"Jaemin ingin tambah lagi?" tanya Yuta pada Jaemin yang duduk di hadapannya, menyuapkan sedikit demi sedikit es krim cokelat yang mulai mencair.
Jaemin menggeleng pelan menjawab pertanyaan Yuta tanpa mengalihkan atensinya pada mangkuk es krim yang hampir kosong. Yuta menghela napas saat melihat respon Jaemin.
Hari ini adalah hari ke tiga sejak Johnny tiba-tiba pergi dengan 'urusan penting'nya. Tiga hari Johnny tak memberi kabar sedikit pun. Tiga hari pula Jaemin terus murung.
Putera Suh yang biasanya aktif dan ceria kini lebih banyak diam. Yuta telah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan sinar positif dari putera tunggalnya, termasuk mengajaknya membeli es krim favoritnya seperti saat ini. Namun tak ada satu pun cara yang dilakukannya yang menunjukkan hasil.
Jaemin adalah anak yang cukup sensitif. Jika hal seperti ini mampu mebuatnya murung berhari-hari, lalu bagaimana jika suatu hari nanti Jaemin tahu keadaan orangtuanya yang sebenarnya? Yuta tak bisa membayangkan jika itu terjadi. Jaeminnya terlalu berharga untuk merasakan itu.
Yuta telah meminta Kim Doyoung untuk mencari tahu kemana perginya Johnny. Hal terakhir yang pria Kim itu laporkan padanya adalah suaminya pergi ke rumah sakit hari itu. Lelaki simpanan Johnny masuk rumah sakit. Entah Ia sakit apa. Yuta tak tahu dan tak ingin mencari tahu. Bodo amat dengan 'si simpanan'. Ia hanya ingin kejelasan dari suaminya. Enak saja Johnny di sana memanjakan selingkuhannya, sementara Isterinya sendiri tengah kewalahan mencari cara untuk mengembalikan keceriaan Jaemin yang hilang karenanya.
"Sudah selesai." Suara Jaemin memecah lamunan singkat Yuta.
Yuta tersenyum lebar (hanya pura-pura) dan bertepuk tangan kecil. Ia mengacak surai hitam putranya lalu menangkup pipi gembulnya dengan kedua telapak tangan. "hebat sekali, bayi kecil Mama. Kemari, Mama berikan ciuman sebagai hadiah."
Yuta menghujani seluruh wajah Jaemin dengan kecupan. Ia berharap setidaknya Jaemin akan bereaksi seperti hari yang lalu ketika Yuta menciuminya. Namun nyatanya, sekarang berbeda. Jaemin hanya diam tanpa reaksi apapun. Jelas bukan ini yang Yuta ingin. Ia ingin Jaemin memberontak dan mengomel padanya, berkata 'Jaemin sudah besar'. Itu lebih baik daripada ini.
Yuta menjauhkan wajahnya dari Jaemin. "Jaemin tidak marah pada Mama? Kemarin Jaemin bilang tidak mau dicium banyak-banyak?"
Jaemin menunduk. Ada jeda keterdiaman beberapa saat diantara ibu dan anak itu. Ia meremat jemari mungilnya sendiri dan berkata lirih "Tidak apa. Mama ingin cium Jaemin, Jaemin akan berikan. Jaemin tidak ingin membantah lagi. Jaemin tidak ingin jadi anak nakal. Daddy pergi karena Jaemin nakal. Jaemin janji tidak akan nakal lagi."
Napas Yuta tercekat. Sakit. Rasanya sangat menyakitkan untuk mendengarnya. Ibu mana yang tak merasa sedih saat mendengar pernyataan seperti itu dari anaknya. Sakit yang dirasakan Jaemin juga ikut menyakitinya.
Yuta menarik napas dalam. Berusaha mati-matian agar tak mengeluarkan cairan bening dari matanya. Ia menggapai tangan Jaemin, mengecupnya sedikit lama.
"Jaemin, sayang. Daddy bukan pergi karena Jaemin nakal. Jaeminnie Mama anak yang baik. Mama paham, akhir-akhir ini Daddy sangat sibuk dan Jaemin hanya ingin menghabiskan waktu dengan Daddy. Hanya saja Daddy harus pergi karena memang ada pekerjaan." jelas Yuta selembut mungkin. Tentu saja dengan berbohong. Johnny seharusnya bersyukur memiliki Yuta sebagai Isteri yang rela menutupi semua kebangsatannya di hadapan anak mereka. Bukannya malah.. Ah, sudahlah.
"tapi Daddy bilang Jaemin nakal.." cicit pria kecil itu.
"Jaemin, lihat mama." Jaemin dengan ragu mengangkat wajah memerahnya. Ia menatap manik Yuta yang juga tengah menatapnya dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [JohnYu]
Fanfic[bxb] [Johnny x Yuta] [Male Pregnancy] Dan bersamaan dengan aroma hujan yang menyeruak penciuman, air matanya lolos begitu saja. Hati Yuta remuk tanpa sisa saat suaminya lebih memilih pergi dengan orang lain, meninggalkannya menangis di bawah guyura...