Harta karun 1.0

242 52 0
                                    

Bunyi khas bel rumah Sunoo terdengar nyaring di siang menjelang sore hari itu. Seperti yang Sunoo duga, Sunghoon dengan sepedanya, Kenzo, telah menunggunya di halaman rumah Sunoo.

“Cepet banget datangnya? Ini baru jam setengah dua! Aku masih pengen makan, nanti aja mainnya.” Serbu Sunoo.

Sebagai tanggapan, Sunghoon menggeleng cepat. “Kita harus jalanin misi kali ini, nggak boleh telat.”

Kemudian kepala Sunghoon melongok kesana kemari, memastikan tak ada yang mendengar percakapan mereka.

“Misi apa sih?! Yang tadi Jay bilang di sekolah? Kok kamu percaya sama omongan dia, nggak usah aja, capek tau. Lagian, mana ada harta karun di kebun kosong luar komplek—”

Rentetan protes Sunoo terhenti saat tangan Sunghoon menutup mulutnya. “Jangan kenceng-kenceng! Nanti Mama kamu denger... Yaudah kalau kamu nggak mau ikut, aku tinggal.”

Sunoo memutar bola matanya, lantas berpose berpikir.

“Gimana? Ikut nggak?”

“Mikir dulu.”


“Ikut kan?”

“Sabar ih! Lagi mikir.”


“Yakin sih bakal ikut.”

“DIEM DULU, AKU JADI NGGAK BISA MIKIR.”


“Kelamaan mikirnya, aku duluan aja.”

“IYA IYA, AKU IKUT. TUNGGUIN!”


Tanpa mengindahkan Sunghoon yang terkekeh menertawakannya, Sunoo berlari kecil ke dalam rumah, mengambil ransel kecil yang selalu ia bawa kemanapun.

Sedangkan Sunghoon bersiap menaiki sepedanya, melambai pada Sunoo yang kini sudah menenteng ransel kuningnya itu. “Buruan!” serunya.

“Kamu bawa sepeda sendiri aja, ya?” ucap Sunghoon, membuat bibir Sunoo mengerucut.

“Kenapa?! Kamu nggak mau boncengin aku? Aku berat y—”

“SSHUTTT IYA IYA, buruan naik, keburu panas!”

“Dari tadi juga udah panas tau.” Sunoo menggerutu sambil menaiki boncengan sepeda Sunghoon dengan wajah terlipat.

Disepanjang perjalanan, mereka tak berisik seperti biasa. Sunghoon sibuk mengayuh pedal sepedanya, sedangkan Sunoo sibuk mengusap peluh yang mengucur deras dipelipisnya, gerah sekali.

“Masih lama, ya? Kamu bisa nggak sih lewat jalanan yang teduh?! Muka aku rasanya kayak di oven.” Protes Sunoo, menepuk-nepuk punggung Sunghoon.

“Bentar lagi kok, sabar! Kamu kira aku juga nggak capek apa? Kamu enak tinggal bonceng. Aku turunin kamu di jalan baru tau rasa.” Balas Sunghoon, tak kalah sinis.

Cubitan kecil mendarat di lengan Sunghoon, membuatnya mengaduh dan keseimbangannya hampir hilang.

“EH EH EH? SUNGHOON GIMANA SIH? UNTUNG NGGAK JATOH!”

“SALAH SIAPA CUBIT-CUBIT?”

Sunoo tak menjawab, ia mencebikkan bibirnya, membiarkan panasnya terik matahari membakar dirinya.


Wajahnya berubah sumringah saat mereka melewati sungai yang jernih di sisi jalan.

“Seger tuh.” Celetuk Sunoo.

“Kamu mau?”

“Mau apa, Sunghoon?”

“Nyebur di sungai, seger.”

InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang