sandera

872 104 5
                                    

William mengamati maketnya yang rusak, tergeletak tidak berdaya diatas meja kafe. Sialan, dia harus memulai dari awal lagi. Lemburnya selama satu minggu sia sia. "Nih." Seorang pemuda cantik menyodorkan segelas teh melati padanya.

"Thanks."

"kamu keliatan berantakan banget sumpah, Will." Dia—Park Sunghoon, duduk dikursi yang berada di depan William.

"Tau." William mengusap wajahnya kasar, "argh! Harus mulai dari awal lagi, sialan!" Umpatnya dengan nada putus asa.

Sunghoon menatap kawan kuliahnya itu, "lagian, kok bisa rusak gini?" tanya nya.

"Dosenku yang jatuhin. Dia yang jatuhin aku yang suruh bikin lagi. Bajingan memang." Berbagai sumpah serapah dilayangkannya pada dosen buncit yang menyuruhnya membuat maket ini.

"Hari ini kamu istirahat dulu, kasian aku liatnya." Ucap Sunghoon.

"Tapi ini batas waktunya bentar lagi!" William pusing sendiri dibuatnya. Pemuda manis itu menyenderkan punggungnya dikursi, mendongak sambil meredam emosinya.

"Nanti kusuruh kak Jake bantuin, yang penting kamu isitrahat. Tuh, kantung matamu ngeri banget." Sunghoon menunjuk kearah kantung mata yang lumayan besar milik William.

"Emang pacarmu bisa bikin maket?" Tanya William.

"Ya bisa lah, dia kan anak arsi sama kayak kamu." Jawab Sunghoon sambil menyeruput latte miliknya.

"Emang dia gak sibuk? Setauku dia lagi ada proyek besar—"

"Udah selesai." Sunghoon menjawab cepat. Kalau sudah begini William tidak dapat menolak lagi, sehingga dia akhirnya mengangguk tanda setuju.

Dia mengambil cup berisi teh melati, lalu meminumnya. Melepas seluruh stresnya pada setiap tegukan teh yang diminum. Iris hazelnya secara tidak sengaja melihat kearah kursi dipojok kafe, sedikit jauh dari mereka namun masih tertangkap oleh penglihatan William. Seseorang dengan balutan mantel coklat yang panjang dengan wajah yang tertutup oleh masker.

"Perasaanku gak enak." Sunghoon yang sejak tadi memainkan latenya langsung menatap William.

"Kenapa?" Tanya Sunghoon.

"Belakang kamu di arah jam lima, orang itu agak mencurigakan."  jawab William lirih.

"Will, jangan bikin aku takut. Terakhir kali kamu bilang gitu, kamu hilang satu minggu. Pulang pulang sudah babak belur." Sunghoon ingat betul saat dimana pemuda didepannya ini hilang tanpa kabar sama sekali. Bahkan ponselnya pun mati. Saat ketemu, dia malah ditemukan dalam keadaan mengenaskan dengan tubuh pucat dan luka dimana mana didepan apartemen Sunghoon.

William mengalihkan pandangannya dari orang itu, lalu menatap Sunghoon. "Aku gak bercanda. Oh urusan maket biarin aja. Kalau aku gak masuk suruh Dongpyo buat izinin."

Sunghoon menatap tak percaya kearah Jisung, gimana bisa dia tenang banget padahal ada kemungkinan dia buat babak belur dan masuk rumah sakit lagi?

"Will, kamu nginep di apartku—

"Gak usah, kalau kamu lecet bisa bisa aku dibunuh sama pacarmu." Tolak William setengah bercanda.  William merapikan tasnya, lalu berdiri dari kursi kafe.

"Aku duluan ya?"

"Hati hati." William mengangguk lalu berjalan keluar dari kafe, meninggalkan Sunghoon dan maketnya. Selang sepuluh menit, tepat seperti dugaannya orang mencurigakan itu juga keluar. Berjalan mengikuti William dari jarak yang sedikit jauh.

William berhenti dihalte bus yang cukup jauh dari keramaian. Sengaja. Dia tidak bisa keapartemennya sekarang. Itu terlalu mengambil resiko, Dia tidak ingin nanti ada orang asing masuk ke apartemennya dan membuat kericuhan disana.

Dia hanya akan mengikuti alur yang diberikan nanti, berdoa saja agar dia selamat dan bisa kelihat langit lagi.

Disaat menunggu bus—atau lebih tepatnya menunggu adegan selanjutnya terjadi. Sepucuk pistol ditodongkan dibelakang kepalanya. Tidak lama setelah itu sebuah mobil hitam berhenti didepannya.

"Jangan coba coba untuk meminta tolong, atau kepalamu akan berlubang." Ancamnya.

"Aku cukup tau kalau kalian membutuhkanku hidup hidup, by the way." Jawab William terlampau tenang, lalu masuk kemobil hitam yang berhenti didepannya itu.

Ini bukan pertama kalinya William diikuti, lalu diculik tiba tiba. Ini sudah kepuluhan kalinya sejak dia masuk kebangku sekolah menengah pertama. Dan untung saja dia selalu berhasil kabur, terima kasih atas ayah angkatnya yang sudah mengajarkan bagaimana cara melarikan diri dengan mudah.

"Maaf atas kesan yang buruk tadi, tuan William." Ucap seseorang dibangku depan, "atau lebih baik saja panggil Tuan Park Jisung?" Sambungnya.

William menyenderkan punggungnya disandaran kursi belakang, "Tidak masalah, tuan... Na Jaemin, benarkan?"

TBC

New chara unlocked!

(Park Sunghoon / William or Jisung Friend)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Park Sunghoon / William or Jisung Friend)

Selanjutnya William akan kusebut dengn Jisung okay?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Killa , 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang