Di sebuah kafe di tengah kota Jakarta berarsitektur klasik dengan sentuhan retro membuat kafe ini lebih menarik. Di sudut ruangan terdapat motor vespa antik mempercantik ruangan bagian dalam kafe. Di dinding terpasang foto-foto seorang laki-laki di beberapa tempat penting dengan motor vespa didekatnya, disinyalir ia adalah si empunya kafe. Barista sedang asik meramu kopi yang dipesan pelanggannya. Sore itu tidak begitu ramai pengunjung, hanya ada beberapa yang tengah asik menikmati kopi dan sebagian lagi terhanyut pada benda kecil di genggamannya. Alunan lagu kekinian terdengar sampai sudut ruangan itu, dipasang menyempurnakan suasana syahdu saat menyeruput secangkir kopi.
Terlihat seorang laki-laki duduk di sudut kiri kafe bagian dalam mengenakan topi biru tua. Di atas meja terdapat secangkir short macchiato dengan bahan dasar espresso dan busa susu yang masih panas, terbukti dari asap yang mengepul di bagian atas cangkir. Netranya terus menatap pintu kafe seperti sedang menunggu seseorang yang penting, sesekali pandangannya tertuju pada gawai di genggamannya.
Tak selang beberapa menit wajah laki-laki yang sebelumnya tampak cemas akhirnya menyunggingkan senyum. Parasnya yang memang tampan tampak bertambah manis. Matanya bulat dihiasi dengan alis yang tebal, hidung mancungnya menambahkan ketampanan di wajahnya. Bibirnya tipis dilengkapi pula dengan kumis tipis diatasnya. Kulitnya tidak terang, rata-rata kulit laki-laki Indonesia, sawo matang. Tingginya kira-kira 176 sentimeter ini mengenakan kaos press body dengan warna senada topi yang ia kenakan, badannya cukup ideal. Proposional seperti olahragawan, ia memang hobi olahraga tak heran badannya cukup bagus.
Di depan pintu kafe tampak seorang gadis mengenakan topi hitam, rambutnya ia masukan di balik topi. Jaket bomber hitam yang ia kenakan tampak cocok dengan topinya, di balik jaketnya tersembunyi kemeja putih khas seragam sekolah dan yang lebih mencolok lagi yaitu rok span abu-abu yang ia kenakan, khas seragam siswi SMA. Visusnya tampak mengecil, mencari seseorang di dalam kafe. Setelah menemukan seseorang yang ia cari, langkah kakinya dipercepat menghampirinya.
Gadis itu menggambil posisi duduk di sebelah laki-laki bertopi biru tua, "Udah lama?" Tanyanya pada laki-laki itu. Dan hanya dijawab dengan anggukan.
"Wajah kamu panik gitu sih? Ada apa?" Tanya Reddy Matsuya, nama lelaki bertopi biru tua itu.
"Kamu belum liat instagram? Media online?" Tanyanya tak yakin.
Ia menggeleng lagi, lalu meraih gawai yang ia letakkan di atas meja. Dibukanya aplikasi instagram di layar gawainya. Ia mengernyitkan dahi. Pandangannya beralih pada gadis di depannya.
"Ini gimmick buat naikin pamor kamu?"
Tanya laki-laki itu lagi."Ya enggaklah, aku gak sengaja buat matiin live instagram kemarin. Gimana dong?"
"Ya enggak gimana-gimana, kabar ini kan buat kamu semakin dikenal" jawab Reddy santai.
"Tapi aku serius mau hengkang dari dunia instagram."
Sakura menatap Reddy lekat-lekat, berharap lelaki di depannya mengetahui apa yang ia rasakan saat ini.
"Kalau aku bukan selebgram, kamu masih mau jadi pacar aku?" Lanjutnya.
Reddy terkekeh lalu meraih telapak tangan Sakura, menggenggamnya.
"Jelas masih, aku sayang sama kamu bukan karna kamu selebgram," jawabnya, semakin mendekatkan tatapannya pada Sakura.
Wajah Sakura memerah, terlihat sekali ia tampak senang mendengar gombalan lelaki di depannya ini. Dasar wanita, ditenangkan dengan kata-kata itu saja seperti melambung di udara, hatinya lega seperti mendapatkan harapan sebesar gunung es.
Sakura melepaskan kegundahan pada Reddy, lelaki yang saat ini ia percaya. Lelaki yang selama enam bulan ini membuat hari-harinya semakin berwarna. Baginya di dekat Reddy ia merasa nyaman dan tenang. Ia seperti mendapatkan sosok kakak laki-laki yang bisa dijadikan tempat berkeluh kesah, memecahkan masalah, mendapatkan solusi dan motivasi. Sungguh Sakura sedang dimabuk cinta.
Enam puluh menit berlalu rasanya baru enam menit lalu Sakura menumpahkan keluh kesahnya pada Reddy. Menghabiskan waktu berjam-jam bagi Sakura sangatlah sebentar jika di dekat lelaki itu. Sakura sadar ia tidak boleh berlama-lama di kafe itu, banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Terlebih lagi mama pasti akan panik mencarinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak meninggalkan kafe itu. Reddy menawarkan untuk mengantarkannya pulang. Keduanya meninggalkan kafe, berjalan menuju parkiran. Di tempat lain yang tak jauh ada kedua mata yang sejak tadi memperhatikan mereka, mata yang tak sedetikpun beralih pandangannya. Ia terus mengamati kedua pasangan muda mudi itu sampai hilang pandangannya di balik mobil jeep lalu melesat hilang.
Jalanan sore itu amat padat menandakan ini jalan ibu kota sebenarnya, jalan yang tidak pernah sepi dari kendaraan bermotor. Asap kendaraan motor yang bertebaran mengisyaratkan sudah tidak sehat lagi tempat itu dihuni. Selama tiga puluh menit mobil Reddy tidak bergerak membuat sang pengendara terlihat kesal, dahinya terus berkerut, rasa tak sabar ingin melewati jalan itu.
Sementara gadis di sebelahnya terus memperhatikan gawainya, wajahnya tampak serius dan lambat laun memerah.
Sedetik kemudian jatuhlah buih dari matanya pada layar gawainya. Ia sedikit terisak. Siapa sangka dibalik karakternya yang terus ceria terdapat hati yang lembut, hati yang penuh dengan kekecewaan dan kesedihan."Kamu nangis? Kenapa sayang?" Tanya Reddy yang keheranan melihat pacarnya meneteskan air mata.
"Kenapa sih mulut-mulut netizen itu jahat-jahat?" Jawab Sakura sambil terisak dan suaranya semakin keras.
Reddy meraih gawai Sakura mencoba mencari tahu apa yang membuat Sakura menangis. Ternyata ada beberapa pengguna instagram yang mengirim pesan pada DM (Direct Message) instagramnya. Tidak hanya puluhan bahkan ratusan yang masuk dalam DM-nya. Beberapa dari mereka mendukung agar Sakura tidak berhenti di dunia hiburan dan beberapa lagi menghina Sakura kalau yang dilakukannya tempo hari hanya sebuah setting-an belaka. Tidak kata-kata biasa tapi disertai hinaan-hinaan yang menurut Reddy sudah keterlaluan. Reddy menerka itulah yang membuat Sakura menangis.
Reddy mencoba menenangkan Sakura selama perjalanan, kali ini sedikit-sedikit mobilnya bisa bergerak melewati jalan tersebut. Setelah melewati kepadatan, mobilnya melesat dengan cepat, bunyi deru mesin sebagai latar suara dipercakapan Sakura dan Reddy sepanjang perjalanan.
Matahari telah tenggelam saat tiba di rumah Sakura, Reddy menurunkan Sakura di depan gerbang rumahnya. Lalu Reddy memutuskan langsung pulang. Ia menarik pedal, mobilnya melesat menjauhi rumah Sakura.
Sekitar tiga kilometer jauhnya dari rumah Sakura, Reddy berhenti di depan rumah bercat biru muda. Di depannya telah ada seorang gadis berdiri mengenakan dress hitam selutut dengan rambut sebahu. Reddy membuka kunci pintu mobil, tanpa komando gadis itu membuka pintu dan sekarang posisinya menggantikan posisi Sakura sebelumnya.
YOU ARE READING
The Lost of Sakura
General FictionSakura Tanaya, seorang selebgram dengan beratus ribu pengikut. Gadis berparas cantik berusia 16 tahun memiliki banyak penggemar dan berpenghasilan berpuluh juta adalah impian banyak remaja perempuan yang menjadi pengikutnya di instagram. Namun, bag...