Sano Manjiro

1.4K 230 63
                                    

[M/n] = Male name
[H/c] = Hair color
[E/c] = Eyes color

_________________________



Lagi.

Lagi-lagi dia dikejar beberapa orang.

Keringat dingin mulai muncul seiring dengan langkah kakinya yang bertambah cepat, berlari menghindari kejaran mereka.

Ayolah...
[M/N] capek. Nggak bisa diginiin dia tuh...

Masih mending yang kemarin, cuma bawa botol bekas mar*jan sama pemukul kasti. Sekarang orang yang ngejar dia bawa pistol. Bahaya, bro.
Kalau itu orang langsung tembak ke kepalanya, habislah udah. Langsung koit di tempat, dia.




Dor!




Baru juga [M/N] mikir, eh, malah nyata beneran. Orang yang mengejarnya tak segan-segan menembakkan peluru ke kaki [M/N]. Masih untung, sih. Soalnya nggak terlalu fatal. Tapi masalahnya, [M/N] jadi nggak bisa lari lagi! Sakit, bro...
Huhuhuhu...

Beberapa orang yang tadi mengejar, langsung mengelilingi dia seraya menodongkan pistol. Dua dari mereka langsung menahan tangannya dengan kencang. [M/N] tersenyum canggung, menatap mereka semua.

"Beraninya keroyokan doang, cuih!" Ujarnya mencoba memprovokasi. Namun sayangnya, orang-orang itu seolah tidak mendengar ucapan [M/N].

Pria itu kembali mencoba memprovokasi, namun kembali diacuhkan. Ia berdecih tak suka. Ingin dirinya lari, tapi sudah di kekang oleh dua makhluk kurang ajar yang berani nahan kedua tangannya. Mana kakinya sudah mulai terasa amat perih pula. 

Sebuah ide terlintas di kepalanya. [M/N] berdehem singkat, bermaksud menarik perhatian mereka.

[M/N] merengut. Ia kembali berdehem, tapi agak keras karena mereka lagi-lagi mengacuhkan dirinya.

[M/N] tersenyum kesal. Ia mencoba positif thinking kalau mereka semua itu tuli dan bisu. Tapi tetap aja! [M/N] jadi jengkel. Songong banget mereka ngacuhin dia.

Menghela napas lelah, [M/N] kembali berucap,
"Lepas."

"Lepas, anjing! Sopan kalian begini, hah?!" Ujarnya berteriak.

"Kalian itu ya! Lebih anjing daripada anjing, tau nggak?!" Ujarnya lagi.

Alis [M/N] berkedut, makin merasa dongkol dengan mereka. Sebelah kakinya menendang kaki salah satu pria yang menahannya.

Mereka semua langsung siaga, makin mendekatkan pistol kearah titik-titik vital tubuh [M/N]. Hingga beberapa saat, seorang pria bersurai putih tiba dihadapannya.

"[M/N]–cchi," panggilnya.

[M/N] memandang nyalang, "Apa?!"

Pria bersurai putih itu mengulas senyum. [M/N] akui, kalau pria dihadapannya itu cukup tampan meskipun tubuhnya kurus dan terkesan tak pernah makan. Tapi, mata kosongnya sangat kontras ketika disandingkan dengan senyum yang terbentuk di bibir pria itu. Entah mengapa [M/N] sedikit merinding.

"Kau pernah bilang, kalau kau tidak akan mengkhianati ku." Ucapnya.

Pria bersurai putih itu berjalan maju, memperpendek jarak diantara dirinya dan [M/N].

"Aku mempercayai itu, [M/N]–cchi."

Sebuah tinju mendarat di perut [M/N]. Mata pria berusia 20 tahun itu melotot kaget, dan bibirnya mengeluarkan darah karena tidak sengaja tergigit. [M/N] merutuk dalam hati.

"'hei, hentikan aku kalau aku melakukan hal yang salah, seperti dia dulu'. Aku pernah mengatakan kalimat itu pada seseorang hanya karena melihat sosoknya yang terasa mirip dengan dia." Pria bersurai putih itu mulai bermonolog.

Time thread || Tokyo Revengers with male readers!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang