Yuta berdiri menatap ke luar Jendela kamarnya yang tepat menghadap sebuah pohon sakura di halaman belakang. Uap tipis mengepul dari secangkir teh hijau di tangannya. Cukup untuk menemani pagi yang sejuk dan kelabu. Butiran air turun dari langit menghantam permukaan bumi.
Hujan. Sesuatu yang tak terlalu disukai Yuta. Entah apa alasannya, Yang jelas Yuta tak suka. Mungkin itu karena semua yang dilihatnya menjadi basah, atau suasana gelap karena mendung, atau mungkin saja karena bau aneh saat air mengenai tanah. Hujan seakan turun dan membawa semua pikiran negatif naik ke permukaan.
Dan yang ada di pikiran Yuta saat ini adalah Johnny. Memangnya apa lagi selain Johnny?
Yuta tahu Johnny berselingkuh darinya. Yuta pun tahu Johnny dan selingkuhannya itu memiliki putra seusia Jaemin, atau bahkan beberapa bulan lebih tua? Yuta tahu semuanya. Satu hal yang Yuta tak tahu adalah sampai kapan suaminya akan terus bersembunyi.
Tiga bulan lalu. Pertama kalinya Yuta tahu Johnny memiliki orang lain. Seseorang bernama Ten itu. Seseorang yang tak sengaja dihamili suaminya bertahun-tahun lalu. Keyakinan untuk Johnny yang berdiri kokoh hancur seketika. Keraguan tumbuh di hatinya. Makin lama makin membesar. Membuatnya meminta bantuan Kim Doyoung untuk mengawasi Johnny. Walaupun sebenarnya tanpa Doyoung pun Yuta tahu jika Johnny selalu membohonginya.
Sakit. Tentu saja rasanya sangat menyakitkan. Kalau bukan karena teringat Jaemin, mungkin Yuta akan mengakhiri dirinya sendiri dengan melompat ke Sungai Han dan mengubur dirinya sendiri dalam dinginnya air.
Ingin sekali Yuta menampar dan memaki Johnny untuk melampiaskan seluruh emosinya sampai puas. Namun lagi-lagi karena Jaemin. Anaknya terlalu kecil untuk itu. Apa yang akan ia pikirkan tentang orang tuanya?
Yang Yuta takutkan adalah perkembangan mental Jaemin setelah itu. Yuta tak ingin melukai Jaemin dengan cara apapun. Meskipun dirinya harus terus memendam rasa sakit sendirian, Yuta tak apa. Yang terpenting adalah Jaemin. Yuta rela melakukan apapun demi Jaemin. Hanya Jaemin.
Tiga bulan Yuta berlagak seakan semua baik-baik saja. Ia bahkan memberi perhatian lebih banyak untuk Johnny secara fisik maupun batin, berharap Johnny mungkin akan sadar akan kesalahannya dan kembali menjadi milik Yuta sepenuhnya. Yuta selalu mensugesti dirinya sendiri bahwa Johnny hanya miliknya dan Johnny hanya mencintainya.
Namun semua itu sepertinya sia-sia. Beberapa hari lalu, saat Kim Doyoung mengiriminya foto selembar catatan kecil di makan siang yang dikirim Ten untuk Johnny, di sana Yuta langsung paham. Johnny telah menghamili orang itu lagi. Suaminya telah melangkah terlalu jauh.
Yuta benar-benar tak habis pikir. Bagaimana mungkin Johnny tega? Tidakkah dia sadar dia telah menyakiti banyak hati sekaligus? Yuta, Ten, dan anak-anaknya.
Pria Jepang itu menyesap tehnya. Membiarkan cairan itu membasahi tenggorokannya, menyalurkan sedikit kehangatan pada tubuh kurusnya. Ia menghirup dalam aroma khas tehnya yang membuatnya merasa lebih tenang. Setidaknya aroma teh bisa mengalahkan bau aneh yang dibawa hujan.
"Mama.."
Suara serak Jaemin membuat Yuta menoleh ke arahnya. Anak empat tahun itu berdiri di ambang pintu dengan piyama kuning dan juga boneka bebek di pelukan lengan mungilnya.
Putra semata wayang Yuta itu baru saja bangun. Lebih lambat dari biasanya memang. Semalam Jaemin tidur cukup larut setelah menunggu dan bermain dengan Daddynya yang pulang terlambat. Tak perlu mencari tahu mengapa Johnny pulang terlambat. Toh jawabannya sudah pasti. Jaemin yang malang.
Yuta meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Ia menghampiri putranya yang melihat ke arahnya dengan mata setengah terbuka. Yuta tersenyum hangat dan membawa Jaemin dalam gendongannya. "Sudah bangun, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [JohnYu]
Fanfiction[bxb] [Johnny x Yuta] [Male Pregnancy] Dan bersamaan dengan aroma hujan yang menyeruak penciuman, air matanya lolos begitu saja. Hati Yuta remuk tanpa sisa saat suaminya lebih memilih pergi dengan orang lain, meninggalkannya menangis di bawah guyura...