4

3.9K 382 7
                                    

Malam ini para petinggi Avegas sedang bersantai di tempat tongkrongan mereka. Sebuah warung berukuran sedang milik Mang Asep dan Bu Siti menjadi pilihan mereka, walau mereka itu termasuk anak-anak holkay tetapi kebanyakan anggota mereka adalah anak orang kelas menengah jadi mereka mencari tempat tongkrongan yang murah dan terjangkau di kantong.

"Ck, duit gue mau habis. Gara-gara Lo sih!" Jari Rizal menunjuk Bagas, tidak terima dirinya kalah dari orang modelan Bagas.

"Lah? Kok nyalahin gue? Salah Lo sendiri berhenti di tanah gue." Jawab Bagas. Salahnya sendiri Rizal gak pandai main monopoli.

"Berisik ah! Sekarang giliran gue. Gue mau beli rumah." Ucap Gibran.

Alan memerhatikan mereka dengan hening, dia bimbang harus beli Hero apa di ML nanti malahan dia lupa belum top up pula.

Anak-anak yang lain menatap mereka dengan datar, punya petinggi kok kayak gini ya bentukannya? Begitulah kira-kira isi batin mereka.

"Anj**g! Duit gue habis!" Rizal mencengkeram rambutnya frustasi, sekarang gimana caranya dia bayar hutangnya ke Bagas kalau sekarang sudah tak punya uang.

Bagas tertawa terbahak-bahak, senang dengan penderitaan yang dialami Rizal. Emang laknat.

"Gajah terbang nampak apa?" Ucap Alan random, dia terlalu gabut.

Semua orang jadi bingung plus terheran-heran. Ini anak kesambet atau gimana?

"Bokongnya?"--Rizal

"Anu-nya?"-- Bagas

Gibran menggetok kepala Bagas dengan keras, "Goblok! Ya nampak bohongnya!"

Damian yang terusik tidurnya memilih untuk masuk kedalam warung, mending dia ngopi daripada dengerin bacotan unfaedah dari babu-temannya maksudnya.

____________________________________

"Tsuyoku nareru riyuu wo shitta~"

"Boku wo tsurete susume--ohok!"

Bellyna bernyanyi sampai terbatuk-batuk, dia lagi bosan jalan pulang sendirian di malam hari begini. Habis pulang kerja eh tapi di tengah jalan cacing di perut pada minta makan.

"Let's kill this love! Yeah..yeah..yeah!"

Astaga Bellyna suaramu itu kayak ikan cupang kelelep air, blublublub gitu kaya orang lagi kumur-kumur.
Saya sebagai penulis aja malu, apa lagi yang baca.

Kruyuukk...

Bellyna memegang perutnya, lapar sekali. Sepertinya cacing di perutnya sudah mulai demo minta makan.
Matanya mengedar menatap sekitar mencari kios atau warung makan yang masih buka di jam segini.

Akhirnya Bellyna menemukan sebuah warung di ujung jalan, halamannya penuh dengan motor ninja. Sepertinya warung itu punya banyak pengunjung yang rata-ratanya laki-laki.

Kakinya menuntun Bellyna menuju warung itu, mengabaikan tatapan para pejantan yang mengarah kepadanya.

Bellyna masuk kedalam warung, dia melihat dua orang yang sepertinya pasutri pemilik warung ini.

"Bu, nasi bungkus satu. Bawa pulang." Pesannya.

Bu Siti-ibu pemilik warung, membuat pesanan Bellyna.

Bellyna duduk di bangku panjang, disebelahnya ada seorang laki-laki yang sepertinya sedang tidur, dia tidak bisa melihat wajah laki-laki itu.

"Eneng, kok keluar malam-malam begini?" Tanya Mang Asep- suami Bu Siti.

Bell (Edisi Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang