Jay dan pasukannya

182 15 9
                                    

◇ • 》 • • 🌼day after tomorrow🌼 • • 《 • ◇

-

Meski bau rumah sakit adalah hal yang paling dia tidak suka, namun Jake masih mau menginjakan kakinya di tempat bernuansa putih ini. Jika bukan karena adiknya yang tiba-tiba tumbang tadi pagi, mungkin Jake tidak akan mau berada di tempat ini.

Lelaki berkaos putih dengan balutan kemeja kotak-kotak cokelat itu pun menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kayu berwarna putih. Tangannya sibuk pada layar ponsel mencari nama seseorang yang ia kenal. Sementara tangan kanannya membawa sebuah cup kertas berisi kopi hangat.

"Lo dimana?"

"Jemput adek-adek. Pulang dulu kalau mau ke rumah sakit." Kalimat itulah yang Jake katakan kepada orang yang di seberang telepon setelah mendengar jawaban dari pertanyannya tadi. Setelah itu, ia mendorong pintu bertulisan VIP itu dengan sikutnya sembari mematikan layar ponsel.

Wajah dongkol yang terpampang di wajah pucat Shindu, adiknya adalah hal pertama yang ia temukan. Di dadanya terpasang kabel-kabel yang membuat anak itu tidak nyaman bergerak. Jake pun terkekeh kemudian menarik bangku yang berada di samping tempat tidur Shindu.

"Makanya jadi anak jangan ndableg." Tangan Jake terangkat membenahkan selang oksigen yang bertengger miring di hidung lelaki itu.

"Lo nggak ngampus?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan yang sebenarnya malas Jake tanggepi.

"Enggak." Jake jawab asal. Dia terlalu sibuk meniup-niup kopi ditanganya, kemudian ia sesap perlahan. Nikmat.

Disangkanya Shindu bodoh? Shindu tahu abangnya ini sedang berbohong. Jake pun langsung mengerti dari perubahan wajah Shindu. "Iya adaaa. Entar malem tapi."

"Bukannya hari ini lo ada praktikum ya?"

"Lusa. Udah mingkem dulu, itu nafasmu udah payah."

Yang dikatakan Shindu benar adanya, hari ini seharusnya Jake memiliki jadwal praktikum kedokteran. Iya, dia adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sebentar lagi akan mendapat gelar dokter spesialis. Jake juga tidak mengerti mengapa bisa sampai pada titik ini, padahal ia sendiri sangat membenci rumah sakit.

Beruntung ada Ayah yang membantu Jake mengurus masalahnya sekarang. Emang Ayah adalah solusi paling tepat untuk situasi begini. Jadi jadwal praktikum Jake bisa di undur.

Eits Jangan menjudge Jake dulu! kalau di bandingkan dengan kelakuan Jay kakak kembarnya, maka Jay lah yang lebih tidak tau diri.

Jujur, Jake juga tidak mau melewati praktikumnya dan berujung harus bergantung pada Ayah. Namun pilihan itu lebih baik dari pada nanti terjadi hal yang tidak menguntungkan, hanya karena ia yang tidak bisa fokus. Pasalnya, Jake sudah linglung sejak melihat Shindu kambuh.

Ngomong-ngomong tentang ayah mereka, saat ini Ayah berada di luar kota dengan pekerjaannya yang super padat. Jadi tidak heran kenapa ia tidak turut hadir saat anaknya sedang sakit.

Tapi Jake punya firasat Ayah akan datang. Setidaknya, alasan kali ini lebih penting dari apapun.

Ayah adalah seorang mantan jenderal TNI. Ia mendapat label mantan bukan karena ia sudah pensiun, Ayah itu masih terlalu muda untuk pensiun. Lebih tepatnya, ia mengundurkan diri dari jabatan. Untuk menjadi penerus perusahaan Mbah, perusahaan besar yang sudah lelaki paruh baya itu operasikan selama kurang lebih 30 tahun.

Ayah adalah sosok ayah yang tidak terlalu seperti kebanyakan. Intinya dia punya cara yang agak berbeda dalam mendidik. Apalagi, Ayah seorang singgle parent dengan 7 anak laki-laki. Dia tegas, tetapi tidak mengurangi kehangatan pada dirinya.

The Day After Tomorrow | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang