Perjalanan dimulai dengan menuju pulau Kelor yang jaraknya memakan waktu sekitar satu jam. Para rombongan diperkenalkan kepada seluruh awak kapal yang akan melayani seperti; Kapten Kapal, Nahkoda, dan Chef.
Gue sudah berkenalan dengan beberapa rombongan selain Aji dan Jeremy—yaitu Elisa, teman sekamar gue, juga Jennieta dan Rosiella penghuni kamar sebelah. Gue senang kita langsung akrab satu sama lain dan nyambung saat bicara membahas topik-topik yang random.
Makan siang berlangsung di atas kapal. Gue, Lisa, Jennie, dan Rosie memilih makan siang di area indoor karena angin di luar cukup kencang. Sepiring lasagna menjadi menu yang gue makan siang ini. Gue makan dengan porsi yang nggak begitu banyak karena gue gampang kenyang. Kalau terlalu banyak biasanya gue kekenyangan sampai mual. Porsi makan gue secukupnya, bahkan kadang sedikit. Beda banget sama adek gue—si Ajun—yang makannya bisa nyampe dua piring. Kayaknya perut Ajun terbuat dari karet karena kuat nampung banyak asupan makanan.
Walaupun begitu, Ajun badannya nggak gemuk. Larinya ke pipi dia yang berisi. Postur badannya ideal, malahan tinggi. Padahal waktu kecil dia pendek banget. Heran deh gue kenapa kebanyakan laki-laki kalau udah mulai memasuki usia remaja-pertumbuhannya pesat banget?!
Waktu awal-awal Ajun nyusul tinggi badan gue, tu anak songongnya kebangetan, ngeledekin gue abis-abisan. Mukanya tengil parah. Saking enggak tahan lihat muka tengilnya, gue sampe refleks tabok mukanya. Berakhir gue yang kena marah nyokap karena si Ajun ngadu. Emang bangke tu bocah ngadunya dilebih-lebihin seakan gue udah menganiaya dia sampai menderita-padahal cuma nabok doang.
Lah, kenapa gue jadi bahas Ajun? Skip dah nggak penting. Jangan mikir kalau gue kelepasan bahas dia karena kangen, ya! Enggak sama sekali.
"Oh my God." Rosie berkata setelah suapan pertama masuk ke dalam mulutnya. Dia pesen kepiting saus lada hitam. "Kalian mau coba nggak? Sumpah, ini enak banget!" Mata Rosie berbinar-binar, sepertinya seenak itu rasa kepitingnya.
"Boleh?" tanya Lisa memastikan.
Rosie tersenyum semringah, mendorong piringnya mendekat ke Lisa. "Boleh dong, kan gue nawarin!"
"Kali aja lo nawarin cuma basa-basi padahal dalem hati nggak rela makanan lo dimakan sama orang lain." Lisa terkekeh geli.
"Enggaklah, Lis. Gue malah seneng kalo berbagi," balas Rosie ketawa kecil. Rosie lalu menatap gue dan Jennie. "Kalian juga kalo mau comot aja, jangan sungkan-sungkan."
"Gue coba ya," ucap gue mencomot daging kepiting dan memakannya. Begitu menguyahnya, wah... gila, emang enak banget!
"Enak, kan?" Rosie tersenyum melihat reaksi gue, Lisa, dan Jennie.
"BANGET!" pekik Lisa.
Gue mengacungkan satu jempol. "Mantul."
"Thank you, Rosie," ucap Jennie lembut.
Gue lanjut mengunyah makanan seraya mengobrol ringan dengan ketiga teman baru gue ini. "Nanti sampe pulau Kelor kalian mau snorkeling nggak?" tanya gue.
"Enggak. Gue snorkeling-nya besok aja pas kita ke Pink Beach." Lisa menanggapi setelah menyedot minumannya.
"Sama. Gue juga mau snorkeling di Pink Beach aja. Katanya panorama dibawah lautnya indah," timpal Jennie.
Gue mengangguk-angguk. "Hm. Gue juga. Gue mau trekking aja lihat pemandangan pulau dari atas bukit." Mata gue beralih menatap Rosie yang masih asyik makan, kayaknya dia nggak denger pertanyaan gue. "Rosie, lo gimana? Mau snorkeling nggak entar nyampe pulau Kelor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Romance"Soraya, kamu tahu arti metanoia? Metanoia itu istilah dalam konteks teologis yang biasanya ditafsirkan sebagai pertobatan. Namun kalau dijabarkan secara harfiah-merujuk kepada perubahan pola pikir, diri, hati, dan cara hidup. Kamu membuat saya yang...