampilan gadis di depannya benar-benar berantakan.
Amora meletakan tasnya di atas meja, melepas jaket yang tadi diberikan lelaki misterius saat berteduh di depan toko.
"Ih Amora!," kesal Kiara karena Amora tidak menjawab apapun.
"Gue kejebak hujan pas mau berangkat, jadilah berantakan gini."
"By the way Kia, lo kenal cowok yang namanya Evan gak di sekolah ini?," tanya Amora.
Tadi saat lelaki itu memasangkan jaket ke tubuhnya, Amora sempat melihat badge name lelaki itu. Aditya Evandaru. Begitulah yang tertera di sana.
"Evan banyak kali di sini. Anak mesin ada, anak otomotif juga ada. Emang ciri-cirinya gimana?."
"Dia tinggi, putih, lumayan ganteng, terus ada tahi lalat di hidung," Amora mengingat ingat penampilan lelaki misterius tadi.
"Terus kakinya gimana?," tanya Kiara.
"Kakinya gimana maksudnya?," bingung Amora.
"Kakinya nyentuh tanah atau melayang? Siapa tahu yang lo liat tadi itu hantu. Secara kata lo, tinggi, putih, bisa jadi hantu kan," Kiara menjawab ngawur.
****
"Van, tugas lo udah kelar kan pasti? Gue mau nyontek dikit lah."
"Iya bang. Bang Evan kan ganteng, baik, dermawan. Bagi lah bang," Belum ada jawaban dari sang pemilik, Vincen gerak cepat mengeluarkan buku matematika dari dalam tas Evan, menyalin semua jawaban tugas yang ada di buku bersama dengan Jojo.
Evan hanya diam tidak merespon apapun, membiarkan Vincen dan Jojo menyontek jawaban matematikanya. Karena dilarang pun Vincen akan tetap memaksa. Jadi apa buat.
"Shaka gak kelihatan, kemana dia?," tanya Evan.
"Lagi kelon kali, dia kan anak ayah bunda, hujan gini mana mau berangkat dia," Jojo menjawab tanpa melihat ke arah Evan, ia masih sibuk menyalin jawaban Evan karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
General FictionAmora dipertemukan dengan pria tampan saat sedang berangkat ke sekolahnya. Ia adalah Evan, yang saat ini bersekolah di SMA Galaksi. SMA Galaksi memiliki hubungan yang kurang baik dengan SMK Semesta -sekolah Amora, kedua sekolah itu sering terlihat...