Youta

841 110 2
                                    

William Ghandy, pemuda itu menggeliat resah diatas kasurnya. Matanya memejam takut dengan gumaman gumaman kecil. Keningnya basah karena keringat padahal hari itu suhu sedang sangat dinginnya.

Didalam mimpinya bayangan bayangan itu berputar layaknya film dokumentasi. Darah, suara tembakan, dan Jeritan tergambar jelas didalam sana.

Dan wajah itu, wajah seorang Pria yang sudah dianggap sebagai ayah keduanya, pria yang selama ini bermain dengannya dengan tatapan hangat.

Pria itu Muncul didalam mimpinya, namun dengan tatapan dingin nan tajam layaknya seorang pembunuh gila. Didepan kakinya tergeletak seorang pria dewasa yang sudah terbujur kaku tidak bernyawa dengan darah mengucur deras dikepalanya. Pria itu Ayahnya.

Ayahnya ditembak tepat didepannya, William melihat kejadian mengerikan itu menggunakan mata kepalanya sendiri. Menyaksikan bagaimana kepala sang ayah seakan pecah, menyaksikan bagaimana darah itu menyiprat mengotori lantai marmer rumahnya.

Diujung yang sedikit jauh dari sana, tampak seorang wanita berparas cantik sudah tergeletak tidak berdaya, dengan luka tusukan di pundaknya dan wajah yang babak belur. Wanita itu hanya bisa menangis lemah, dan menyumpah serapahi pria yang telah membunuh suaminya itu.

William hanya duduk mendekam didalam sebuah ruangan kecil dibawah jam kayu, yang cukup besar untuk dimasuki bocah empat tahun sepertinya.

(A/N : Tau Grandfather Clock(?) apapun itu lah namanya, pokoknya modelan gitu jamnya.)

Didekapan anak itu terdapat sebuah buku bersampul kulit, sang ibu tadi memberikan buku itu padanya.

"Dimana buku itu?!"

"Jangan harap aku berikan buku itu pada bajingan tengik sepertimu, sialan!"

Dor!














"Mama!" William terbangun dengan nafas terengah, keningnya banjir akan keringat bahkan sampai sampai belakang bajunya basah. Tangannya yang gemetar hebat memenjambak rambutnya. Berteriak sekencang kencangnya, menyalurkan perasaan panik dan takut itu dengan teriakan.

Akhir akhir ini, mimpi mengerikan itu sering menghantuinya. Entah apa maksutnya, dia tidak tau. Tapi yang pasti mimpi itu sangat mengganggunya.

•••

Jung Sungchan duduk dikursi ruangannya, sesekali menghela nafas melihat banyaknya kertas kertas yang menumpuk di mejanya.

Drrt...

Dengan masing memperhatikan dokumen dokumen sialan dimejanya Sungchan menekan tombol hijau disebuah alat semacam telefon rumah yang ditaruh apik diatas mejanya.

"Pak Kim datang untuk melapor, tuan."

"Suruh dia masuk."

Setelah mengatakan itu, tidak lama pintu ruangan Sungchan terbuka. Namun tanpa disangka sangka, bukan hanya tuan Kim yang masuk melainkan tiga orang dengan pakaian serba hitam ikut masuk seenaknya kedalam ruangan si bungsu Jung itu.

Sungchan mengangkat alisnya, sama sekali tidak takut kala salah satu dari mereka menodongkan senjata api tepat dikeningnya.

"Woah, apa ini? Sebuah kejutan?" Tanya Sungchan.

"Asal kalian tau, aku sangat suka kejutan." Sungchan menjeda kalimatnya, "Tapi, kau tidak perlu repot repot memberikan ku kejutan seperti ini, Kakakku tersayang." Sungchan memukul keras pistol didepannya sehingga pistol itu melambung tinggi dan dengan mudah dia menangkapnya dan menodong balik orang berpakaian hitam didepannya.

"Tidak ada niatan melepas topi dan maskermu, Beomgyu-ssi?" tanya Sungchan.

Orang yang dipanggil Beomgyu menggerutu, dengan kesal melepas topi dan masker hitam yang menutupi wajah cantiknya.

(JUNG BEOMGYU / Jung's 3th son)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(JUNG BEOMGYU / Jung's 3th son)

"Sialan." Umpatnya, sedangkan Sungchan tertawa renyah mendengar umpatan kakak manisnya.

"Pulang lebih cepat? Urusanmu di London sudah selesai?" tanya Sungchan basa basi.

"Untuk apa aku berlama lama disana?" Beomgyu duduk diatas meja Sungchan dengan tidak sopannya.

"Kukira kau disana lebih lama untuk berkencan dengan Terry." Beomgyu menatap datar adiknya.

"Hell, no! Lebih baik aku bermain dengan sugar daddy dari pada berkencan dengan robot sepertinya." Sungchan lagi lagi tertawa, tidak sadarkah kakaknya itu bahwa dirinya sendiri mengharapkan berkencan dengan pria bermana Terry tadi?

Obsidian si Rusa sekarang beralih pada Pak Kim yang berdiri di belakang anak buah kakaknya. "Pak Kim, ku dengar kau ingin melapor?"

"Iya tuan, ini sedikit penting." Sungchan menoleh kearah kakaknya, memberi isyarat sang Kakak untuk menyuruh anak buahnya keluar.

Beomgyu yang faham mengangguk kecil, menyuruh dua anak buahnya untuk keluar, meninggalkan dua anak keluarga Jung bersama pria 40 tahun didalam sana.

"Ada apa?" tanya Sungchan.

"Keturunan terakhir keluarga Park, penerus Organisasi Youta telah ditemukan."

TBC

A/N : ini konfliknya lumayan berat lah ya, itu berarti aku harus ngepush kapasitas otakku yang dibawah rata rata buat ngelanjutin ini, hngg....

MAKA DARI ITU TOLONG BANGET VOMENT HIKS, atau gak salah satu aja wes, isoke demi alek 😭😭😭

Love Killa , 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang