Changbin merasa frustasi hari ini. Pekerjaannya yang sangat menumpuk ditambah lagi masalah percintaannya yang rumit membuat kepalanya pening. Ingin mencopot kepalanya saja rasanya. Punya kepala pusing, tidak punya kepala seram.
Changbin menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Mau bagaimanapun, dia harus mengerjakannya. Pekerjaan yang selama ini dia mau, jabatan yang selama ini dia impikan tidak boleh disia-siakan. Usahanya untuk meraih itu sangatlah besar, jadi tidak mungkin Changbin menyerah begitu saja.
Chan-Sekretaris sekaligus sahabat Changbin datang dari balik pintu membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk meeting nanti.
"Hei, lo nggak lupa kan 1 jam lagi ada meeting?" Chan menaruh map yang dia bawa di atas meja kerja Changbin.
Sial, Changbin lupa. Dia terlalu fokus mengerjakan dokumen yang ada di depannya. Kepala Changbin rasanya ingin meledak saat itu juga.
Baiklah, Changbin. Ayo selesaikan ini semua! Batinnya.
Seo Changbin, anak pertama dari keluarga Seo itu sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan milik ayahnya. Sebenarnya fisik dan keadaan ayahnya masih mampu untuk mengurus perusahaan. Tapi dia memberikan tanggung jawab sepenuhnya pada Changbin, karena dia percaya jika anaknya itu dapat dipercaya dan mampu menjalankan perusahaan. Apalagi dia anak pertama dan laki-laki, Changbin memiliki 4 orang adik. Tanggung jawabnya sangat besar jadi Changbin tidak mungkin berleha-leha saja.
Fisiknya yang tampan (walau sedikit pendek) membuat siapapun terpana akan pesonanya. Apalagi otot lengan dan perut hasil rutin berolahraga di Gym milik ayah Chan. Oh ayolah, siapa yang tidak mau berpasangan dengan Changbin? CEO muda yang sukses menjalankan perusahaannya di umur 25 tahun.
Yeri lah satu-satunya orang yang beruntung mendapatkan hatinya. Tapi hubungan Changbin dan Yeri sekarang sedang tidak baik-baik saja. Entahlah, Changbin merasa bosan dengan hubungannya yang semakin flat.
Sisi buruk Changbin, dia mudah bosan dalam menjalankan hubungan, ditambah otaknya yang memikirkan hal 21+ terus. Changbin mempunyai banyak mantan, dan alasan putusnya rata-rata karena Changbin bosan. Katakanlah Changbin brengsek. Tapi Changbin hanya mencari pasangan yang bisa membuatnya nyaman. Untuk saat ini, belum ada.
Yeri sibuk dengan pekerjaannya di butik. Keduanya sama-sama sibuk. Jadi akhir-akhir ini hubungan mereka menjadi renggang. Changbin pernah menanyakan hal tentang pernikahan kepada Yeri, tapi wanita itu menjawab seakan Changbin hanya bergurau dengan perkataannya. Mentang-mentang Changbin ini suka bercanda, saat dia berbicara serius pun hanya sedikit orang yang percaya.
Ah, Changbin rasanya sudah malas dengan Yeri. Dia ingin mengakhiri hubungannya namun tidak enak, dia takut Yeri kecewa. Yeri sangat mencintainya, namun mungkin Yeri belum siap untuk ke jenjang yang lebih serius.
Changbin mulai mengerjakan pekerjaannya kembali dengan teliti. Untung saja materi untuk meeting nanti sudah dia buat dari kemarin.
Chan mengambil duduk di kursi depan Changbin "Gak usah buru-buru gitu, bin. Masih banyak waktu kok"
"Gapapa sekalian, biar tenang kalo semuanya udah selesai" bukan Changbin namanya jika menunda pekerjaan, pria itu sangat rajin dan telaten. Bisa saja kan nanti besok ada pekerjaan lain yang menunggunya?
Chan tersenyum, "Gimana hubungan lo sama Yeri?" tanya nya santai.
"Flat" jawab Changbin datar.
"Kalo mau putus mah putus aja, bin. Jangan ditunda-tunda gitu dong. Kan lo orangnya gak suka nunda-nunda"
"Beda artian ini mah" Changbin melemparkan pulpen yang berada di tangannya ke kepala Chan. Chan meringis pelan ketika benda hitam itu mengenai dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Bakery [Changlix]
FanfictionHidup Changbin (nyaris) sempurna. Berasal dari keluarga terpandang, pintar, tampan, tanpa ada celah. Hanya sifat mudah bosan ketika menjalani hubungan yang menjadi kekurangannya. Changbin akui dia brengsek. Namun saat bertemu Felix, hidupnya beruba...