Jeffrey : 07

50.8K 9.2K 2.1K
                                    

Halo, aku akan komitmen untuk update setiap WEEKEND. Tapi, aku mau kalian yang baca cerita ini untuk komitmen vote dan komen setiap baca. Jangan jadi silent readers, ya.

***

          Pagi harinya, Julian bangun lebih awal dan membersihkan dirinya sendiri. Ia tidak menunggu pelayan dan langsung ke meja makan seorang diri. "Selamat pagi," sapa Julian ketika melihat teman-teman Jeffrey sudah berada di meja makan dengan wajah suntuk.

"Salamat pagi, Putri, apa tidur Anda nyenyak?" Sapa Mikhael ramah.

Julian tersenyum, "Berkat Anda. Terima kasih sudah berjuang melawan badai."

"Silakan duduk, Putri." William memberikan bangku kosong untuknya.

Julian mengucapkan terima kasih, lalu duduk di bangku tersebut. Di masa lalu, Julian sangat jarang menyapa teman-teman Jeffrey. Ia sering melihat mereka di istana, tapi Jeffrey seolah tidak membiarkan Julian untuk dekat dengan mereka. Mungkin pria itu malu, mengingat Julian hanya bisa menunduk dan tingkat kepercayaan dirinya rendah.

"Saya dengar, Tuan Hendery menjalankan bisnis kasino. Apa bisnisnya berjalan lancar?" Tanya Julian.

Pria itu menoleh, "Bagaimana Putri bisa tahu?"

"Anda sangat terkenal. Saya tidak menyangka Anda semuda ini."

"Saya memulai bisnis di usia 15 tahun."

Julian mengangguk. Di antara teman-teman Jeffrey, Hendery satu-satunya yang bukan bangsawan. Pria itu berjuang dari nol dan meraih kesuksesan di usia muda. Ia bahkan mengelola pelabuhan dengan baik dan memiliki banyak kapal. Namun, pendapatan terbesarnya adalah kasino. Banyak yang tidak tahu bahwa Hendery adalah pemilik kasino terbesar di pusat kota.

"Anda sangat menganggumkan," seru Julian.

Mikhael yang ada di samping pria itu menepuk pundak Hendery. Bisa dilihat dari mata mereka, bahwa mereka juga kagum dengan kerja keras Hendery. Pria itu menjadi bahan olokan karena bukan dari kalangan bangsawan, namun sangat berani berada di sisi Putra Mahkota dan anak-anak dari keluarga terhormat. Mereka tidak tahu bahwa Jeffrey dan teman-temannya berbeda dari bangsawan biasa. Jeffrey tidak terlalu mementingkan kasta atau standar masyarakat. Ia bahkan kabur di usia 13 tahun dan masuk akademi angkatan laut. Jika Hendery bukan teman yang baik, pastinya Jeffrey tidak akan sebentah itu berteman dengannya. Di masa depan pun sama, Julian sering melihat Hendery keluar masuk istana untuk bertemu dengan Jeffrey.

Mengingat pria itu, Julian mengedarkan pandangannya dan menemukan Jeffrey tidak ada di meja makan. "Bagaimana dengan Putra Mahkota, apa dia tidak sarapan?" Tanya Julian.

Yuta menggeleng, "Jeffrey masih tidur, Putri."

"Dia sangat pucat tadi malam," ujar William.

"Badainya sangat buruk, aku kira dia akan pingsan, tapi ya... seperti yang diharapkan dari seorang Jendral," imbuh Mikhael.

Julian terdiam. Jeffrey memaksakan tubuhnya selama berjam-jam di bawah hujan. Ditambah sejak awal pria itu memang demam, sangat menganggumkan pria itu tidak pingsan.

"Jangan-jangan dia sakit," seru Yuta.

Mikhael tertawa, "Tidak mungkin. Jeffrey bertelanjang dada di es pun, dia masih sehat."

Hendery mengangguk, "Aku pernah berlayar dengannya selama 2 bulan. Aku meriang, tapi dia tetap bugar."

Julian meringis, andai mereka tahu betapa panas tubuh Jeffrey tadi malam.

"Tapi tetap saja dia harus sarapan," ujar Julian.

"Nanti setelah selesai, Putri bisa membawakannya makanan. Dia memang suka tidur. Kami bahkan tidak berani menganggu," ujar William.

Jeffrey, Don't Throw Me Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang