•••》•🌼day after tomorrow🌼•《•••
-"Wawan!" Awan menghel nafas jengah. Kemudian mengalihkan pandangannya pura-pura tidak tahu saja. "Wan." Awan masih tidak mengubris.
Dan atas sikap kurang-ajarnya, Awan pantas menerima hukuman yang setimpal. Sebab setelah itu Awan mendapat tamparan hebat dibagian belakang kepalanya. Kenapa bisa dinyatakan kurang ajar? Darren, sahabat Awan itu jelas merasa sakit hati dicuekin saat lagi susah-susahnya. Padahal ia juga jadi susah karena ia sangat berbaik hati mau membawakan dua kantong besar berisi kado-kado dari ciwi-ciwi untuk Awan. Sumpah siapa sih yang nyuruh bawain? orang Awan sengaja enggak bawa ribet. Awan berdecak.
"Gatau diri lo nyet, jadi manusia!"
"Monyet ato manusia?" Jean sahabat Awan satu lagi terkekeh.
Detik setelah Darren menaruh kantong-kantong itu, ia menoleh pada Jean dengan tatapan paling mematikan. Hanya untuk membuat lelaki berdarah campuran Jerman itu mundur dua langkah dan bertedeng di balik tubuh Awan.
"Lo bedua enak cakep, lah gue udah diramal sama Santi bakal jadi babu. Taunya jadi babu beneran."Darren mencak-mencak sebel.
Santi itu siswi di kelas mereka yang kadang suka bikin naik bulu kuduk orang-orang. Dia punya kepercayaan dengan hal-hal yang berbau spiritual. Lalu dia sebarkan wahyu-wahyunya tersebut ke seantero sekolah.
Darren pernah hanya iseng meminta gadis itu untuk meramal masa depannya, lantas ia mendapat jawaban yang membuatnya uring-uringan selama tiga hari. Walaupun ia ngotot sendiri tidak akan pernah percaya.
"Terus banyak cewe-cewe yang modus ke gue taunya cuma sebagai sarana informasi biar bisa deket sama kalian, cih."
"Sirik aja lo." Jean mencibir.
"Ya lo coba deh ngerasain jadi gue! Menurut lo, lo bakal bahagia-bahagia saja, hah?!"
"Udah woy! sore-sore malah gelot." Suara Awan yang meninggi membuat keduanya bungkam. Dasar kebiasaan! Awan harus mengamuk dulu baru mereka kalem.
"Lo kenapa ga ngadain acara sweet seventeen gitu?"
"Enggak." Bohong kalau Awan tidak memikirkan itu. Tapi Awan juga tidak mau menjadi anak dan saudara yang tidak pengertian.
"Keluarga lo kan kaya, masa ga dirayain?"
"Lo pikir mereka pada gaada kerjaan apa? Lagian, bikin acara begituan buang-buang waktu."
"Iyasih, orang kaya emng yang dikhawatirkan waktu kebuang, bukan uang yang kebuang." Jean mengangguk-angguk setuju.
Di sela-sela candaan teman-temannya, pikiran Awan melayang jauh memikirkan seseorang yang ia tunggu-tunggu sejak awal ia menapakan kakinya di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day After Tomorrow | ENHYPEN
FanfictionKita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok lusa. . . .