Viandra baru saja sampai di sebuah toko kue kecil dekat taman kota untuk membeli kue titipan mamanya. Toko kue itu baru saja buka dan sudah berhasil membuat mamanya langsung jatuh cinta dengan rasa kue buatan toko tersebut.
"Sweety Palace," lirih Vi membaca nama toko kue yang didominasi warna peach itu.
Saat baru memasuki toko tersebut, Viandra cukup dibuat kagum dengan desain dari Sweety Palace. Sangat manis seperti nama tempatnya. Meski toko itu tidak begitu luas, namun desain serta penataan ruangnya sangat rapi sehingga membuat siapapun akan merasa nyaman.
Tatapan Viandra yang semula memperhatikan setiap detail desain ruangan itu kini justru terkunci pada seorang gadis yang sedang tersenyum manis melayani seorang pelanggan.
Selesai memberikan pesanan pelanggannya, si gadis mengalihkan pandangannya pada Viandra yang masih berdiri mematung di dekat pintu masuk. Si gadis sempat menunjukkan raut terkejut, namun segera kembali bersikap normal dan tersenyum menyambut kedatangan Viandra yang merupakan pelanggan tokonya.
Viandra makin dibuat kaku oleh senyuman si gadis yang jelas ditujukan untuk dirinya. Viandra sangat sadar senyuman itu hanya sekedar formalitas yang diberikan bagi setiap pelanggan yang datang ke toko kue itu. Namun, entah kenapa efek dari senyuman formalitas itu sangat berpengaruh bagi kerja jantungnya.
"Selamat datang, ada yang bisa ku bantu?" Tanya si gadis saat sudah berdiri di hadapan Viandra.
Tetap sama, selalu bersikap tenang,
Batin ViandraViandra menghela nafas ringan untuk kembali menormalkan kerja jantungnya yang tak beraturan. Manik kelamnya menatap si gadis dengan tatapan datar seperti yang biasa dia berikan terhadap orang di sekitarnya.
"Blackforest dan pandan cake masing-masing satu."
Viandra berhasil mengucapkan nama kue pesanan mamanya dengan nada datar.
Pemuda itu tak ingin membuat si gadis tak nyaman dengan kehadirannya. Apalagi ini adalah tempat kerja gadis itu. Jadi, dia berusaha sebisa mungkin bersikap normal seperti tak pernah terjadi sesuatu di antara mereka.
Sekali lagi si gadis menunjukkan senyumannya.
"Silahkan, kau bisa langsung membayar di kasir kemudian menunggu kue pesananmu di sana. Akan segera aku siapkan."
Viandra mengangguk kemudian menuju meja kasir. Selesai membayar Viandra kembali melangkahkan kakinya menuju kursi tempat menunggu yang ditunjukkan si gadis padanya.
Tidak jauh dari tempat Viandra menunggu, si gadis mulai menyiapkan kue pesanan Viandra dan memasukkannya ke dalam kotak dengan hati-hati. Sebuah dorongan tak terelakan membuat si gadis mencuri pandang pada Viandra yang kini tampak fokus dengan ponselnya.
Si gadis tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepala. Berusaha menghindari pemikiran dan khayalan tak masuk akal yang kadangkala membayanginya saat menatap si pemuda.
Pemuda itu adalah pemuda yang pernah memberikannya coklat dengan secuil kata yang sesungguhnya saat itu telah berhasil mengobrak-abrik hati si gadis. Namun, gadis itu sadar dirinya bukanlah orang yang pantas untuk berdiri di sisi seorang Adhima.
Dia tak ingin kecewa pada akhirnya, hingga membuatnya memilih mundur dan melupakan sebelum jatuh terlalu dalam.
Beruntung Viandra tidak menempatkan gadis itu pada posisi yang sulit. Pemuda itu dengan tahu dirinya tetap bersikap biasa dalam artian tak peduli dengan sekitar termasuk dirinya.
Di lain sisi, si pemuda berusaha sebisa mungkin menentang dorongan dalam hatinya untuk menatap si gadis pujaan. Dia tak ingin membuat si gadis tak nyaman apabila dengan lancang berani memperhatikan setiap gerak geriknya secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Card
FanficA house made of cards, and us, inside Even though the end is visible Even if it's going to collapse soon A house made of cards, we're like idiots Even if it's a vain dream, stay like this a little more I say it like a habit We won't work in the end ...