Prakarya.

339 66 17
                                    


Siang itu, Sunghoon berencana untuk menemani Sunoo mengerjakan PR prakaryanya.

Saat langkah kedua Sunoo menjejakkan kakinya di teras rumah, Sunghoon dengan sepeda biru dongkernya- yang bernama Kenzo- sudah tiba, memasuki pekarangan rumahnya.

Biasanya, Sunghoon akan langsung turun dari Kenzo dan lari menghampiri Sunoo, namun kali ini, ia tampak bingung, masih melongo diatas sepedanya.

"Sunghoon! Cepet kesini, disitu panas tau."

Yang dipanggil menggaruk tengkuknya, "Kasian Kenzo..."

"Hah? Emang kenapa?"

Telunjuk Sunghoon menujuk ke langit, arah pandangannya juga mengikuti telunjuknya, membuat matanya sedikit menyipit.

"Kepanasan, soalnya matahari masih diatas kepala."

Keduanya terdiam, berpikir.

"Taruh bawah pohon mangga punya Papa! Disana teduh." Sunoo memberi ide, yang lantas disetujui oleh Sunghoon.

Setelah perkara 'tempat berteduh Kenzo' selesai, Sunghoon langsung menyusul Sunoo, duduk bersila di teras dengan dua meja lipat kecil yang sudah disiapkan Mama Yerin, dan kemudian mencomot satu bungkus permen yang Sunoo tawarkan.

"Kamu bawa tas? Isinya apa?" tanya Sunoo, mata rubah kecilnya menelisik ke ransel berukuran sedang yang dibawa Sunghoon.

"Aku bawa buku." Sunghoon mengeluarkan satu buku.

"Loh itu kan buku pelajaran, kamu mau belajar?"

"Mau baca-baca aja sih, nanti bosen kalau cuma diem nunggu kamu bikin prakarya."

Tiba-tiba saja Sunoo menepuk jidatnya sendiri, cukup keras, bunyinya: plakk! Sampai-sampai dahinya terlihat bekas memerah.

"Kenapa aku malah nggak ngeluarin perlengkapan prakaryanya ya?!"

Sunghoon tertawa geli, "kamu justru bawa permen sama jajan."

Baru saja Sunoo ingin beranjak masuk kedalam rumah untuk mengambil alatnya yang tertinggal, Mama Yerin lebih dulu muncul dengan sekeranjang perlengkapan yang Sunoo butuhkan.

"Lupa lagi? Tadi udah dua kali bolak-balik masuk sebelum Sunghoon dateng, yang dibawa cuma jajanannya."

"Eh Mama.. Hehe..." Sunoo nyengir, sedangkan Sunghoon berusaha menahan tawanya.

"Sunoo pikun ya Tante." Celetuk Sunghoon, membuat Mama Yerin terkekeh dan mengusak rambut halusnya.

"Pikun itu apa?" tanya Sunoo, penasaran.

Mama Yerin menggeleng, "mending kamu cepet selesaiin PR nya. Kasian Sunghoon kalau nunggu lama. Mama mau lanjutin masak dulu, kalau udah selesai nanti ke ruang makan ya? Kita makan bareng."

Dengan serempak, kedua bocah polos itu mengangguk, lantas sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sunoo masih tampak berpikir, mencari ide, sembari memilah-milah cat warna yang akan ia pergunakan. Sedangkan Sunghoon, membolak-balik halaman buku, sepertinya sedang mencari halaman yang bisa ia kerjakan.


"Sunghoon, kata kamu, mending pakai warna kuning atau merah?"

"Kuning."

"Tapi aku mau merah."

"Yaudah merah aja."

"Ih tapi kamu bilangnya mending pakai kuning, aku jadi bingung."

Sunghoon yang sejak tadi menjawab pertanyaan Sunoo tanpa mengalihkan perhatiannya pada Sunoo, kini menoleh jengkel. "Pakai dua-duanya aja lah!"

InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang