Awal kisah

1K 134 3
                                    

Seorang pria manis berjalan angkuh memasuki sebuah gedung perusahaan yang menjulang tinggi dikota Seoul. Semua pegawai yang bekerja didalam sana langsung membungkukkan tubuh kala pria itu berjalan melewati mereka.

"Selamat siang tuan Park." Seorang pegawai wanita menyapa pria yang diketahui bernama Park Jisung itu.

"Apakah tuan Jung ada diruangannya?" Tanya Jisung.

"Iya tuan, beliau sedang berada diruangannya." Jisung mengangguk lalu berjalan kearah lift yang tersedia didekat sana. Jari panjangnya menekan tombol menuju lantai teratas gedung itu.

Jisung mempertahankan ekspresi datarnya kala pegawai pegawai lain membungkuk saat memasuki lift yang dia gunakan. Sampai akhirnya dia sampai dilantai tempat kantor tuan Jung berada. Hanya dia yang tersisa didalam lift itu.

Jisung melangkahkan kakinya keluar dari lift, berjalan menuju sebuah ruangan yang tertutup gorden berwarna putih yang tipis. Dia melihat dua bayangan disana.

Satunya lagi dapat dipastikan itu adalah tuan Jung, pemilik dari perusahaan ini dan satu lagi dia tidak tau milik siapa. Tapi kalau dilihat dari lekuk tubuhnya sepertinya bayangan asing itu adalah seorang wanita.

Jisung menghampiri sebuah meja panjang melengkung tepat didepan ruang kerja tuan Jung. Duduk seorang wanita disana.

"Ahn Yujin." Panggil Jisung, yang dipanggil langsung berdiri lalu membungkuk.

"Iya tuan Park?"

"Siapa yang berada didalam ruangan tuan Jung?" Tanya Jisung. Dia sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari bayangan asing diruangan pemilik perusahaan itu.

Yujin mengikuti arah pandang Jisung dan menjawab, "ah, itu nyonya Jeon Hera. Akhir akhir ini dia sering kemari, katanya untuk membicarakan tentang kerja sama perusahaan. Tapi menurut saya pakaiannya sangat minim untuk pertemuan formal seperti itu." Jawab Yujin.

Jisung mengangguk faham, lalu menanyai Yujin apakah dia bisa masuk kedalam, dan wanita yang menjabat sebagai sekretaris mempersilahkan Jisung untuk masuk.

Dengan wajah yang sama sekali tanpa ekspresi Jisung membuka pintu ruangan tuan Jung. Tuan Jung yang merasa pintu ruangannya terbuka langsung menoleh, sedikit terkejut saat mendapati Jisung berada disana.

"Permisi tuan Jung?" Dapat Jisung lihat tatapan sinis dilayangkan oleh seorang wanita yang duduk diatas pangkuan pemilik perusahaan itu. Tidak sopan, pikir Jisung.

"Apakah saya menganggu?"

"Iya!" sembur Jeon Hera, menatap Jisung dengan tatapan kesalnya.

"Apakah saya harus pergi dari ruangan ini?" tanya Jisung lagi.

"Iya! Sana pergi!" Jeon Hera kembali meneriaki Jisung, dan itu mengundang emosi dari tuan Jung.

"Atas dasar apa anda mengusirnya? Apakah perlu saya ingatkan bahwa anda hanya orang asing disini?" cecar tuan Jung. Obsidian milik pria itu sekarang menatap Jisung.

"Duduklah Ji, aku akan mengusirnya." Jisung mengangguk lalu membungkuk hormat. Dia mendaratkan pantatnya pada sofa lembut berwarna abu yang tersedia di ruangan tuan Jung.

Umpatan demi umpatan didengarnya kala tuan Jung berusaha mengusir wanita tidak tahu malu itu dari ruangannya. "Akan kubalas perbuatan memalukan yang kau lakukan padaku, Jung Sungchan!" hanya itu yang didapat oleh pendengaran Jisung, selebihnya dia tidak peduli.

Jung Sungchan kembali duduk dikursinya, tangannya memberikan isyarat supaya Jisung menghampirinya. Yang lebih muda menurut, dia berjalan mendekat dan sedikit tersentak kala Sungchan mengangkat tubuhnya untuk didudukan diatas Meja.

"Apa kau marah?" Jisung memang tidak banyak berekspresi sejak tadi tapi Sungchan tau bahwa pria manis ini sedang marah dan cemburu.

"Ternyata banyak jalang yang menggodamu, eh?" tanya Jisung sinis.

"Kau tau aku sama sekali tidak menggubris mereka. Bahkan dengan posisi tadi aku sama sekali tidak terpancing." ucap Sungchan.

Jisung menatap tidak suka kearah leher Sungchan yang ternoda oleh warna merah. "Bersihkan itu, sayang. Kau tidak suka kan kalau suamimu ini ditandai oleh Jalang?"

Jisung mendengus, lalu turun dari meja Sungchan. Dia mendekati laki laki Jung yang berstatus suaminya itu. Menatapnya dengan intens.

"Kau sengaja ya, tuan Jung?"

"Kau begitu menggemaskan saat cemburu."

"So, do i have to punish you, daddy?" tanya Jisung.

Sungchan menyeringai, "my pleasure, bagaimana kalau kita melakukannya saat sampai di rumah nanti?"

"Kalau begitu, biarkan aku menghapus bekasnya. Apa boleh?" Tanya Jisung, yang lebih muda lantas duduk dipangkuan Sungchan.

"Sure babe, lakukan saja." setelah mendapat izin dari sang empu Jisung langsung menyerang leher Sungchan. Menyesapnya, menghisapnya, dan menggigitnya. Membuat tanda yang diberikan jalang tadi tertindih oleh tanda miliknya.

Sungchan menggeram kala Jisung membuat tanda disekitar jakunnya, itu adalah tempat favorit milik Jisung. Katanya jakun Sungchan menjadi berkali kali lebih cantik kalau dihias oleh ruam merah yang merupakan karyanya.

"Senang?" tanya Sungchan dengan suara rendah. Jisung mengangguk senang.

Sungchan kembali menempatkan Jisung diatas mejanya, melahap ranum merah milik istrinya itu dengan rakus seakan tidak ada hari esok.

"Bagaimana laporanmu?" tanya Sungchan menjeda cumbuannya.

"Semuanya beres. Dia sedang diobati oleh Chenle, dan setelah sedikit pulih baru kita pindahkan." jawab Jisung.

"Dia pasti berharap untuk segera mati, tapi sayangnya tidak semudah itu. Benarkan, tuan Jung?" lanjut Jisung sambil terkikik kecil.

"Bagaimana dengan anaknya yang masih bayi? Kau menghabisinya?" tanya Sungchan lagi.

Jisung berfikir sejenak, "aku masih memikirkan nasib anak itu, sementara ini dia akan dirawat bibi Kim di Daegu." jawab Jisung.

Sungchan kembali mengecup ranum merah istrinya. "Good job, dear. Seperti biasanya." Jisung tersenyum mendengar pujian yang diberikan Sungchan padanya.

Love Killa , 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang