Tugas @dreamlights_ @nabilaarr
Tema : Friendzone
Kata kunci:
1. Ulalalili
2. Barbie imut
3. Putih manis
4. Sempak merah
5. Kampreto
Jumlah : 604 kata
Menurut pendapat banyak orang, yang namanya lawan jenis tidak akan pernah mungkin 'hanya teman'. Yang sekadar dekat, tanpa rasa, atau menjadi akrab karena biasa bersama.
Mulanya, Tera adalah makhluk paling terdepan yang akan mengelak stigma tersebut. Baginya, "Cewek sama cowok bisa, kok, temenan."
Terbukti dengan keakraban yang tejalin antara dirinya dengan seorang lelaki sejak masa putih-biru, hingga kini. Catat, hanya sebatas teman, tanpa embel-embel apapun.
"Ter-ra, ulalalili ...."
Panggilan jenaka yang dirindukannya, kembali terdengar pasca 2 bulan masa praktikum si empunya suara.
"Cewek, susah banget dicariin. Ikut Abang, yuk!" ujarnya seraya meraih pergelangan Tera.
"Ngapain nyari?" tepis Tera, "kan, udah ada Intan, Lusi, sama Okta yang siap nememin?!"
"Ish, ish ... Tera kalo ngambek makin cantik kayak Barbie imut, deh," goda Jeki.
"Uwwek, siapa yang ngambek, Jeki? Itu sindiran namanya!"
Tera kerap mendengar banyak gadis berusaha mendekati Jeki yang terkenal dingin itu. Namun, tak satu pun yang mendapat perhatian khusus. Hanya Tera yang selalu ditelepon, diingatkan ini itu, menjadi prioritasnya. Tentu saja hal ini membuat sang gadis begitu berbunga.
"Oh, nyindir?! Sayangnya ngga kerasa, tuh!" cibir Jeki.
"Udah, ah, sebel. Ming-"
"Eits, nggak ada alasan. Langganan kita udah nungguin. Bang Jeki udah pesen tempat favorit Neng Tera."
"Mau ke mana, sih?"
"Biasa si putih manis, yang seger-seger pastinya."
"Es serut Mang Joni?" terka Tera.
Jeki mengangguk antusias.
"Tapi, aku ada janji sama Abrar," ujar Tera. Ia menunggu respon Jeki saat menyebut nama yang cukup familiar di kampus.
"Abrar! Abrar atlet renang yang hobi pake sempak merah kalo nyebur?"
"Berenang bukan nyebur, Jeki. Dan, itu celana renang bukan sem-"
"Apapun namanya, yang penting kamu nggak perlu deket-deket si buaya kampreto itu!"
"Kenapa nggak boleh? Kita nggak ada hubungan apa-apa, kan, selain temen."
"Aku sayang kamu, Ra. Aku nggak pengen kamu terluka!"
"Kalo kamu pengen ngejaga aku, harusnya kamu-"
"Aku nggak suka, titik!"
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Seminggu yang lalu saat tengah asik menikmati drakor, ponsel Tera berdering ....
"Halo, cantik. Gi apa?"
"Ganggu aja, nih! Aku lagi ngedrakor, tau," jawab Tera yang tengah fokus pada layar kaca.
"Nggak kangen sama Abang, Neng?"
Pertanyaan Jeki mampu membuat Tera mengembangkan senyum.
"Nggak, tuh."
"Yaah ... padahal Abang kangen, lho," cetus Jeki yang kembali membuat Tera tersipu.
"Hmm ... Jek, kalo ada 2 orang udah deket banget, terus nyaman, ngerasa aman dan saling ngerti. Menurut kamu, mereka bisa jadi pasangan?"
"Ya, mungkin. Tapi, kalo kita kayaknya nggak mungkin, deh."
Tera spontan bertanya, "Kenapa nggak mungkin?"
"Aku nggak mau ngerusak hubungan kita. Bayangin kalo kita berantem, parahnya sampe putus, 'kan jadi nggak enak."
Penjelasan Jeki membuat Tera serasa teriris. Pasalnya, semenjak Jeki bertugas, ia mulai menyadari cinta yang tumbuh di hatinya. Namun, kini punah seketika. Hingga terbersit suatu rencana—memantik rasa cemburu Jeki—dengan menggunakan nama Abrar sebagai siasat.
✍️✍️✍️✍️✍️✍️✍️
"Kita ini sebenarnya apa, sih, Jek? Kamu ngelarang aku, ngejaga aku, tapi kamu nggak mau kita lebih dari temen." Tera sudah berada diambang batas sabar kali ini.
Ia merasa sudah saatnya memberi atau diberi kejelasan perihal perhatian dan segala kenyamanan yang diterimanya.
Jeki yang semula menggenggam erat tanganku, tiba-tiba melepaskannya begitu saja. Wajah yang tadi tampak menahan amarah, kini berubah kuyu seketika.
"Kita ... kita temen, Ra. Sahabat. Aku cuma takut kamu disakitin Abrar. Kalo kamu sakit, aku juga sakit, Ra."
"Kamu yakin, takut aku disakitin Abrar, atau takut perhatianku cuma buat Abrar?"
"Ra, aku ...."
"Gini aja, Jek ... mending kamu nggak usah nemuin aku, sampai kamu benar-benar tau dan yakin, apa artinya aku di mata kamu? Dan, apa nama hubungan kita sebenarnya?"
Jeki yang masih gamang berusaha menahan Tera, "R-ra."
"Maaf, ya. Temui aku saat kamu menemukan jawaban yang pasti tentang kita. Sampai jumpa, Jeki ...."
Tera mulai melangkah menjauh, sementara Jeki tergugu di tempatnya berdiri dan masih berusaha memastikan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNES (JUm'at meNulES)
Short StoryKumpulan cerita pendek untuk tugas kelas intrinsik @dreamlights_