04. Nasi Goreng

18 1 0
                                    

"Aku tidak akan pernah menyerah selagi Tuhan belum berkata bahwa kamu memang tidak ditakdirkan untuk ku;)"

•••o0o•••

Tik! Tik! Tik!

Detik jarum jam itu berputar sesuai poros dengan ritmenya yang teratur.

"Heuhhhhh!!!" Keluh Anna kesal.

Sudah lebih dari tiga puluh menit yang lalu Anna sudah menyelesaikan beberapa lembar soal. Ia sudah tidak tahan ingin segera keluar, otak dan hatinya sudah berontak sedari tadi minta asupan wajah tampan Juan~lelaki yang Anna kejar namun sampai sekarang belum ada kemajuan.

Mengetuk-ketukkan jari di atas meja, menggoyangkan kaki, mencoret buku dengan puisi-puisi tentang Juan, hanya untuk mengusir rasa bosan, karena ingin cepat keluar kelas.

Anna terus saja memandang jarum jam yang terasa begitu lama menuju waktu istirahat. Sesekali gadis itu memeriksa bekal yang ia buatkan untuk Juan. Mencium masakannya lalu memakannya sedikit, memastikan bahwa masakannya enak.

"Pak, kok lama banget si? Saya kan udah selesai tiga puluh menit yang lalu."

"Iya, bapak tau. Tapi kan sekarang masih belum waktunya istirahat, Naraya," jawab pak Budi kemudian kembali fokus kepada lembar kertas ulangan Biologi itu.

"Heuhhh." Anna menghela nafas gusar mendengar jawaban pak Budi.

Ya, hari ini kelas Anna sedang ujian Biologi, tepatnya ujian dadakan Biologi. Anna yang memang si Gadis Cantik cucu Issac Newton, hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk mengerjakan seratus soal tanpa melakukan belajar sekalipun. Memang sukar diakui, gadis yang dianggap gila oleh semua warga sekolah ternyata memiliki kapasitas kepintaran yang luar biasa.

"Syutt! Syutt!" bisik Ridho berusaha memelankan suara sekecil mungkin agar tidak terdengar oleh pak Budi.

"Boneka Annabelle, minta jawaban nomor 50 ampe nomor akhir dong, kalo gak nomor satu ampe nomor 50 juga gak papa. Gue mah baik gak pelit," bisik Ridho dengan percaya dirinya.

Anna yang merasa di panggil segera menengok ke belakang.

Ani, Susan, Rara dan tak lupa si Laki-laki Macho, Ridho, tersenyum penuh harap sembari memampangkan lembar kertas ujian mereka yang terbilang masih kosong.

"Tuan putri Naraya Arianna yang baik hati nan juga cantik, minta contekannya dong," ucap Ani sembari mengedipkan mata sebelah kiri yang terlihat lebih seperti kelilipan gajah duduk.

"Anna, review contekannya dong." Sahut Susan.

"Beli pena motif batik," Ucap Rara yang siap dengan pantun nya.

"Cakep!!!" Jawab Ridho, Susan, juga Ani secara bersamaan sembari mengacungkan ibu jari.

"Belanja di Jawa pake sedan"

"Wahai Anna yang begitu cantik"

"Bisa kali bagi-bagi jawaban,"

"Ok, terima kasih atas semua pujiannya. Karena gue orangnya baik, cantik dan tidak sombong juga dermawan. Gue enggak akan rela liat temannya dalam kesusahan." Jawab Anna dengan bangga.

Sementara itu Ridho, Ani, Rara juga Susan hanya tersenyum. Ini lah enaknya bergaul dengan Anna meskipun sedikit agak gila tapi gadis ini selalu menolong mereka jika ujian dadakan tiba.

Anna merobek selembar kertas, dengan cekatan ia segera menyalin jawabannya. Meskipun tidak semua. Setelah selesai menyalin, Anna memastikan bahwa pak Budi tidak melihat aksinya ini. Karena jika ketauan bisa-bisa ia akan di hukum karena sudah memberikan contekan pada teman-temannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Analogi Beda RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang