Di malam yang kian larut di sebuah cafe modern tampak berkumpul para manusia yang sedang menghabiskan malamnya. Di antara para manusia itu ada yang hanya sekedar menikmati hidangan cafe dan musik pengiring yang dibawakan oleh sebuah band. Di antara mereka juga ada yang tampak gaduh dengan permainan game di ponselnya hanya untuk mengejar rank bersama temannya. Di samping itu, ada yang hanya sekedar mengobrol sambil menghisap nikotin yang tanpa sadar sudah menjadi candu bagi diri mereka dan merusak diri mereka secara perlahan.
Dalam suasana gaduh yang tercipta di cafe tersebut ada seorang pemuda yang sedang duduk bersandar dalam ruangannya sembari memejamkan mata menikmati kesendirian dalam keramaian yang tidak ada artinya.
Dia telah menyelesaikan seluruh pekerjaannya hingga membuat dirinya memiliki waktu untuk kembali merenungi segala yang terjadi dalam kehidupannya. Kehidupan yang saat dilihat oleh orang lain tampak sangat sempurna. Hingga tak ada yang menyadari bahwa ada cacat dalam kehidupannya yang terlihat sempurna itu.
"Vi," pemuda yang sedari tadi memejamkan matanya seketika langsung membuka mata. Pemuda dengan tatapan dingin itu menatap sahabatnya yang entah sejak kapan telah duduk di kursi yang berada di depannya.
Viandra, seorang pemuda dengan segala kesempurnaan yang melekat pada dirinya. Sempurna, mungkin terdengar berlebihan. Hanya saja dia memang hampir punya segalanya, wajah tampan yang mampu membuat setiap gadis bertekuk lutut di depannya, orang tua kaya raya yang akan memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus meminta, otak cerdas yang mendampingi sikap dinginnya yang penuh misteri, serta kelebihan lain yang tak perlu dijabarkan. Namun, sekali lagi harus diingat ada cacat yang tidak disadari oleh orang lain yang menemani kesempurnaannya. Itu artinya ada sebuah sisi yang menjadi cacat dalam hidup seorang Viandra Natha Adhima.
"Sepertinya kau sudah begitu lelah, sebaiknya kau istirahat di rumah," ucap Jimmy seorang pemuda dengan wajah menyenangkan yang menjabat sebagai sahabat Viandra sejak Senior high school.
"Kau benar, sebaiknya aku pulang." Viandra langsung bangkit dan meraih kunci motornya yang tergeletak di meja.
"Apa perlu aku antar? Sepertinya kau sedang tidak enak badan." Viandra langsung menggeleng mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Tidak perlu, aku hanya kelelahan. Lagipula harus ada yang mengawasi cafe." Jimmy hanya mengangguk membiarkan sahabatnya yang sudah berjalan keluar meninggalkan cafe yang mereka dirikan 2 tahun yang lalu itu.
Baru saja Viandra akan menaiki motornya, pandangannya teralih ke seberang jalan di mana ada sebuah klub malam. Di sana tampak seorang gadis yang diganggu oleh beberapa lelaki mabuk di depan klub tersebut. Kadang Viandra merasa benci dengan dirinya yang tidak bisa benar-benar bersikap tak peduli. Melihat wajah ketakutan gadis itu membuat Viandra berjalan mendekat dan menarik kerah baju satu dari tiga pria mabuk tersebut.
Si gadis yang ditolong langsung melemparkan tatapannya pada seseorang yang menolongnya.
"Vi."
Viandra hanya melirik sejenak saat tahu gadis yang dia tolong ternyata mengenalnya.
Tak mau membuang banyak waktu, Viandra segera memberi sedikit pelajaran hingga membuat tiga pria mabuk itu berlari pergi dalam keadaan sempoyongan.
Beruntung ketiga lelaki tersebut sedang mabuk, jika mereka dalam keadaan bugar Viandra tak yakin dirinya yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja bisa mengalahkan mereka.
Selesai dengan urusannya Viandra kembali berjalan hendak menyeberang jalan kembali menuju parkiran cafe. Namun, langkah pemuda itu terhenti saat gadis yang dia tolong dengan berani menahan lengannya.
Viandra berbalik sembari menatap gadis itu dengan tatapan tajam yang mengancam. Si gadis yang sebelumnya tampak ketakutan terhadap tiga pria pemabuk itu sepertinya tak gentar sedikitpun terhadap Viandra yang jelas-jelas telah mengalahkan mereka.
"Terima kasih sudah menolongku."
Tanpa mau repot-repot menjawab ucapan terimakasihnya, Viandra segera menyingkirkan tangan si gadis dari lengannya dan berjalan menuju motornya tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
Berbeda dengan si gadis yang masih betah berdiri di tempatnya sambil memandang kepergian Viandra bahkan hingga pemuda itu hilang dari pandangannya saat telah membelah jalanan bersama motornya.
"Besok kupastikan kita akan bertemu lagi," lirih si gadis sambil tersenyum lebar.
💜🤍💜
To be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Card
Fiksi PenggemarA house made of cards, and us, inside Even though the end is visible Even if it's going to collapse soon A house made of cards, we're like idiots Even if it's a vain dream, stay like this a little more I say it like a habit We won't work in the end ...