Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jimmy. Kini di setiap sudut kampus hampir ada gerombolan mahasiswa yang membicarakan berita tentang Viandra dan Jane. Baik itu berita tentang Viandra yang menolak cinta Jane sampai gosip tanpa bukti yang menjudge Viandra sebagai seorang gay.
Begitu juga dengan tujuh gadis cantik yang sedang duduk berkumpul di taman depan poliklinik itu. Enam gadis yang lain tampak tenggelam dengan kesibukannya. Harumi si gadis seksi yang sedang sibuk membenahi make up nya, Sophie yang kini tampak sibuk mendownload Drakor pakai WiFi kampus, Jivanka yang seru dengan permainan game di ponselnya, Bina yang sibuk ngelarin proposal pengajuan sponsornya, Sally yang sibuk balesin chat para fansnya, tak ketinggalan Keyra yang masih khusyuk melahap bakso di hadapannya, menyisakan Naya yang sedang mencari momentum untuk memulai pergibahannya.
"Ji, kamu jadi nge-MC pas festival seni?" Jivanka ngeberhentiin permainan game nya kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Harumi.
"Kamu bujuk Jiva pakai apaan Nay? Jiva kan paling ogah jadi pusat perhatian." Kini Sophie beralih menatap Naya.
"Pakai kasih sayang, Jiva kan sayang sama aku makanya gak nolak waktu aku minta tolong. Iya kan say?" Naya mengedipkan sebelah matanya ke arah Jiva yang langsung tertawa dan membalas kedipan mata cewek pemilik gigi kelinci itu. Seketika adegan itu membuat kelima temannya menjadi geli.
"Dianya minta tolong sambil nangis-nangis ke Jiva pas tahu Una gak bisa. Jiva yang dasarnya gak tegaan ya gak bisa nolak." Jelas Bina.
"Kalau gak mau jangan dipaksain Ji, biar Naya cari yang lain," nasehat Sally.
"Kamu terpaksa ya, Ji? Aku gak ada maksud maksa kamu kok," Naya kini mulai tampak panik.
"Nggak terpaksa kok, lagian kata Naya MC nya dapat honor sama nasi kotak. Lumayan kan?" Naya langsung mengangguk dan tersenyum lega mendengar jawaban Jiva.
"Ji, entar habis rapat jadi kan nemenin aku nganter proposal buat nyari sponsor." Jivanka langsung mengangguk menjawab ucapan Bina.
"Makasih Jiva, entar selesai ngajuin proposal aku beliin ayam geprek deh!"
"Sip! Kalau gitu makin ikhlas aku ngantarnya!"
"Gak salah emang kalian berdua maksa Jiva gabung jadi panitia dadakan." Sophie menatap Naya dan Bina bergantian.
"Jiva baiknya kebangetan, dibayar ayam geprek saja mau dimintain tolong ini itu." Kini Naya dan Bina nyengir mendengar lanjutan ucapan Sophie.
"Oh iya, ngomong-ngomong soal festival Seni, Aku jadi pengen bahas yang terjadi kemarin. Lidah aku gatel banget dari tadi pengen ngomongin ini," ucap Naya heboh saat melihat teman-temannya yang kini kembali sibuk sendiri-sendiri.
"Mau ngomongin yang terjadi kemarin di aula?" Tanya Bina disambut anggukan kepala dari Naya.
"Jadi Viandra beneran nolak Jane?" Sophie yang tidak termasuk panitia festival seni mulai penasaran dengan gosip yang masih panas-panasnya itu. Diantara ketujuh gadis yang sedang berkumpul itu hanya ada tiga orang yang menyaksikan secara live drama antara Viandra dan Jane, yaitu Naya, Bina dan Jivanka.
"Iya, udah nyatain cintanya pakai nangis-nangis ditolak lagi," Naya tampak sangat puas dengan kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Keliatannya seneng banget ngelihat Jane ditolak." Keyra yang sedari tadi sibuk dengan baksonya ikut menanggapi ucapan Naya.
"Emang!" Seru Naya.
"Kamu pernah ada masalah sama Jane?" Bina mulai mengintrogasi temannya itu.
"Gak ada, cuma aku gak suka saja ngelihat gaya dia yang sok cantik, berasa paling populer dan bisa dapetin apa saja yang dia mau." Naya kini mencomot bakso milik Keyra dengan tampang super julidnya saat ngomongin si Primadona.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Card
FanfictionA house made of cards, and us, inside Even though the end is visible Even if it's going to collapse soon A house made of cards, we're like idiots Even if it's a vain dream, stay like this a little more I say it like a habit We won't work in the end ...