Jeffrey : 15

49.5K 8.2K 1.6K
                                    

Jeffrey mendudukan tubuhnya di taman belakang aula eliom. Sembari menunggu Julian mengganti gaunnya, Jeffrey menyalakan cerutu. Ia sudah akan menghisapnya, tapi terhalang oleh hembusan napas berat yang terdengar dari belakang. "Kau baru saja menikah." Jeffrey mendapati cerutunya ditarik, lalu dimatikan begitu saja.

"Sepertinya kau lupa kalau aku seorang Raja."

Pria itu terkekeh. Ia membungkuk sembilan puluh derajat ke arah Jeffrey. "Hormat saya Yang Mulia."

Jeffrey hanya berdecih sinis. Ia menarik cerutu yang dimatikan oleh Mikhael, lalu menaruhnya kembali ke dalam jubah. "Panggil seperti biasa. Aku muak mendengar panggilan Yang Mulia."

Mikhael hanya geleng-geleng kepala, lalu mendudukkan tubuhnya di samping Jeffrey. "Ada masalah?"

Mikhael telah mengabiskan sebagian hidupnya dengan Jeffrey. Ia mungkin tidak melihat perubahan dalam ekspresi temannya itu, mengingat Jeffrey orang yang pendiam dan cenderung memasang wajah datar. Tapi, sorot matanya mudah dibaca. Ketika dia sedih, matanya menurun, dan ketika dia marah, matanya akan sangat kelam.

"Entalah... hanya memikirkan ini dan itu."

Mikhael mengangguk. Ia menyandarkan tubuhnya, sembari menatap langit yang dihiasi cahaya bulan. Hari ini hari istimewa bagi Mikhael, karena ia berkesempatan melihat temannya menikah.

"Tidak terasa kita semua sudah dewasa."

"Kau dan Yuta belum."

Mikhael terkekeh. Di antara mereka berlima, ia dan Yuta sering bertengkar dan berdebat tentang sesuatu yang tidak penting.

"Tapi, Jef... yang paling kita khawatirkan itu kau. William bahkan mengatakan padaku, untuk tidak membiarkanmu sendiri. Yuta lebih menyukai tidur dibandingkan pesta. Tapi, karena dia tahu kau tidak bisa tidur... dia terus-terusan mengadakan pesta." Mikhael menghela napas, "Saat perang, saat kemanapun kau ditugaskan, kami selalu takut. Apa orang ini akan bertahan? Dia tidak akan membunuh dirinya sendiri kan?"

Jeffrey terkekeh kecil, "Kau kira aku bisa mati?"

Mikhael menggeleng, "Entahlah... kau seperti jiwa yang tidak bertumbuh. Sejak dulu sampai sekarang... kau selalu membuat kami cemas. Syukurlah, sekarang... selain kita, akan ada orang yang menemanimu di istana."

Jeffrey tersenyum, "Aku baik-baik saja. Kau kira aku selemah itu?"

Mikhael mengangguk, "Memang lemah."

"Sial!" Jeffrey terkekeh.

Pandangan Mikhael menerawang, "Yang Mulia Ratu orang yang luar biasa. Aku sangat berharap kau menjalin hubungan normal dengannya." Jeffrey berdecak, membuat Mikhael menatap pria itu kesal, "Aku serius. Jangan menyianyiakan orang yang ada bersamamu saat ini. Kesempatan tidak datang dua kali, Jef. Kalau ada yang salah dengan hubungan kalian, segera perbaki sebelum terlambat."

Jeffrey menyandarkan tubuhnya, "Julian sudah tahu tentang Rosaline."

"Memangnya ada apa dengan wanita itu?"

"Jangan pura-pura. Kau sendiri sudah tahu hubunganku dengannya."

"Entahlah... aku sendiri tidak yakin. Dulu, kau bilang padaku bahwa Rosaline satu-satunya yang kau punya. Tapi, saat gadis itu menikahi pria tua, kau membiarkannya. Kau sama sekali tidak melindungi orang yang kau cintai, Jef. Jadi, aku berpikir... sebenarnya cinta seperti apa yang kau punya?""

Jeffrey diam, membuat Mikhael melanjutkan ucapannya. "Kau tidak tahu'kan? Karena kau mati rasa."

"Jaga ucapanmu."

Mikhael menggeleng, "Tidak, kau harus tahu. Dulu, saat pertama kali aku melihatmu, kau demam tinggi. Luka di punggungmu bernanah, wajahmu memar dan tanganmu tidak bisa digerakkan. Tapi, alih-alih menangis.... kau hanya diam. Bahkan ketika dokter mengobatimu, kau tidak meringis sama sekali. Kau seperti orang yang tidak punya keinginan untuk hidup—meskipun aku tahu kau juga tidak ingin mati."

Jeffrey, Don't Throw Me Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang