13. Balapan Dadakan

415 81 204
                                    

jangan lupa vote, komen dan follow ya teman-teman, karena itu sangat berarti buat aku, terima kasih ♡

H A P P Y R E A D I N G

.
.

Suara roda skateboard bergesekan dengan jalanan komplek Permata Putih mengalihkan perhatian beberapa kendaraan bermotor yang lewat. Seorang gadis berambut panjang yang sengaja dibiarkan tergerai itu mengenakan hoodie crop putih dengan bawahan rok abu-abu, serta ransel merah muda di punggungnya. Dia tampak lihai memainkan papan seluncur asal California, Amerika Serikat.

Sudah sekitar seratus meter ia menjauhi rumahnya untuk ke sekolah. Hari Senin ini masih sangat pagi dan Naureen sengaja berangkat lebih awal agar tidak terlambat. Apalagi kendaraan yang ia gunakan sekarang adalah skateboard. Biasanya ia naik ojol, kadang jika ayahnya tidak terburu-buru ia diantar ayahnya, kadang juga ia nebeng Daffa.

Sebenarnya jarak sekolah tidak terlalu jauh, namun tidak salah, kan, jika ia berjaga-jaga? Terlebih ini pertama kalinya ia ke sekolah naik skateboard—saat tinggal di Indonesia. Sedangkan waktu di Singapura, ia sudah terbiasa pergi ke suatu tempat dengan mengendarai skateboard.

TIN! TIN! TIN! TIN! TINNNNNNN!

Seorang pemuda berseragam putih abu-abu membunyikan klakson motornya berulang-ulang untuk menarik atensi Naureen. Sementara Naureen yang diperlakukan begitu jelas terkejut sampai kaki kirinya turun dari papan skateboard, dilanjut kaki kanannya menginjak ujung belakang benda tersebut-sehingga skateboard hitam yang terdapat coretan putih itu berdiri, dan dengan sigap ia menangkap ujung depan skateboard. Naureen cekatan menoleh. Begitu tahu siapa pelakunya, raut wajahnya langsung merah padam dengan mulut menganga.

"BISMA!" jerit Naureen geram. "Bisa nggak, sih, lo nggak usah kaya gitu?! Ngeselin banget jadi orang!" Suasana pagi yang ia harapkan damai malah dihancurkan oleh pengendara motor itu.

Bisma melirik ke bawah sejenak, lalu ia menahan tawa. "Sekolah naik skateboard? Mau nyampe tahun depan, Nur?"

"Emang kenapa kalau gue sekolah naik skateboard? Masalah? Ngerugiin lo? Oh, atau jangan-jangan lo iri, ya, karena gue bisa main skateboard?" Naureen tersenyum sarkas, membalas ejekan Bisma dengan ejekan agar seimbang.

"Dih? Suudzon banget! Harusnya lo yang iri sama gue! Dengan motor bebek gue ini," Bisma menepuk spedometer motor birunya, "gue bisa cepet sampai di sekolah! Sedangkan lo? Harus dorong skateboard pake kaki, belum lagi ntar pegel-pegel. Gue mah enak, tinggal gas doang."

"Ohh, gitu, ya? Hahaha!" Naureen tertawa paksa dan singkat. "Motor buntut aja dibanggain!" ketusnya sambil beralih menatap datar ke depan. Kesal sekali. Rasanya ia ingin memukul Bisma sekarang juga. Heran, kenapa ia bisa satu sekolah, bahkan satu kelas lagi dengan makhluk menyebalkan itu?

"Yee... bukan cewek gue tabok mulut lo! Jelek amat ngomongnye! Walaupun motor gue buntut, dia kagak pernah rusak, Bro! Kalau kata orang Jawa mah namanye, awet tekan tuek! Lah, punya lo paling belum genep setahun juga udah jebol!"

"Emang bener, ya, kata temen-temen di kelas, berurusan sama lo cuma bisa bikin stres doang! Untung lo jualan keripik pisang, kalau nggak gue bunuh lo! Hhh!" Naureen melepas ujung skateboard yang sejak tadi ia pegang dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Absurd Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang