1. Bocah Ingusan

4.7K 231 155
                                    

HAI, HAI, HAI!!!

SELAMAT DATANG
DI CERITA ABSURD LOVE

jangan lupa vote, komen dan follow ya teman-teman, karena itu sangat berarti buat aku, terima kasih ♡

H A P P Y R E A D I N G

.
.

Kehidupan kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan. Bisa bermain bersama teman sebaya, tanpa memikirkan hal-hal yang memberatkan pikiran, karena yang mereka inginkan hanyalah suatu kegembiraan saja. Contohnya seperti di komplek Indahsari, Jakarta Selatan. Di sana terdapat sebuah tempat yang dijadikan markas utama untuk anak-anak bermain hingga menjelang petang, yaitu hamparan tanah luas yang dilengkapi pepohonan rindang dan semak-semak belukar.

Hampir setiap hari, baik anak laki-laki maupun perempuan mengunjungi lapangan tersebut. Selain suasananya menenangkan, lokasinya juga cukup aman-berada di tengah komplek dan jauh dari jalan raya. Berbagai macam permainan mereka lakukan, mulai dari sepak bola, layang-layang, petak umpet, lempar kelereng, sampai ada pula beberapa anak memilih bermain game modern di gadget mereka, serta masih banyak lagi.

Siang hari yang cerah tak membuat anak-anak komplek itu merasa lelah atau bosan. Salah satunya ini, di bawah pohon mangga, terdapat tiga anak laki-laki bermain truk mainan, dengan di sebelah kanannya ada dua anak perempuan bermain masak-masakan. Jarak mereka sekitar tiga langkah kaki saja. Mereka duduk lesehan di tanah, tanpa peduli celananya bisa kotor. Mereka juga memanfaatkan tanah dan batu sebagai bahan untuk melengkapi permainan mereka.

"Brem, brem, brem...." Seorang anak laki-laki dengan ketapel mengalungi lehernya, menggerakkan truk mainan berwarna kuning, naik ke atas tanah yang sudah dibentuk menyerupai gunung kecil. "Awas! Truk akan turun! Brem, brem, brem...."

Setelah truk berhasil melewati puncak gunung buatan, kendaraan beroda enam itu berlanjut mengelilingi gunung dalam dua kali putaran secara perlahan, dengan diselingi suara tiruan mesin kendaraan yang diciptakan anak kecil tadi. Truk berjalan lurus, lalu sengaja menabrak bagian belakang truk biru milik salah satu temannya, hingga muncul suara hantaman yang sedikit mengejutkan. Brukk!

Anak kecil berambut ikal merenggut kesal. "Udin! Jangan ditabrakin dong! Kalau rusak nanti dimarahin papa aku!"

"Ya elah, kalau rusak tinggal beli lagi lah! Murah itu! Palingan cuma dua belas rebu!" jawab anak kecil yang dipanggil Udin itu dengan santai, tiada beban.

"Dua belas ribu apaan! Ngaco banget, sih, kamu! Lima puluh ribu tahu!"

"Udeh kagak perlu dijaga banget! Ini mainan buat dimainin! Kalau rusak, ya, wajar aja lah, kan, dimainin terus! Ribet amat dah lo!"

"Kata papa kalau punya barang harus dijaga baik-baik! Lagian ini semua, kan, mainan aku! Kamu cuma pinjem! Kalau sampai kamu kaya gitu lagi, aku ambil mainannya!" Sejujurnya Gino tidak rela meminjamkan truk mainannya kepada Udin. Bahkan, tadi saja Udin sendiri yang langsung mengambil mainannya, dan Gino tidak mempunyai keberanian untuk menolaknya.

"Iye, iye, banyak omong lo!" Alih-alih minta maaf, Udin malah berbicara ketus tanpa memandang lawan bicara. Parahnya lagi, tiba-tiba ia menepuk kasar lengan Gino. "Agak sono gih! Sempit nih jalannya, nggak bisa lewat! brem, brem, brem...."

Gino hanya bisa pasrah menghadapi kelakuan Udin, daripada nanti ia kena karma sendiri jika sampai membuat Udin emosi. Dengan gerakan malas, Gino menyeret pantatnya ke belakang agar truk mainan yang dibawa Udin bisa lewat. Mereka kembali melanjutkan permainan seperti semula dengan Gino yang selalu mengawasi gerak-gerik Udin karena takut mainannya dibuat aneh-aneh lagi.

Absurd Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang