~~~
"Kalau kau pindah ke Korea Selatan, kau akan bertemu banyak pria berwajah cantik di sana! Orang-orang menyebut mereka dengan istilah flower boy!"
Kalimat Megan, sepupunya sesaat sebelum ia pindah ke negara ini kembali terngiang.
"Kau tahu idol-idol K-Pop? sebagian besar dari mereka adalah para flower boy!"
Apa Jehan termasuk salah satunya?
Ia nampak terlalu lembut, Ares bahkan terkesan melindunginya. Selama ini tidak pernah ada hal semacam ini di dunia Drian. Ia memiliki beberapa teman dekat di London. Mereka berteman selayaknya para pemuda biasa, sama-sama lelaki dan tak ada kesan saling melindungi meski mereka saling peduli. Tak ada istilah golongan pria cantik dan golongan pria tampan kecuali itu pergaulan para pria homoseksual. Ok, Drian tak seberapa memahami dunia itu, itu cukup asing baginya. Dirinya adalah lelaki normal, selama ini meski tak pernah serius, tapi ia selalu berkencan dengan para gadis.
"Ini kelas utama kita, kau juga bisa mengambil beberapa kelas khusus, ah ya kita tidak mengikuti hagwon kecuali itu akhir pekan, tapi akan ada kelas tambahan setiap menjelang ujian akhir semester bagi siswa yang membutuhkan," Jehan berkata sembari melangkah masuk.
Beberapa siswa sedang membersihkan kelas, Jehan mengamati beberapa bangku, "duduklah di sini, Ares duduk di sebelahku!" Jehan memberi tahunya. Drian yang enggan mempersulit keadaan langsung menurut saja.
Suasana cukup sepi karena ini masih pagi. Jehan beranjak bangun setelah menaruh peralatan belajarnya, "Drian, ayo ke kantin!" serunya.
Drian beranjak bangun, terserahlah, orang ini adalah teman sekamarnya jadi ini adalah teman pertamanya meski sebenarnya Drian tak begitu merasa jika teman adalah hal yang penting.
Mereka memasuki sebuah kantin berukuran luas, seperti sebuah restoran. Di sana ada menu reguler yang dipesan tanpa membayar karena itu adalah menu yang sudah ditanggung yayasan ketika para siswa membayar biaya sekolah mereka, ada juga menu premium, yang artinya kita akan menambah membayar di luar dari biaya iuran yang dibayarkan kepada sekolah jika ingin memesannya. Tentu dengan menu yang berbeda.
Drian berjalan di belakang Jehan ketika beberapa siswa berjalan dari arah berlawanan.
Brukkk!
"Yakkk, Ren Kim! apa yang kau lakukan, hah?" Jehan berteriak kesal ketika bahunya ditabrak oleh pemuda itu, minuman milik si penabrak membasahi blazer biru milik Jehan.
Orang yang disebut Ren Kim menghentikan langkahnya, ia berbalik dan bertemu tatap dengan Jehan, menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Kau basah? astaga, aku tak melihatmu," ucapnya dengan nada teramat santai, raut wajahnya nampak meremehkan.
"Kau?" Jehan menggeram pelan, nampak jelas jika ia sedang menahan emosinya.
"Aku tak sengaja," Ren berkata dengan nada pelan, kini tatapannya beralih pada Drian yang menatap datar padanya. Hanya sekilas, setelahnya Drian lebih memilih fokus pada ponselnya.
"Siapa dia?" Ia bertanya dengan wajah takjub. Rona merah menjalar di pipi putihnya.
Jehan menatap jengah, "bukan urusanmu!" pemuda itu mendengus, ia mendekat pada Drian, "ayo pergi, Drian ah, jangan sampai kau berurusan dengan anak ini!" menepuk pundak Drian. Kedua pemuda berbeda ras itu berbalik ke arah tujuan semula, menuju stand makanan di depan sana dan memesan makanan. Menyisakan pemuda berparas cantik di sana yang menatap lekat pada punggung tegap namja tampan yang terlihat asing namun juga familiar di matanya itu.
"Siapa dia? apa kami pernah bertemu sebelumnya?"
***
Drian melangkah tenang, wajahnya teramat datar, jika biasa tatapan heran dan anehlah yang ia terima, kali ini berbeda. Anak-anak ini meski semua lelaki tapi mereka nampak biasa-biasa saja.
"Saya Adrian Matthew, dari London." Kalimat itu singkat dan bernada cuek.
Jehan menatap perkenalan aneh itu dengan kedipan polos, ia baru mendengar salam perkenalan yang seperti ini.
"Ah, salam kenal, Adrian ah ...."
Semua orang menatap ke arah suara, datangnya dari sisi kanan kelas, arah yang berlawanan dari arah duduk Jehan dan teman-temannya. Itu Ren Kim dengan rambut cokelat madunya. Ia menatap penuh minat ke arah pemuda tampan berwajah khas orang Eropa di depan sana. Adrian tak begitu menanggapi, ia hanya menatap datar selama beberapa waktu.
Kulit seputih salju, mulus seperti porselen, wajah kecil dengan bibir merah merekah, bulu mata yang nampak panjang dan berkibar, raut wajahnya aneh, seperti bukan seorang lelaki, apa dia wanita tomboy yang menyamar di sekolah khusus pria? Drian segera mengalihkan pandangan detik berikutnya
"Baiklah, silakan duduk dan mengikuti pelajaran!" guru itu menyuruhnya untuk duduk.
Hari pertama sekolah, Drian mengikuti pelajaran dengan santai, ia tak seberapa menyimak namun tetap saja pelajaran itu menempel di kepalanya. Drian memang termasuk anak yang cerdas tapi ia juga kerap bermasalah karena sikap antipati serta angkuhnya itu. Drian bukan pemuda nakal yang suka mencari masalah tapi ia seperti magnet penarik masalah karena sifat tak mau bergaulnya membuat sebagian orang menjadi tak suka padanya.
Di sini untuk pertama kalinya sikap anehnya ini nampak tak dipermasalahkan bahkan oleh guru sekalipun. Drian ingat di sekolah kedua yang dimasukinya, guru sudah memberinya kritik di saat perkenalan.
**********
Drian berjalan kembali ke asrama saat hari telah gelap. Ia bersama Jehan pergi ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai bahan tugas, ternyata meskipun murid baru tapi Drian harus mengerjakan tugas para siswa yang diberikan minggu lalu.
Jehan telah pergi bersama Ares karena pemuda itu terus-terusan memintanya. Drian kini menyusuri lorong sekolah, di depan gedung ia berjumpa sosok itu, berdiri bersama dua orang siswa lainnya.
"Hai, apa kita sudah berkenalan?" tanyanya basa-basi.
Drian menatap enggan, orang ini nampak aneh di matanya. Cara berpakaian serta dandanannya juga aneh. Kenapa wajahnya terlihat seperti seorang gadis?
Apa dia memang membuat dirinya agar terlihat seperti itu?
Jung Jehan saja cukup aneh di mata Drian, lalu muncul lagi sosok ini, ia lebih aneh dibanding Jehan.
"Aku Kim Ah Ren tapi itu terlalu rumit, panggil saja Ren Kim," Ren mengulurkan tangannya.
Drian hanya menatap malas, tidak menyambutnya. Lihat saja, tangannya bahkan tenggelam di dalam lengan sweater yang dipakainya. Melihat reaksi Drian ia hanya tersenyum, menarik tangannya, menggaruk tengkuknya canggung namun itu hanya beberapa saat.
"Kau satu kamar dengan Jung Jehan? aku juga di sana, kamar kita hanya berjarak tiga kamar," ucapnya.
"Hmm!" Drian berdehem pelan lalu melangkah pergi meninggalkan pemuda itu. Menyisakan Ren yang menatap lekat sosok yang telah berjalan menjauh menuju ke arah gedung asrama itu.
"Dia sangat menarik, aku harus bisa mendapatkannya!"
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Pretty Boy
FanfictionDrian Matthew, pemuda tampan pindahan dari Inggris, dipertemukan dengan Ren Kim, seorang siswa berparas cantik di sebuah sekolah asrama. Drian yang menurut issue adalah seorang homophobic harus berurusan dengan sang uke idaman. Apa yang terjadi keti...